Saat ini rupiah masih bertengger di Rp14150 terhadap dollar, dan mendadak banyak orang yang menjadi pakar ekonomi. Seolah-olah memahami, seolah-olah mengetahui duduk persoalannya. Ekonom dadakan ini dengan mudahnya melemparkan tuduhan kepada pemerintah, seolah-olah rupiah adalah satu-satunya mata uang di dunia yang melemah terhadap dollar. Jika sebuah analisis tidak adil dalam mengolah data, maka analisis itu dengan mudah sekali dipatahkan.
Jangankan di Indonesia, yang jelas-jelas warga negara AS sendiri pun bisa jadi tak suka dollarnya menguat. Bisa saja kita membahas soal ini sampai berpuluh-puluh artikel, tapi kita mesti tahu bahwa pasar saham bisa meresponnya dengan sangat berbeda sekali. Segala analisis ekonomi itu akan kembali mentah jika dihadapkan dengan pasar saham. Ia merupakan paradoks dan ilmu ekonomi bukanlah satu-satunya cara buat memahami itu semua.
Di forum-forum saham muncul pula trader-trader dadakan yang sibuk sekali memprovokasi dengan argumen pelemahan rupiah. Mereka membincangkan kesuksesannya mengambil posisi short, seakan-akan itu merupakan prestasi terbaik di bursa saham. Tak kurang mereka menertawakan trader lain yang nyangkut karena mengabaikan nasehat mereka. Sayangnya trader-trader dadakan ini mendadak senyap ketika fase rebound muncul. Ini merupakan fenomena yang biasa. Ya benar-benar fenomena biasa.
Di pasar saham sudut pandang menjadi berbeda. Di sini segala hal bebas direspon beragam tanpa kuatir akan membebani orang lain. Berita jelek bisa direspon bagus, sebaliknya berita bagus bisa direspon jelek. Tapi di lain waktu malah tak direspon sama sekali. Jika di dunia politik, berbeda pilihan itu bisa menyebabnya saling nyinyir dan saling caci seperti 2 orang idiot yang merasa pintar, di dunia saham berbeda pilihan itu hal yang biasa tanpa membuat orang lain merasa dirugikan ataupun diuntungkan. Bahkan, sekalipun pilihan saham kita sama, bukan berarti kita saling menguntungkan. Pelaku pasar adalah individual sejati yang bergerak atas dasar keahliannya sendiri. Inilah yang membuat kenapa pasar saham sering kali melahirkan manusia-manusia jenius dengan pemikiran yang cemerlang.
Kita bisa menyaksikan betapa fundamentalist bersuka-cita saat indeks saham ambruk karena itu artinya momen belanja sudah semakin dekat. Kita juga tahu betapa para bond hunter bergembira saat menyambut inflasi yang tinggi karena bisa memborong obligasi dengan harga murah dan yield yang tinggi. Kita juga tahu betapa riangnya para shortseller di kala dollar terus menguat terhadap mata uang dunia karena itu berarti beruang masih pegang kendali. Dan kita pun merasakan betapa trader bersemangat mempelototi layar demi meraih momentum besar di kala pasar jeblok demi memanfaatkan fenomena ping pong. Jika ada trader yang bersedih hati karena indeks saham jeblok, itu semata-mata ia tengah mengambil posisi yang berlawanan. Ia sedih sambil meratapi kebodohannya sendiri. Bukan salah siapa-siapa. Bukan salah bandar. Bukan salah OJK. Bukan pula salah pemerintah. Melainkan salahnya sendiri yang mengambil posisi berlawanan.
Jika kamu memang ingin mendalami ekonomi di pasar saham, cobalah memandangnya dari 2 sisi, yaitu sisi pelaku pasar dan sisi uang itu sendiri. Pasar saham itu sejatinya adalah uang. Uang akan mengalir keluar dari saham yang buruk ke saham yang baik. Memahami aliran uang akan membantu kita memahami keseluruhan pasar saham hingga rentetan aspek ekonomi yang dilibatkannya. Dulu sekali saya pernah menggunakan metode ini buat mementahkan omongan orang-orang nyinyir soal dollar dan hutang negara. Bahkan sampai ini hari pun metode ini tetap saya pegang. Saya bukanlah orang dengan latar belakang pendidikan ekonomi. Karena itulah saya membutuhkan metode simpel seperti ini yang bisa dipahami secara cepat dan lugas.
Maka, jika ada 2 orang ekonom yang tengah berdebat, kamu fikirkanlah kemana sebenarnya uang sedang mengalir. Mengalir keluar atau mengalir ke dalam, atau tak kemana-mana? Jika dunia diambang krisis dan dollar disebutkan pulang kampung (karena investor diisukan memborong US Treasury Bond), apakah kamu langsung percaya tanpa cek ricek lebih dahulu? Apakah hal yang mengherankan kalau dalam kondisi krisis, eh ternyata investor cukup memegang stand by cash saja? Sebaliknya, apakah dengan meletakkan uang di US Treasury Bond, lantas semua hal menjadi beres? Ya tidak juga. Satu hal yang saya pelajari di dunia investasi pasar modal yaitu "berhentilah berfikir sebagai orang tamak." Orang tamak selalu berfikir buat mengamankan modalnya tanpa kehilangan return-nya. Nah, sudut pandang model seperti itulah yang saya sebut sebagai cara berfikir orang tamak. Dan logika orang tamak hanya berkutat di situ-situ saja, mudah terbaca, dan mengandung logical fallacy yang besar.
Logikanya, jika kamu memang berniat mengamankan modalmu, jangan berfikir soal return kendatipun ada banyak godaan untuk itu. Tahan saja dulu modalmu dan bersiaplah untuk menangkap momentum terbaik. Itu sebabnya menanamkan uang di obligasi dengan return rendah dalam kondisi krisis dengan maksud mengamankan modal, itu benar-benar tak masuk logika saya. Justru saya berasumsi bahwa yang sebenarnya investor tak pernah mencabut modalnya dari US Treasury Bond. Yang terjadi adalah ia mengambil pinjaman dengan jaminan obligasi tersebut dan dengannya lah ia trading di bursa saham. Tehnik ini digunakan demi meraih bunga yang sangat kecil, jauh lebih kecil ketimbang ia menggunakan margin.
Sobat trader, ada 2 hal pokok yang kerap saya terapkan saat saya hendak memahami bursa saham. Pertama, aliran uang. Dan yang kedua, waktu. Bursa saham itu ibarat jantung. Jika jantung kekurangan darah, maka ia akan mempercepat denyutnya agar volume darah yang dipompakan relatif tetap. Jika dalam rentang waktu itu ternyata volume normal tak juga tercapai, maka jantung akan melemah dan orang tersebut akan kolaps. Jika bursa saham kolaps, ia akan menyeret sektor riil ke dalamnya. Itulah kenapa dibutuhkan antisipasi yang tak lain tak bukan adalah mekanisme bertahan agar alirah uang tetap lancar. Cepat atau lambat, kita akan menjadi ekonom dadakan ataupun trader dadakan, tapi mungkin dengan cara itulah pelan-pelan kita akan memahami bahwa bursa saham itu tak separadoks yang kita sangkakan sebelumnya.
Semoga bermanfaat.
Post a Comment