Banyaknya uang beredar di dunia saham ini tentu akan menggoda siapa saja untuk ikut serta. Tipikal orang awam selalu menyukai mana-mana saja bisnis yang berpotensi memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya dan kerugian yang sekecil-kecilnya. Pasar modal merupakan tempat dimana hal itu sangat bisa dilakukan. Tapi sayangnya dunia saham ini kurang ramah bagi pendatang baru. Ups.. tak cuma bagi pendatang baru, tapi juga bagi penghuni lama yang memiliki 10 sifat sbb :
- Penakut.
Rasa takut biasanya dipicu oleh takut salah, takut rugi, dan takut gagal. Ini seperti reaksi berantai. Si penakut biasanya mudah menjadi pesimis dan mudah menyerah. Mereka berharap bertemu dengan orang yang bisa mengajari perihal saham ini dari A sampai Z dengan metode yang 100% akurat. Performa tradingnya biasanya buruk sekali karena ia berpegangan pada analisa orang lain yang belum terbukti. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena sulit maju. Ini seperti niat hati mau berlayar dengan kapal pesiar, tapi apa daya tali masih tertambat di dermaga karena takut kapal hanyut. - Kekanak-kanakan.
Bukan sekali dua kali saya mendengar ada yang mengatakan bahwa trading itu gampang. Bahkan kalimat itu diulang-ulang setiap kali ia dimintakan pendapat soal investasi di saham. Apa iya gampang? Disebut kekanak-kanakan karena mereka menganggap bisnis saham seperti bisnis main-main. Umumnya senang pamer, butuh like banyak buat status FB dan Twitternya, dan sebagainya, layaknya seorang panutan yang membutuhkan banyak pendukung. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena popularitas tak begitu penting di sini dan segala sesuatu harus dilakukan sendiri. Penilaian akan menjadi kacau kalau harus bolak balik mendengarkan suara terbanyak. Untuk bisa maju di dunia saham, kamu harus bisa melakukannya sendirian, meskipun tak banyak yang mendukungmu. Lakukan apa yang harus dilakukan, walaupun itu harus mengambil langkah yang tak populer. - Si Gila Pesta.
Menyadari bahwa uang bisa diperoleh lewat trading, maka ia menyukai berhura-hura, berfoya-foya, suka keramaian, khas sebagai penggila pesta. Gathering alias kumpul-kumpul walaupun hanya sekedar chit-chat kosong menjadi hobinya. Dia akan tampil layaknya seorang pengusaha yang sukses yang dipenuhi dengan kata-kata penuh motivasi, padahal belum tentu prestasi tradingnya seperti gaya hidupnya itu. Kebiasaannya omong besar memang seringkali membuat orang lain terkagum-kagum, tapi ketika sampai kepada saat praktek, prestasinya biasa-biasa saja. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena tak pandai menilai uang. Hanya mengerti nilai besar, tapi tak mengerti nilai kecil. Gaya hidup dipertuhankan. Alih-alih meningkatkan kemampuan tradingnya, ia justru lebih fokus meningkatkan gaya hidupnya yang glamour. - Senang mencari kesalahan orang lain.
Mengakui kesalahan sendiri itu memang berat. Maka akan terasa lebih mudah untuk menyalahkan orang lain sebagai penyebab kegagalannya. Ini seperti melihat investor yang sukses, lalu menuduhnya sebagai seorang bandar, insider, atau apalah. Ada kesan bahwa siapapun yang berhasil di pasar saham ini adalah penipu. Yang jujur itu hanyalah yang rugi. Alih-alih mengintrospeksi diri, ia lebih suka mengorek-ngorek kehidupan orang lain untuk mencari celah kesalahannya. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena waktunya lebih banyak habis buat mengurusi orang lain yang tak penting ketimbang mengurusi dirinya sendiri. Mereka akan menjadi orang yang tak bisa mengatur skala prioritas dan sering kebingungan sendiri. - Menyalahkan kondisi sebagai penyebab kegagalannya.
Apakah kamu pernah dengar ada yang mengeluh gagal di saham karena punya shio babi (pemalas)? Saya pernah. Apakah kamu pernah dengar ada yang mengeluh gagal karena pelupa? Saya pernah. Tak cuma itu, ada pula yang mengatakan untuk berhasil di saham harus punya modal sekian puluh juta dulu, seolah-olah modal besar menjadi jaminan sukses di pasar modal. Belum lagi menyalahkan inflasi, menyalahkan Presiden yang lambat menetapkan kapolri, menyalahkan menteri keuangan yang lambat mengumumkan suku bunga BI, dan sebagainya. Dengan kata lain ia ingin meyakinkan orang lain bahwa andai semua faktor itu tidak ada, maka ia pasti bisa sukses dan menganggap wajar kegagalan yang dideranya itu dengan alasan-alasan seperti di atas. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena penyebab kegagalan yang paling sering adalah pandai mencari-cari alasan. Sebelum ia menyadari kekurangan dirinya, jangan terlalu mimpi bisa berhasil di dunia saham. - Pemalas
Ia menganggap bahwa saham itu tak bisa dianalisa. Semua analisa yang benar baik naik maupun turun itu karena faktor kebetulan semata-mata. Karena itu ia menganggap percuma untuk dipelajari terlalu dalam. Sebagai gantinya, sistem tradingnya tak lebih dari sistem tebak-tebakan. Kalau untung, ya syukur. Kalau rugi, ya wajar. Ia tak tahu cara menghitung valuasi wajar, karena ia terlalu malas untuk mempelajarinya. Ia tak tahu sinyal teknikal, karena ia terlalu malas untuk mengutak-atik grafik. Ia terlalu malas untuk membaca ulasan makro ekonomi karena menganggap itu semua tak ada gunanya. Seolah-olah trading itu tak lebih dari permainan judi. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena untuk sukses dibutuhkan sifat rajin, karena banyak sekali hal-hal yang harus dipelajari dan dipahami. - Tamak.
Gaya hidup yang kelewat tinggi membuat seseorang menjadi tamak. Ia tak akan pernah puas jika hanya mendapat sedikit. Dikejar-kejar kebutuhan yang berlebihan membuatnya ingin mendapatkan lebih dan lebih banyak lagi. Beragam cara digunakan. Beragam model saham dicoba. Tak peduli blue chips atau tidak, yang penting bisa kasi profit besar. Namanya juga tamak, ia tak pernah terlalu memikirkan resiko. Yang penting bisa dapat hasil lebih besar. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena akan sering lengah dan terkecoh, karena keburu dibutakan oleh iming-iming, mudah dipengaruhi media, dan gampang kena tipu. - Kikir.
Sifat ini muncul karena menganggap bahwa uang itu didapatkan dengan bersusah payah. Jika seorang trader sukses masih bersifat kikir terhadap kekayaannya, berarti ia belum bisa dikatakan sukses. Tidak cuma itu, kikir bisa juga menyangkut ilmunya. Ia sering mencela orang lain dengan sebutan bodoh dan sebagainya, sedangkan ia sendiri tak pernah berbagi ilmunya. Senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena untuk menjadi sukses haruslah dimulai dari niat untuk membantu orang lain. Banyak hal-hal yang menjadi lebih terang ketika kita berniat untuk menolong, dan itu tak akan bisa terwujud selama masih ada sifat kikir. Raihlah keuntungan dengan menyebarkan keberuntungan lebih dulu. - Suka berbohong.
Berbohong di sini diartikan suka menuliskan sesuatu yang bukan keahliannya. Ini lagi menjadi trend di Facebook dan Twitter, dimana banyak yang berkomentar soal politik, share berita ini itu, padahal ia sendiri tak mengerti duduk perkara yang sebenarnya. Di saham pun begitu. Seringkali ia tampil seperti orang yang punya banyak pengalaman, tapi hasil analisanya salah kaprah. Alih-alih meminta maaf, ia justru menutupi kebohongannya itu dengan kebohongan baru. Begitu seterusnya. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena penguasa pasar tak bisa dibohongi. Justru dirinya sendirilah yang merugi nanti. Antara bohong dan bodoh itu seperti kakak adik. Terbiasa berbohong, akhirnya jadi bodoh. - Taklid.
Ini sering terjadi pada mereka yang baru mulai belajar dan kurang pengalaman. Baru belajar teknikal sedikit, merasa dirinya sudah banyak mengerti. Baru mengerti menghitung ratio fundamental sedikit, merasa dirinya sudah banyak mengerti tentang kinerja perusahaan. Baru nemu saham dengan stochastic golden cross dan diikuti kenaikan harga saham, mengira bahwa hal itu berlaku di setiap saham. Orang seperti ini sebaiknya menjauh dari dunia saham karena taklid ini hanya kerjaan orang bodoh, mengira bahwa indikator-indikator tertentu menjadi tolok ukur naik turunnya harga saham. Sebelum ia melepaskan kebiasaannya bertaklid itu, ia akan sulit sukses di dunia saham.
Post a Comment