Sebenarnya saya pun mengkritik penganut fundamental, apalagi yang kadang-kadang latah menyebut dirinya pengikut Buffet. Waduh, enak bener ngomongnya. Apa dikiranya semudah itu mengikuti jejak Buffet? Saya mengkritik dengan sudut pandang yang berbeda. Saya mendukung mereka yang mau belajar fundamental, tapi mestinya mereka buang jauh-jauh dulu pemikiran mau seperti Buffet. Yang dekat-dekat sajalah. Di Indonesia ada Lo Kheng Hong, Surono Subekti, dan sebagainya. Dua orang yang saya sebutkan di atas itu adalah orang-orang yang sangat hebat dalam menganalisa fundamental perusahaan.
Kalau kita memilih untuk aktif trading ketimbang investing jangka panjang, bukan berarti kita mencampakkan buku-buku fundamental dan lebih condong ke teknikal saja. Di artikel ini saya pernah menjelaskan bahwa antara FA dan TA itu seperti tinta dengan pulpennya. Artikel itu penting buat kamu baca. Di artikel yang lain, Belajar Sambil Mengajar, saya tuliskan bahwa mereka yang sudah memahami konsep investasi, sebenarnya selangkah lagi memahami konsep trading. Yang mau saya sampaikan itu adalah bahwa semua yang terlihat sebagai dinamika trading, baik jarak panjang maupun jarak pendek, itu sebenarnya pengembangan dari konsep yang sama, yaitu fundamental dan investasi. Kalau memang kita begitu yakin melakukan trading tanpa analisa fundamental sama sekali (ataupun karena sudah membaca ulasan lembaga yang lebih terpercaya ataupun yang digaji untuk itu), samalah seperti meletakkan kepala di atas batu dan berharap tidak ada golok yang menebas leher. Jangan terlalu gegabah dengan membenci analisa fundamental. Saya bukan pakar analisa fundamental, tapi saya menemukan cara saya sendiri dalam menggabungkan antara analisa fundamental dan analisa teknikal. Sesuatu yang mungkin saya pahami sendiri.
Mereka yang tidak bisa melakukan analisa fundamental, tapi menyebut dirinya sebagai swing trader, maka itu adalah omong kosong.
Antifundamentalis, sudahlah... kamu tidak mungkin seceroboh itu.
Post a Comment