Biasanya ada 2 macam kondisi yang menimpa pebisnis saham :
I. Berdasarkan ada tidaknya penghasilan lain :
- Ada penghasilan lain selain saham
- Tidak ada penghasilan lain selain saham
- Ada hutang
- Tidak ada hutang
Ada penghasilan lain selain saham
Kondisi finansial sangat terbantu karena adanya penghasilan yang lain tersebut, sehingga tanpa saham pun sudah bisa bertahan dan tidak bangkrut. Selanjutnya tinggal menyusun strategi agar modal yang sudah banyak tergerus itu bisa pulih.
Tidak ada penghasilan lain selain saham
Nah, ini rada ribet. Biasanya terjadi pada full time trader atau investor yang mengandalkan semata-mata saham sebagai sumber penghasilannya. Saya adalah salah satunya. Yang saya lakukan adalah sbb :
- Mencatat pos-pos pengeluaran rutin bulanan, seperti listrik, air, telepon dan internet
- Mencatat biaya kebutuhan harian di rumah. Mau tidak mau harus berhemat.
(Catatan : Saya tak memasukkan pos pengeluaran tak terduga, karena posisi finansial sudah sangat genting saat itu, sehingga tidak ada lagi dana untuk pos tersebut.)
.
Misalkan totalnya adalah Rp5 juta,- Pertanyaannya berapa sisa modal yang dibutuhkan agar tetap bisa memenuhi kebutuhan bulanan sambil bertahan dan tidak bangkrut di pasar saham? Rumusnya sbb :
Modal yang tetap harus ada = (1/2 x kebutuhan) / 10%. |
Maka, (1/2 x Rp5 juta) / 10% = Rp25 juta.
Tidak peduli kamu rugi berapa ratus juta rupiah, tidak peduli kamu rugi berapa ribu persen, asalkan masih ada sisa adalah Rp25 juta (berdasarkan rumus di atas), maka masih ada harapan untuk pulih.
Dengan kebutuhan sebesar Rp5 juta per bulan, apa iya total ekuitas kamu tidak mencapai Rp25 juta saat ini?
Besar modal itu berbanding lurus dengan tingkat kebutuhan. Kalau kebutuhan tinggi, maka modal yang dimiliki pun biasanya juga besar.
Maka kalau total kebutuhan bulanan sebesar Rp5 juta, saya bisa asumsikan kemungkinan modal awal kamu minimal adalah 20 x Rp5 juta = Rp100 juta. Itu minimal. Maksimalnya mungkin bisa di atas Rp200 juta. Jika ternyata kamu benar-benar tidak punya ekuitas sebesar Rp25 juta, maka di atas kertas kamu sudah bangkrut, karena sudah sangat sulit mengharapkan men-generate profit Rp5 juta dengan mengandalkan modal kurang dari Rp25 juta.
Dengan sisa modal ini, profit maksimal yang bisa di-generate adalah Rp2.5 juta (1/2 dari Rp5 juta), atau 10% dari Rp25 juta. Apakah ini bisa dilakukan? Secara teoritis, bisa. Tapi secara praktek, mungkin agak sulit karena sangat bergantung pada kondisi pasar saat itu. Kalau kebetulan posisi pasar benar-benar sudah membentur support kuat dan siap rebound, maka sangat dimungkinkan saham bisa memberikan return 10%. Kalau seandainya pasar masih juga belum kondusif, saran saya siap-siap saja mencari orang yang bersedia meminjamkan uang buat menutupi biaya kehidupan harian. Intinya gunakan cara apapun untuk bisa mengulur waktu sambil menunggu pasar pulih. Karena ketika pulih, maka potensi profit yang bisa dihasilkannya akan sangat menggiurkan. Jangan sampai terlewatkan momentum tersebut.
Karena profit yang bisa digenerate hanya 1/2 dari kebutuhan, lantas bagaimana cara menutupi yang 1/2 lagi? Jangan tanya saya. Kamu harus bisa tutupi kekurangan tersebut dengan cara lain. Kalau perlu, menumpang tinggal dengan orang tua, atau saudara, atau teman. Malu? Sudah pasti, tapi selama itu harus dilakukan, lakukan saja. Tapi selalu ingat, kamu masih punya Rp25 juta di saham dan masih ada kemungkinan untuk pulih. Teknisnya akan saya jelaskan nanti.
Ada hutang
Nah ini yang repot. Seringkali jumlahnya cukup besar dan sisa modal yang ada tidak mampu melunasi itu. Satu-satunya cara adalah berharap profit dari saham bisa disisihkan untuk menyicil hutang tersebut. Maka minta ulur tenggat waktu pembayaran hutang. Coba re-negosiasi dan tunjukkan itikad baik bahwa ada keinginan untuk melunasi hutang tersebut. Jelaskan duduk perkaranya dan harus jujur. Jangan sampai ada kesan tidak mau bayar hutang dan susah ditagih. Kalau tenggat waktu pun ternyata tidak diberikan, maka tidak ada cara lain lagi selain menjual saham dan modalnya digunakan untuk membayar hutang, cukup atau tidak cukup. Tapi jika ini terjadi, di atas kertas kamu sudah bangkrut.
Tidak ada hutang
Tidak ada masalah. Ini berarti manajemen keuanganmu sudah sangat bagus.
*Ini tidak berlaku pada kondisi krisis panjang seperti yang pernah terjadi tahun 1929 di US, dimana pasca ambruknya indeks saham, US pun memasuki periode resesi ekonomi, sehingga butuh waktu lama untuk benar-benar pulih.
(Bersambung)
Post a Comment