Judulnya rada puitis, ya? Soalnya saya menuliskannya dengan penuh perasaan. Oke tak usah pedulikan judulnya. Saya akan bahas perbandaran dari sudut pandang saya sepanjang yang saya ketahui.
Ada satu konsep yang sangat saya tolak di perbandaran ini, yaitu adanya keyakinan bahwa segala bisnis membutuhkan bandar. Saya bilang, itu salah besar! Bukan bisnis yang butuh bandar, tapi bandar yang butuh bisnis. Dalam kondisi stabil dan normal, bisnis bisa berjalan sendiri tanpa campur tangan bandar. Bandar melihat itu sebagai sesuatu yang menguntungkan plus bisa dikuasai, maka muncul aksi-aksi untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya, sehingga komunitas bisnis akan pecah menjadi 2 golongan : pertama, golongan yang diuntungkan oleh aksi bandar tersebut. kedua, golongan yang dirugikan oleh aksi bandar tersebut. Jadi kalau berbicara soal perbandaran saham, saya sangat yakin pendapat kita pun akan terpecah belah karena ada konflik kepentingan di situ.
Pertanyaan dasarnya, apa iya di saham ada bandar? Jawabnya, jangankan di saham, lah cabe pun ada bandarnya. Bawang ada bandarnya. Lebih besar lagi, properti ada bandarnya. Tujuannya rata-rata sama, menggoreng harga produknya setinggi-tinggiya agar ia bisa meraup keuntungan sebesar-besarnya. Dalam banyak hal, saya menganggap bandar saham termasuk bandar paling sopan plus elit, terlepas banyak orang sakit hati karena ulahnya. Ini didasarkan pada fakta bahwa saham itu bukan produk kebutuhan harian. Kita tidak bakalan mati jika tidak ada saham. Saham naik lalu dibanting turun, tidak bakalan bikin petani jadi miskin, atau tukang becak jadi susah tidur. Tapi kalau harga bawang naik, maka pengusaha restoran jadi bingung. Bawang mau diganti pake apa coba? Kalau harga pupuk naik, maka petani akan susah. Belum lagi nanti jual panennya ke tengkulak. Tengkulak itu kan bandar juga. Jadi di luar sana banyak sekali bandar-bandar yang kerjanya bikin susah hidup rakyat kecil. Mungkin sudah saatnya bandar-bandar sesat itu diajak tarung di bursa saham supaya ketemu sama bandar-bandar saham. Inilah yang dimaksud dengan saya dan bandar.
Lantas, apakah semua itu salah bandar? Apakah kalau saham naik itu karena bandar? Apakah kalau saham turun itu karena bandar? Secara umum jawabannya : iya! Tapi kita tidak pernah tahu persis apakah bandar untung atau rugi kan? Yang kita tahu bandar itu selalu untung. Mana ada bandar yang rugi, begitu keyakinan yang tertanam di otak trader. Bandar selalu benar. Bandar tak pernah salah. Wah, konsep-konsep 'ketuhanan' bandar ini mestinya bisa kita enyahkan jauh-jauh dari otak kita. Hanya karena seseorang punya 'power', bukan berarti ia tak pernah salah dan rugi.
Dalam keyakinan saya, saya tidak melihat bandar-bandar ini menyerang trader ritel yang jumlah modalnya pas-pasan. Ini yang saya sebut sebagai bandar dan kita. Tak pun diserang, trader ritel ini sudah rugi dengan sendirinya. Jadi kedengaran lucu kalau ada ritel yang mengeluh rugi gara-gara bandar. Tapi kuat keyakinan saya bahwa aksi bandar-bandar tersebut dalam rangka mengantisipasi bandar juga. Jadi sehari-hari yang kita lihat memang pertarungan tanpa henti. Beragam cara digunakan. Mulai dari pura-pura borong sampai borong betulan; pura-pura antri sampai antri benaran; antrian kecil tiba-tiba jadi gede; antrian gede tiba-tiba jadi kecil imut. Segini dulu. Nanti saya sambung lagi cerita-cerita soal bandar.
Post a Comment