Pergerakan IHSG tampaknya masih tersandera dengan pergerakan rupiah yang nyaris tak kemana-mana. Walaupun arus modal masuk terus terjadi sejak pertengahan Desember 2014 s/d hari ini, tapi kenaikan IHSG tak sefantastis modal yang masuk. Kondisi IHSG seperti pemain bola yang belum sembuh dari cedera, tapi sudah dipaksa untuk bermain lagi. Indonesia membukukan pertumbuhan ekonomi 2014 paling lambat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Ini bisa dimaklumi karena Indonesia sudah mengalami defisit 40 bulan lamanya akibat beban import yang berlebihan dan ekspor yang menurun. Akibat terlalu mengandalkan sektor migas, sementara harga komoditas turun, maka Indonesia hanya 1/2 berpasrah diri saat rupiah makin lama makin terpuruk hingga sekarang ini. Kita berharap pada pemerintahan baru yang sekarang ini benar-benar berkomitmen memperbaiki itu dan jangan sampai mengulangi kesalahan pemerintahan sebelumnya.
USD mulai menguat sejak April 2011. Bisa dibilang rupiah belum pernah menyentuh level tahun 2011 lalu sampai hari ini, walaupun sebenarnya sepanjang 2013-2014 index USD menunjukkan pelemahan. Dimungkinkan US sudah melewati fase krisisnya semenjak 2013 lalu. Lalu sejak akhir 2014 s/d awal 2015 USD terus menguat, tapi US Treasury Yield malah turun. Ini artinya data-data ekonomi US ternyata melampaui ekspektasi. Itu sebabnya US market terus rally, yang imbasnya juga ke IHSG. Hanya saja, kondisi IHSG agak sedikit berbeda karena pertumbuhan PDB Indonesia ternyata yang terendah kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu 5,01%. Untuk tahun 2015 Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5.8%.
IHSG bergerak flat, meleset dari perkiraan minggu lalu, tapi tak mengubah susunan wave. Kondisi ini menghasilkan beberapa prediksi prediksi pergerakan selanjutnya. Saya menggambar 3 kemungkinan yang bisa terjadi. IHSG sedang membentuk Minor Wave 3 of Intermediate Wave (3) of Primary Wave ((3)) of Cycle Wave V.
FNBS IHSG menunjukkan asing masih belum banyak membukukan aksi beli bersih. Mungkin menunggu hasil PDB yang biasanya diumumkan pada bulan Februari setiap tahunnya. Ya tentu saja kita tak bisa berharap hasilnya terlalu bagus, karena kita sudah tahu pertumbuhan PDB 2014 adalah yang terendah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Itu sebabnya tahun 2015 banyak yang mengisyaratkan bahwa pertumbuhan ekonomi akan terlambat. Yang sebenarnya terjadi, pertumbuhan ekonomi 2014 yang melambat, sedangkan 2015 belum tahu.
Penguatan USD terhadap rupiah sekarang ini sudah lebih dipengaruhi oleh kondisi fundamental, dimana US membaik sedangkan Indonesia masih belum. Untuk pasar US sendiri, ada kecenderungan indeks dollar akan turun nantinya untuk mencari kestabilan. Apabila pada tahun 2015 ini Pemerintah benar-benar berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi di atas 5.8%, maka tidak tertutup kemungkinan tahun ini juga rupiah akan menguat ke level Rp11.200. Prediksi pelemahan USD ini bukan karena ekonomi US yang melemah, melainkan justru kebalikannya. Dalam equilibrium yang dicari, USD harus tetap rendah, harga minyak rendah, inflasi terkendali, dan The FED bisa mempertahankan suku bunga pada level sekarang ini (atau mungkin diturunkan lagi).
"We could soon see a major decline in the dollar and the price of U.S. Treasuries, which would translate directly into a significant rebound in interest rates. That would be a very big deal." Carley Garner, co-founder dari DeCarley Trading, penulis buku "A Trader's First Book on Commodities" (13/01/2015). Jika prediksi Garner ini benar, maka akan ada berita penting yang muncul di tahun 2015 ini yang akan jadi petanda apakah USD akan bertahan atau turun sesuai prediksi.
Post a Comment