- Repo (singkatan dari Repurchase Agreement) merupakan salah satu cara mencari pembiayaan di pasar dengan menggadaikan efek kepada pihak lain. Pihak yang memperoleh pinjaman berkomitmen membeli kembali efek yang digadaikan itu pada waktu dan harga tertentu. Efek yang direpokan berbentuk saham maupun obligasi.
- Nilai repo obligasi 70%. Nilai repo saham bagus 70%, untuk saham kurang bagus 50%.
- Jika harga efek mengalami penurunan, maka pihak penggadai harus melakukan top-up senilai selisih harga terakhir dengan harga awal. Jika hal itu tidak dilakukan, maka efek yang menjadi obyek repo akan mengalami gagal bayar alias default. Apa yang terjadi jika default? Maka yang memegang repo bisa menjual saham yang dijaminkan itu ke pasar untuk membayar kekurangannya.
- Perlu diketahui bahwa bank-bank besar mengalokasikan dana khusus untuk membeli repo. Sebelumnya, hanya delapan bank yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Kini, ada 30 bank yang siap bertransaksi repo, sehingga jumlahnya 38 bank nasional. (Harian Kontan, 14 Februari 2014.)
- Emiten-emiten yang ingin merepokan sahamnya bisa dilakukan melalui sekuritas. Sekuritas akan menawarkan produk-produk repo kepada investor (biasanya bank-bank besar sebagaimana yang disebutkan pada no 3 di atas) dengan iming-iming imbal hasil yang lebih besar ketimbang deposito dan jangka waktu yang lebih singkat. Seperti diketahui usia repo ini mulai dari 1 hari s/d 3 bulan dan bisa diperpanjang dengan tingkat suku bunga overnight 5,81%-6,15%, sedangkan untuk tenor 3 bulan 7,3%.
Ragam repo ini bisa dicari sendiri. Tapi di sini saya mau bahas sedikit tentang untung ruginya transaksi repo ini dari sudut pembeli dan penjual repo. Nantinya saya akan jelaskan apa maksudnya judul "Ketika Kodok Memutuskan Tinggal Di Dalam Ember".
Berikut ini sebuah contoh repo klasik. Kita misalkan emiten LBAY membutuhkan pinjaman uang cepat dengan tenor 3 bulan. Untuk apa uang itu, tidak ada yang tahu. Porsi saham publik sebanyak 98 juta lembar dimana akan dibagi sbb :
55% buat repo : 55% x 98 juta = 53,9 juta lembar
25% buat diakumulasi sendiri : 15% x 98 juta = 24,5 juta lembar
10% buat mark up : 10% x 98 juta = 9,8 juta lembar
10% buat publik : 9,8 juta lembar
Harga saham LBAY saat itu adalah Rp800,-
(Catatan : antara porsi repo, kebutuhan dana tambahan, dan target harga punya hubungan yang sangat erat. Jika salah memperhitungkan ini, maka kerugian yang akan dialami akan sangat parah. Tapi bisa dikatakan, apabila kita tahu berapa jumlah saham yang direpokan dan pada harga berapa, maka kita bisa hitung target harga ideal yang akan dituju nantinya.)
Karena saham LBAY dinilai sebagai saham beresiko, maka nilai reponya hanya 50% dari total jaminan : 50% x 800 x 53.9 juta lembar = Rp21.560.000.000,-
Rencananya repo ini akan diperpanjang 3 bulan sekali hingga tercapai 1 tahun. Untuk tenor 3 bulan dikenakan suku bunga 7.30%, sehingga total hutang repo saat jatuh tempo nanti adalah :
7.30% x 4 x Rp21.560.000.000 = Rp6.295.520.000,-
Total yang harus dibayar nanti : Rp21.560.000.000 + Rp6.295.520.000 = Rp27.855.520.000,-
Memang mestinya harus tahu kapan dilakukan transaksi repo itu PERTAMA KALI-nya dan pada harga berapa, tapi sayangnya publik sulit mengetahui informasi tersebut. (Baca di sini.)
Nah, setelah emiten mendapatkan pinjaman jangka pendek sebesar Rp21,56 milyar, lantas uang itu mau digunakan untuk apa? Idealnya buat menambah modal perusahaan, tapi terkadang prakteknya tidak begitu. Bisa buat bayar utang yang kebetulan jatuh tempo. Bisa buat diputarkan ke saham juga alias 'menggoreng' saham. Nah, ini yang paling sering terjadi.
Untuk saham LBAY, target harga idealnya adalah 300% dari Rp800 = Rp3200,-
Sekarang kita hitung berapa kebutuhan dananya agar harga LBAY bisa sampai ke Rp3200.
Dana buat akumulasi saham : 24,5 juta x Rp800 = Rp19.600.000.000,-
Dana buat markup : 9.8 juta x Rp3200 = Rp31.360.000.000,-
Total kebutuhan dana : Rp11.760.000.000 + Rp31.360.000.000 = Rp50.960.000.000,-
Dana dari repo : Rp21.560.000.000,-
Dana tambahan yang dibutuhkan : Rp50.960.000.000 - Rp21.560.000.000 = Rp29.400.000.000,-
Dana tambahan bisa diperoleh entah dari kantong pribadi, atau hasil pinjam sana sini.
(Bersambung)
Maaf mau menanyakan 300% HARGA IDEAL ITU DARI MANA YA ?
Menghitungnya dari nilai total yang harus dibayar nanti, sob. Nilai profit nantinya harus bisa menutupi nilai total yang harus dibayar. Kalau tidak bisa menutupi, artinya rugi.
Saya menggunakan asumsi aman nilai profit minimal harus 2 x dari nilai total yang harus dibayar. Makin besar, makin bagus. Pada illustrasi di atas saya menggunakan nilai 2,11 x. Kalau sobat mau pake nilai 2,3x atau 2,7x, ya boleh-boleh saja.
Maka : 2,11 x Rp27.855.520.000 = Rp58.775.147.200,-
Bagi nilai ini dengan jumlah saham yang diakumulasi : Rp58.775.147.200 / 24,5 juta lembar = Rp2.398,99. Ini lah target gainnya.
Untuk mendapatkan gain segini, harga saham harus naik dari Rp800 ke Rp3198,99 (Rp800 + Rp2.398,99) ~ Rp3200,- (+300%)
Semoga bisa menjelaskan.
Post a Comment