Kondisi IHSG dalam minggu ini tak banyak berbeda dari minggu lalu. Masih tersandera oleh penguatan USD terhadap rupiah, dan tampaknya rupiah berusaha bertahan sambil memanfaatkan sentimen positif perkembangan ekonomi Indonesia buat ke depannya.
Beberapa hari lalu DPR setuju untuk memberikan suntikan modal untuk beberapa BUMN, walaupun jumlahnya jauh di bawah yang diajukan Pemerintah. Tapi tidak apa-apa, itu lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Yang pernah saya baca, tujuan memberikan suntikan modal besar itu untuk memotong aksi jual-beli proyek yang selama ini banyak dilakukan. Contoh, tender membangun jembatan. Masa iya jembatan yang besarnya tak seberapa ditenderkan? Maka, turun tangan Pemerintah dalam memberikan modal pada BUMN diharapkan bisa lebih tepat sasaran ketimbang membiarkan para BUMN sibuk bertender-ria yang hasilnya pun tak jelas. Investor dalam negeri sangat menaruh harapan pada komitmen Pemerintah RI dalam memajukan kesejahteran rakyat, memberantas korupsi, serta menindak oknum-oknum yang diduga memperlambat birokrasi.
Kurs USD dalam minggu ini bergerak dalam range Rp12650-12800. Tingkat inflasi bulan Januari 2015 sebesar 6,96%, cukup membaik ketimbang inflasi bulan Januari 2014 sebesar 8,22%. Penurunan inflasi ini terbanyak disumbangkan oleh turunnya BBM. Selebihnya, Indonesia masih berupaya untuk bertahan sambil terus membangun pondasi ekonomi. Itu sebabnya kita belum merasakan terobosan-terobosan yang berarti dari pemerintahan yang baru, selain masih sibuk memperbaiki sistem yang masih carut marut. Banyak UU yang mesti ditinjau ulang. Banyak Perppu yang harus dikeluarkan. Jika sistem sudah tersusun dengan rapi dan teruji, maka di situlah momentum kebangkitan ekonomi nantinya.
Buat pelaku pasar modal, tak banyak yang bisa dilakukan selain memperhatikan dan bertahan dalam goncangan pasar. Kenapa ini bisa terjadi? Karena banyak sekali pe-er yang tak selesai pada pemerintahan sebelumnya. Apakah saya menyesalkan kinerja pemerintahan SBY selama 10 tahun terakhir? Ketika orang sibuk menabur bunga untuk mencari aroma wanginya, apakah kita pernah tahu ada berapa tanaman bunga yang sudah ditanam kembali? Itulah kita. Saat pasar modal dibanjiri likuiditas tahun 2009-2013 lalu, kita mengira pertumbuhan ekonomi naik pesat, padahal arus modal masuk itu karena The FED memberikan stimulus besar-besaran. Ekonomi Indonesia sendiri biasa-biasa saja, tapi IHSG meroket. Itulah sebabnya tiap kali IHSG rally, investor terus dibayang-bayangi ketakutan karena memang pondasi ekonomi Indonesia tidak menyokong itu. Lantas kenapa IHSG tak kunjung ambruk? Karena ekonomi Indonesia masih tumbuh, walaupun sangat lambat. Walaupun level IHSG memang sudah dinilai agak kemahalan, namun jika optimis ekonomi tumbuh 5,8% tahun ini, maka IHSG level sekarang masih tergolong wajar.
Melanjutkan analisa minggu lalu, saya menggambar 3 kemungkinan pergerakan IHSG, yaitu garis biru, merah, dan hijau. Kalau mencermati pergerakan IHSG dalam 1 minggu terakhir ini, ada kemungkinan IHSG mengikuti garis biru. Setelah menyentuh resisten 5379, garis biru ini diprediksi akan bergerak turun ke support 5253. Jika ternyata IHSG bergerak anomali, maka tak tertutup kemungkinan pilihannya di garis merah, sedangkan garis hijau dirasakan agak sulit tercapai. Penurunannya tak mesti securam seperti di gambar. Bisa saja lebih landai, tapi saya tak bisa mengetahui itu. Yang pasti walaupun berpotensi turun, IHSG masih bertahan di atas garis uptrendnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kabar gembiranya, dinilai dari pola yang terbentuk, maka penurunan ini akan menandai awal rally IHSG yang sebenarnya. Target tertinggi IHSG masih jauh di depan mata. Jalan masih panjang. Saat ini IHSG berada dalam Minor Wave 3 of Intermediate Wave (3) of Primary Wave ((3)) of Cycle Wave V.
Dilihat dari grafik FNBS IHSG di atas, asing mencatatkan net buy yang cukup besar. Terbesar sejak 29 Oktober 2014 lalu. Ini tentunya jadi indikasi bagus buat jangka menengah ke depannya. Untuk jangka pendek, kita tak bisa menilainya dari FNBS ini. Cukuplah kita tahu bahwa asing terus memborong saham, tak peduli apakah IHSG mau rontok atau tidak. Ya mereka punya cara main sendiri. Karena saya tak bisa mengikuti cara mereka itu, maka saya terpaksa melakukan analisa seperti ini. Meskipun ini seperti analisa penuh omong kosong, saya tak peduli. Saya tulis apa yang saya lihat. Dan biarkan ini menjadi corat coret logika saya saja. Disclaimer on.
Post a Comment