Bursa saham itu seperti arena pertarungan antar banyak kubu. Dan tiap-tiap pertarungan tentu akan jatuh korban. Itu pemikiran dasarnya karena di bursa saham tidak ada teman yang abadi. Yang ada cuma kepentingan yang abadi. (Lho, jadi agak mirip slogan politik.) Sekali waktu saya pernah merekomendasikan pada seorang teman untuk menjual BUMI di harga 2000. Alasan saya memang sangat teknikal. TA-nya jelek, itu saja alasan saya, padahal mungkin dia berharap saya bisa menjelaskan secara FA. Akhirnya dia tidak pernah ikuti nasehat saya itu dan tetap beli BUMI dengan jumlah besar. Sehingga saat BUMI turun ke 1000, dia pun harus merelakan profit 7 bulannya ludes begitu saja.
Pada hari yang lain, giliran dia merekomendasikan saya beli LSIP. Alasannya LSIP bagus, tapi tidak dijelaskan bagus apanya. Waktu itu indeks lagi terkoreksi. Bearish melanda bursa. Jadi saya anggap saja rekomendasinya bak angin lalu. Tapi eh bener... LSIP rally mantap sementara indeks berdarah-darah.
Tujuan bertarung itu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Jika tidak ada cara apapun untuk menang dengan cara bertarung melawan pasar, maka biarkan saham incaranmu itu mencapai apa yang diinginkannya. Kalau mau turun, silahkan. Mau naik, bagus. Membiarkannya menang, bukan berarti kamu kalah. Semakin kamu siap dan terbukti mampu menerima kondisi apapun dengan cara damai, maka semakin kuat pula posisi kamu (secara mental). Semakin kuat mental kamu, maka semakin sulit buat mereka untuk menyerangmu. Jika ini sudah terjadi, maka yang sebenarnya kamu pun telah mendominasi permainan. Ini lah dasar pemikirannya yang disadur dari Sun Tzu, The Art of War.
Untuk bertarung ala Sun Tzu ini, saya coba berfikiran apa-apa yang saya beli, pasti akan turun. Tapi bukan berarti saya berharap yang saya beli akan turun. Saya cuma bersiap-siap saja. Saya tidak bisa berharap yang dibeli akan naik karena saya tidak pernah tahu apakah sebuah saham akan naik atau tidak, tapi turun itu pasti. Untuk itu saya lakukan 2 macam persiapan :
1. “Appear weak when you are strong, and strong when you are weak.” Biarkan saja saham yang dibeli itu turun, tapi sebenarnya saya sudah mensplit titik beli ke beberapa tempat yang biasanya saya acak tergantung situasi dan kondisi yang diberikan pasar. Tidak pernah membeli di satu titik sekaligus, apalagi dalam jumlah besar.
2. “In the midst of chaos, there is also opportunity.” Di saham ini berarti harus bisa mencari titik support terbaik baik secara FA maupun TA. Jembatan yang akan dilalui harus bisa diketahui ketahanannya. Dan kalau ambruk, harus tahu seberapa dalamnya. Setelah semua ukuran sudah dicatat, maka setiap kali ada chaos, maka disitulah ada kesempatan.
Setelah 2 hal ini benar-benar dijalankan, maka keajaiban pun terjadi. “Even the finest sword plunged into salt water will eventually rust.” Begitu pasar menyadari bahwa harga tidak bisa turun lebih dalam lagi, maka yang terfikir cuma 1 : naik!, serta merta harga akan berkejar-kejaran ke atas, seperti menonton pacuan kuda. Ada yang spontan, ada yang tidak. Ada yang sideways dulu, ada yang langsung rebound tajam. Dan sebagainya.
Menang tanpa berperang itu bukan berarti tidak melakukan apa-apa, melainkan menemukan tehnik perang terbaik, solusi tercerdas, dan bisa dilakukan dengan cara nyaman dan damai. Pasar tidak terganggu, dan kamu pun bisa trading dengan santai. Kemenangan itu bukan setelah memperoleh cuan, tapi semenjak awal memilih saham pun apabila dengan cara yang tepat, kamu sebenarnya sudah menang. Tidak selalu good offense is the best defense, karena tak jarang di pasar saham yang berlaku adalah good defense is always the best defense.
Referensi :
1. http://www.goodreads.com/author/quotes/1771.Sun_Tzu
2. http://www.mindreality.com/winning-without-fighting-is-highest-victory
Post a Comment