Illustrasi gambar di samping ini hendak menunjukkan bahwa pola breakout antara keduanya bisa persis sama, tapi hasil akhirnya jauh berbeda. Biasanya kita akan mencari-cari apa penyebab perbedaan ini. Apakah mungkin disebabkan oleh formasi candlestick, volume, pola grafik, dan sebagainya? Maka jurus "Mencari 8 Perbedaan" dalam 2 gambar yang mirip pun dilakukan. Saran saya, tak usah capek-capek mencari perbedaan antara keduanya. Mungkin sekali dari illustrasi gambar yang disajikan di samping ini kita bisa menemukan banyak perbedaan antara keduanya, tapi dalam prakteknya kita nyaris tak menemukan perbedaan yang berarti.
Secara teori maupun praktek, tidak ada cara yang benar-benar akurat untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Satu-satunya pendekatan yang paling mungkin untuk menilai kualitas sebuah breakout adalah dengan mengetahui apa yang sedang terjadi di saham tersebut. Selain dari itu, pola breakout baik dengan volume maupun tanpa volume tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti, meskipun didukung oleh F net buy besar sekalipun. Bahkan dalam banyak kasus, breakout dengan volume merupakan jebakan yang paling mengerikan. Kecuali untuk menganalisa indeks saham, pola breakout tidak begitu banyak berguna di saham, walaupun sudah dibantu dengan analisa fundamental sekalipun. Alih-alih menjadi trader yang profesional, sistem breakout merupakan tehnik tercepat buat menjadikan trader bangkrut.
Jadi bagaimana cara mengantisipasi ini? Kita tentu tidak mau corat-coret pola hanya sebagai gambar indah di atas grafik kan? Saya hanya bisa berikan dua kata kunci, yaitu pertama, akurasi breakout sangat tergantung pada seberapa baik kamu menentukan titik support dan resisten harga. Kalau memang akurasinya kurang baik, maka penilaian arah pasca breakout ini sulit dilakukan. Kedua, periode. Breakout SR jangka panjang lebih kuat ketimbang SR jangka pendek. Itu sebabnya trader saham lebih menyukai Fibonacci ataupun Peak & Trough sebagai titik SR ketimbang Pivot Point harian. Tapi bukan berarti kamu harus menggunakan Fibonacci atau P&R juga. Ini cuma contoh. Kamu bisa mengembangkan beragam metode untuk menghitung SR ini. Jadi sederhananya, kemungkinan besar penyebab terjadinya False Breakout adalah keliru menghitung SR harga. Pertanyaannya, apakah ada yang benar-benar tepat menghitung SR harga? Mungkin ada, mungkin tidak, kita tidak tahu. Tapi sebutan 'benar-benar tepat' tidak cocok, karena yang akan dinilai itu adalah apakah aksi pasar yang terjadi selanjutnya sudah sesuai SR yang dihitung atau tidak.
Semoga bermanfaat dan tetap semangat!!
Post a Comment