Ya ini memang soal cara. Tak ada satu pun investor atau trader yang berani mengklaim bahwa cara A yang benar, atau cara B yang lebih keren, dan sebagainya. Setiap orang memang membanggakan caranya masing-masing, tapi tak ada yang klaim cara mana yang paling benar. Jadi, sekalipun kamu merupakan pendatang baru di dunia saham, tak akan ada yang berani menyindir soal kebodohanmu di pasar saham, karena semua orang berpotensi buat menjadi sangat bodoh di sini, bersamaan dengan berpotensi buat menjadi sangat pintar.
Di sini saya ingin menggarisbawahi bahwa di luar sana ada orang-orang yang sebenarnya sangat potensial buat sukses di bursa saham, namun ia tak menyadari itu. Saya menyebutnya sebagai orang yang tak sadar sedang menggenggam intan.
Orang-orang tersebut antara lain sbb :
Orang yang sangat suka mencari informasi sedetil-detilnya.
Pekerjaan bisa dilakukan dengan lebih teliti asalkan semua informasi yang berkenaan dengan pekerjaan itu, baik secara teori maupun teknis, telah diketahui secara detil. Sering kali informasi tersebut tak banyak diketahui orang, sehingga ia harus mencarinya sendiri. Kepiawaiannya mencari informasi itu merupakan salah satu potensi buat sukses di pasar saham. Hoax bukanlah kesukaannya, karena ia sendiri antithesis dari hoax. Jadi jangan terlalu repot menawarinya dengan berita-berita hoax karena ia tak bakalan tertarik.Orang yang kerap sekali melakukan denial.
Dalam mekanisme pertahanan ego, denial merupakan istilah buat menggambarkan penolakan terhadap kenyataan yang berlaku. Dalam konteks psikiatri, dia bisa merupakan gejala kelainan jiwa, tapi tak begitu di pasar saham. Di pasar saham apa yang tampak nyata, ternyata ilusi. Apa yang dikira ilusi, ternyata kenyataan. Denial di pasar saham tidak bisa langsung diartikan penolakan, melainkan sikap untuk tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang berkembang di pasar. Di awal-awal menjalani profesi ini, saya buta sama sekali soal saham dan denial ini merupakan tehnik survival pertama yang saya jalankan.Orang yang sudah memahami bahasa program.
Menganalisis saham membutuhkan banyak sekali hitungan-hitungan matematika. Bisa dikatakan 99,99% menggunakan hitungan yang sederhana. Yang sulit itu menyusun formulanya. Dengan menguasai bahasa program, kamu bisa membuat hitungan sederhana yang mungkin tak pernah terfikirkan oleh trader lain.Orang yang punya hobi menawar harga barang.
Alasan menawar barang karena ada asumsi bahwa harga terlalu mahal, harga tak masuk akal, atau semata-mata demi mengantisipasi penjual mengambil keuntungan terlalu besar. Dengan kata lain, ia tak ingin tertipu. Untuk itu dia harus tahu benar valuasi barang yang hendak diincarnya itu. (Baca juga : Melihat Tarian Pasar Dan Ikut Menari.)Orang yang suka menggambar.
Umumnya orang mulai menggambar itu dari sketsa. Sketsa itu bisa saja sudah dituangkan ke atas kanvas, tapi bisa juga cukup di dalam pikirannya saja. Semakin ia memahami prinsip dasar terbentuknya sebuah gambar, maka semakin terbuka peluang untuk memahami akan cara kerja gambar tersebut.Orang yang punya guru.
Mungkin banyak dari kita yang tak seberuntung itu. Memiliki guru yang bisa mengajarkan perihal ilmu ini jelas merupakan keberuntungan tersendiri. Sayangnya, realita di lapangan orang-orang di sekitar guru tersebut justru menjadi orang yang terlalu cuek soal investasi. Mayoritas mengira bahwa ilmu yang valid itu apabila sudah diajarkan lewat seminar, workshop, pelatihan, menulis buku, dan sebagainya, padahal belum tentu seperti itu. Forum merupakan salah satu cara buat mensosialisasikan saham ke publik, namun soal menemukan guru itu benar-benar urusan lain.Orang yang senang menyendiri.
Menyendiri bukan berarti kuper atau introvert. Menyendiri dalam artian memiliki banyak waktu luang buat meneliti. Bisa saja ia melakukannya bersama timnya, tapi hampir pasti ia butuh melakukannya seorang diri dulu. Dalam kesendirian orang bisa mengenali karakter dirinya, apa yang diinginkannya, bagaimana cara ia mencapai itu. Sayangnya seringkali dalam kesendirian kita malah tergoda buat main game. Buat saya, itu tidak masalah, asalkan dibatasi dan tidak membuat kecanduan. Saya pribadi lebih suka menulis blog di waktu luang. Lebih hidup dan lebih menantang. (Baca juga : Jalan Tikus Para IQ Moderat)Orang yang tahan banting.
Pasar itu kejam. Ia bukan tempatnya buat orang-orang yang cengeng, bukan pula buat orang-orang yang mau menang sendiri. Tidak ada ceritanya sebuah saham harus naik karena pejabat A sudah memborong saham itu. Tidak ada keharusan sebuah saham harus dilindungi dari kejatuhan, hanya karena pemiliknya kenal dengan pejabat A atau B, sedangkan sahamnya memang busuk. Orang yang tahan banting merupakan orang yang tak buru-buru menyalahkan orang lain saat merugi, dan tidak buru-buru kegirangan saat untung. Belajar itu butuh proses, dan kita hanya perlu masuk ke dalam proses tersebut.Orang yang obsesif kompulsif.
Dalam kondisi yang berat obsesif kompulsif merupakan sebuah penyakit jiwa. Namun dalam kondisi yang normal, ia bisa digunakan sebagai perangkat yang ampuh. Orang-orang seperti ini selalu melakukan cek dan ricek berulang-ulang kali, sampai ia cukup yakin tidak ada kesalahan lagi yang dilakukannya. Misalnya, saat hendak membeli saham, ia mengecek teknikalnya berulang kali hanya demi memastikan benar-benar bahwa teknikal saham tersebut dalam posisi bagus. Lakukan cek lagi untuk memastikan apakah masih ada kesilapan dalam mengeset periode, waktu, dan sebagainya. Dengan demikian, jika nanti pergerakan saham tak sesuai prediksinya, titik-titik masalahnya bisa langsung diketahui.Orang yang tak terburu-buru.
Salah satu tipikal trader profesional adalah tidak grasa grusu, tidak terburu-buru dalam menyikapi apapun. Jika banyak hal yang sudah bisa diukur, maka kebiasaan buru-buru itu akan hilang sendiri. Kita bisa membagi waktu, karena kita tahu ukurannya masing-masing.
Kenalilah potensi dirimu, sekecil apapun itu. Ini bukan soal bakat atau tidak bakat. Ini juga bukan soal pintar atau tidak pintar, melainkan soal mau atau tidak mau. Pada tebing yang paling curam sekalipun, tetap selalu ada tempat untuk berpegangan dan berpijak. Salam trader!
Post a Comment