Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

Jalan Tikus Para IQ Moderat, Jalan Sang Petarung

Posted by Saham Ceria

Jalan Tikus Para IQ Moderat, Jalan Sang Petarung
"Apa bedanya orang pintar dengan orang bodoh?" Orang pintar biasanya dipahami sebagai orang yang memiliki IQ lebih tinggi, berkebalikan dengan orang bodoh. IQ sendiri merupakan standard penilaian terhadap kecerdasan manusia. Sekitar 2/3 populasi manusia berada pada IQ 85-115. Jika kamu punya IQ 130, maka bisa dikatakan kecerdasanmu di atas rata-rata. Namun, dalam prakteknya penilaian atas IQ hanya sebagai perangkat diagnostik saja. Jika ditemukan IQ di bawah 80, maka kudu cari tahu apa penyebab gangguan berfikirnya. Kecerdasan itu sendiri tak cukup diukur sebatas IQ saja. Kita butuh lebih dari sekedar IQ.

Bursa saham tak sekedar pertemuan antara si pembeli dengan si penjual, tapi juga pertemuan antara si jenius dengan si jenius yang lain. Banyak di antaranya terlahir dengan IQ yang tinggi, bakat alami mengelola keuangan yang diperoleh dari ayah/ibunya, memiliki guru-guru teknikal yang mumpuni, dan tentunya sebuah grup kecil yang selalu meluangkan waktu untuk membahas fundamental saham dan lainnya. Saya dan kamu hanya seperti orang-orang kecil yang mencoba menantang mereka di pasar saham dengan kemampuan terbaik yang kita punya, dengan IQ moderat, tanpa perangkat yang canggih, tanpa informasi yang lengkap, tanpa modal yang besar. Akui saja, banyak di antara kita yang belajar tanpa guru, kan? Lantas, bagaimana cara kita memenangkan pertarungan ini? Ada jalan tikusnya.

IQ itu merupakan hadiah yang harus disyukuri. Namun jangan mengandalkan semata-mata IQ saja. (Baca juga : Keahlian, Pendidikan, dan Ego.) Manusia itu seperti sebuah perahu, dimana IQ merupakan perangkat di dalamnya. Semakin lengkap perangkatnya, maka semakin banyak hal yang bisa dilakukan oleh manusia itu. Maka IQ di sini bisa dikatakan sebagai "potensi", belum "aksi". Untuk aksi, yang kamu butuhkan adalah "nyali". Orang yang terlahir dengan banyak potensi berpeluang untuk menjadi apa saja yang dia mau. Berbeda dengan orang yang terlahir dengan sedikit potensi, dimana ia tak punya banyak pilihan yang sesuai dengan kapasitas otaknya. Maka, IQ tinggi tidak membutuhkan banyak perangkat untuk membantunya, sedangkan IQ moderat membutuhkan lebih banyak perangkat untuk membantunya, agar mencapai hasil yang sama. Di era komputerisasi sekarang ini, banyak software yang bisa digunakan untuk membantu proses kerja sehingga hasilnya bisa sama dengan para IQ jenius itu.

Dengan kata lain, di kehidupan nyata perbedaan terbesar antara orang pintar dan orang bodoh bukan pada IQ-nya, melainkan cara ia menyikapinya. Orang yang pintar adalah orang yang sangat pandai memanfaatkan potensi dalam dirinya, terlepas apakah IQ nya tinggi atau rendah. Jadi, kalau kamu terlahir dengan IQ tinggi tapi tidak kamu manfaatkan, maka sebenarnya kamu termasuk orang yang bodoh. Sedangkan, IQ moderat tapi bisa memaksimalkan potensinya, maka dia itu lah orang yang pintar.

Di pasar kita akan selalu berhadap-hadapan dengan para Market Genius. Mereka lah yang mengkapitalisasi pasar. Mereka lah yang membuat sistem. Mereka lah yang menggerakkan pasar. Dan mereka lah pasar itu. Orang-orang pintar sering merasa sombong akan kepintarannya dan terlalu percaya diri. Dua hal itu hampir selalu sukses membuatnya terjerembab dan hancur berkeping-keping di hadapan pasar. Fenomena seperti ini sudah sering kita baca. Cepatlah introspeksi diri. Tapi sayangnya, boro-boro mengintrospeksi diri, tanpa sadar kita malah mengambil kesimpulan prematur, bahwa pasar tidak bergerak atas dasar logika, melainkan emosional (psikologis). Padahal ia tetap bergerak atas dasar logika, namun semua itu melewati perhitungan yang cermat, analisis yang tak bisa dibilang sederhana, dan harus melalui beragam penilaian sebelum sampai pada sebuah kesimpulan. Kita tak mungkin masuk sampai sedetil itu, kecuali kamu punya akses dan pernah melakukan riset tentang itu. Lagipula, kita dan mereka (para market genius) punya kepentingan yang berbeda. Jika kamu hanya membutuhkan Rp20 juta per bulan untuk menghidupi keluarga, tak usah repot-repot mengupas pasar hingga ke detil terkecil. Cari cara lain.

Yang dibutuhkan sebenarnya hanyalah fokus. Siapapun kamu, tak peduli seberapa tinggi IQ-mu, yang perlu kamu lakukan adalah fokus. Untuk bisa sukses, manusia hanya butuh fokus di satu profesi, tak perlu dua, apalagi tiga. Tapi kebanyakan dari kita sangat sukar menerapkan ini, karena umumnya menjalankan profesi ini sebagai pekerjaan sampingan. Tak pernah benar-benar niat untuk mempelajarinya secara mendalam. Kalaupun ada niat, tak tahu harus belajar kemana. Akhirnya semua potensi hanya mengendap di dalam kepala. Karena itu kamu harus cari cara lain. Silahkan jalankan 2-3 profesi, tapi tetap niatkan untuk memperdalam profesi pasar modal, meskipun butuh waktu lama untuk menguasai itu.

Dari pengamatan saya, untuk bisa berhasil di pasar modal, setidaknya harus memahami 3 pengetahuan, yaitu :
  1. Matematika dasar dan dasar logikanya. Profesi pasar modal membutuhkan banyak sekali perhitungan matematika. Kalau kamu membenci hitungan matematika, sebaiknya tak usah repot menjelajahi tambang uang ini. Membaca laporan keuangan hingga membuat formula sederhana sebuah indikator teknikal, semua itu melibatkan model matematika dasar. Jadi jangan malas untuk sekedar mengintip apa rumus di balik Stochastic, misalnya, dan apa yang terjadi jika kamu mengganti variabelnya. Tidak ada salahnya mencoba, kan? Satu ide cemerlang hampir selalu diawali dengan puluhan ide konyol sebelumnya.
  2.  
  3. Psikologi. Emosi itu akan selalu ada saban hari. Saat banteng sedang emosi, pasar rally. Saat beruang sedang emosi, pasar ambruk. Maka pengetahuan di bidang ini bukan untuk menilai tingkat emosi pasar, melainkan untuk menilai alasan di baliknya. Bullish dan Bearish merupakan kondisi psikologis untuk menggambarkan situasi pasar atau saham, namun akan selalu ada alasan logis di balik itu. Psikologis merupakan cara mendeteksi ketidakberesan itu. Ini seperti menilai kenapa ada orang lebih suka makan pepaya ketimbang apel. Kamu akan sulit menjawab kecuali tahu bagaimana kondisi orang tersebut, apa hobinya, apa pekerjaannya, bagaimana kondisi keuangannya, dan apa pendapatnya tentang buah-buahan. Carilah satu titik dimana "omong kosong" sudah mulai tampak, karena jawaban aslinya hampir selalu tepat berada di kebalikannya.
  4.  
  5. Kedokteran. Kalaulah ditanyakan, apa bidang yang paling banyak kesamaan dengan profesi pasar modal, maka saya akan jawab "Kedokteran". Aneh memang, tapi coba kita perhatikanlah. Dokter akan terlebih dahulu melakukan serangkaian pemeriksaan sebelum sampai ke tahap diagnostik. Ini merupakan langkah riset cepat (quick research) lewat serangkaian anamnese, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaaan penunjang. Terapi (solusi) dilakukan setelah diketahui apa diagnosanya. Pengetahuan ini mengajarkan agar kita selalu melek pada kemungkinan jelek terkecil sekalipun. Jangan abaikan itu. Kamu harus memperlakukan uangmu seperti nyawamu sendiri. Kesalahan paling kecil bisa berdampak fatal. Perbanyaklah melakukan riset sebelum sampai pada sebuah kesimpulan. Jadikan kamarmu sebagai laboratorium tempat kamu melakukan penelitian. Jangan ambil posisi apapun di pasar sebelum risetmu selesai. Ingatlah untuk selalu menginvestasikan waktumu sebelum uangmu.

Satu hal yang sering terlupakan, kamu harus tahu cara mendinginkan otakmu yang panas. Emosi yang meluap-luap, kemarahan yang tumpah ruah, tidak bakalan membuat performamu lebih baik. Lakukan lah lebih banyak hal-hal yang positif buat menenangkan pikiran. Kalau kamu suka meditasi atau yoga, silahkan dipraktekkan. Namun, sedapatnya hindari olahraga berat (mengangkat alat berat, dan sebagainya) dalam kondisi itu. Keletihan fisik hanya akan membuatmu capek dan tertidur. Itu akan mengganggu proses berfikir. Yang dibutuhkan hanyalah aktivitas ringan yang bisa berlangsung lama, misalnya berjalan kaki, meditasi, mendengarkan musik slow, dan sebagainya. Maka, konsumsi minuman keras hingga obat-obatan, apalagi sampai mengeluarkan uang buat menikmati hingar bingar diskotik atau main perempuan dengan dalih menghilangkan stress, sudah pasti tak pernah masuk dalam daftar saya.

Oh ya, hindari juga bermain game terlalu lama. Alih-alih menenangkan pikiran, yang terjadi justru kecanduan. Tiada hari tanpa bermain game. Kamu akan lebih cepat bosan dan ingin kembali bermain game lagi dan lagi. Tensi emosi menjadi lebih tinggi. Itu pertanda buruk. Lepaskanlah diri dari segala hal yang membuat kecanduan, agar kamu bisa menikmati apa yang disebut dengan menenangkan pikiran. Fokus. Capailah itu walaupun harus mencapainya dengan susah payah.

Jalan Tikus Para IQ Moderat, Jalan Sang Petarung
Suatu saat nanti kamu akan pahami hal ini. Orang bodoh bisa menjadi pintar dengan rajin belajar/berlatih. Dan dengan sifat rajinnya itu, sekaligus ia juga mengasah instingnya. Jika IQ mu tak sehebat orang lain, yakinlah bahwa kamu punya sesuatu yang belum tentu dipunyai oleh para IQ tinggi itu, yaitu kemampuanmu untuk fokus, kesabaranmu dalam berlatih, dan insting yang tajam. Inilah jalan tikus itu. Jalannya para petarung.
"I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has practiced one kick 10,000 times." – Bruce Lee

Selamat berlatih!

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...