Dalam seminggu ini IHSG masih dibayang-bayangi pelemahan rupiah. Saya masih optimis bahwa pelemahan rupiah sudah terbatas yaitu masih di range 12130-12493. Setiap kali rupiah bergerak flat dalam periode tertentu, itu sering diartikan sinyal bullish, walaupun sifatnya sementara. Yang diinginkan pelaku pasar bukan hanya sekedar penguatan rupiah atas dollar, tapi lebih kepada kestabilan rupiah. Apa gunanya rupiah menguat dengan cepat lalu melemah kembali dengan cepat (tidak stabil)? Tidak ada, selain memberikan ketidakpastian di pasar.
Capital inflow yang terus membanjiri pasar saham mestinya menjadi sinyal positif kuat buat IHSG, tapi mungkin efeknya masih belum begitu terasa.Ya kita tidak bisa mengharapkan IHSG akan meloncat naik tajam ketika arus modal masuk sangat deras. IHSG tidak merespon secara dadakan seperti itu. Ibarat hendak berlari, harus ada persiapan yang harus dilakukan lebih dulu. Saat ini IHSG berada pada sub wave 4 dari wave koreksi minor (c) dari wave IV mayor. Dan akan muncul sub wave 5 turun untuk menyempurnakan hitungan wave ini. Target idealnya adalah 4960. Jika ternyata target ini tidak kena dan IHSG cukup tertahan di support 5027 seperti sekarang ini, lalu rebound, maka bisa dimaknai sebagai subwave 5 failure yang mengindikasikan trend bullish yang kuat. Adapun target 6325 merupakan target terdekat dari keseluruhan impulsive wave mayor I-II-III-IV-V, yang mungkin baru bisa tercapai di kuartal I tahun 2016, bukan 2015.
Sekarang kita lihat grafik FNBS di atas. Seminggu ini IHSG bertahan dengan posisi F net buy. Pada postingan minggu lalu saya mewanti-wanti kalau volume jual bersih oleh asing ini lebih dari 200 juta lembar karena itu bisa jadi sinyal bearish, tapi ternyata hal itu tak terjadi. Ini mestinya juga menjadi sinyal positif buat IHSG ke depannya.
Post a Comment