"Rencana trading merupakan strategi untuk menerobos pertahanan lawan dan menghasilkan gol. Sedangkan manajemen uang merupakan strategi untuk memaksimalkan jumlah gol yang bisa diraih." (Membuat Trading Plan Sendiri)
"Selain konsistensi, masih ada hal lain yang lebih penting ketimbang sibuk membanding-bandingkan persentase profit." (Rahasia Di Balik Gemerlapnya Bintang)
Waktu merupakan elemen yang sangat sulit, atau bahkan mungkin tak bisa, diprediksi. Banyak ragam analisis saham, tapi hampir rata-rata tak bisa memasukkan elemen waktu ke dalam prediksinya. Seperti pertanyaan "Kapan sebuah saham sudah layak dibeli?". Biasanya dijawab dengan "Tunggu di support sekian." Setelah harga benar-benar sudah berada di support yang dimaksud, pertanyaan akan berkembang menjadi "Apakah sudah saatnya membeli?" Dan jawabannya pun berkembang menjadi "Tunggu jika berhasil tembus resisten sekian." Apa kesan kuat yang tergambar pada situasi seperti ini? Kesan kuatnya adalah bahwa trader berusaha mengantisipasi elemen waktu dengan cara melakukan pendekatan support dan resisten demi mendapatkan momentum (sinyal). Dengan begitu, prediksi atas waktu bisa diabaikan karena memang waktu sangat sulit untuk diprediksi. Ini seperti bertanya ke seorang penembak jitu, kapan ia akan menarik pelatuknya. Maka jawaban yang paling masuk akal adalah apabila sasaran sudah terlihat. Kapan sasaran akan terlihat? Tidak tahu. Bisa kapan saja.
Beberapa model analisis atas waktu yang pernah saya baca tak banyak memberikan petunjuk. Memang model analisis semacam itu terkesan maju (advanced), tapi sayangnya dalam beberapa titik penting, ia menjadi kurang tradable. Nah, sekarang apa hubungan judul di atas dengan paparan ini? Saya akan jelaskan.
Saat membahas soal diversifikasi, para mentor selalu menekankan pada pentingnya memenej resiko. "Do not put all your eggs in one basket." Misalkan kita ambil 5 macam saham. Jika 1 gagal, kita masih punya 4 lagi. Jika 3 gagal, kita masih punya 2 lagi. Begitu kira-kira logika yang dibangun. Saya tidak menolak konsep semacam itu, tapi saya kurang sependapat dengan alasan plus illustrasi yang diberikan. Dari pengalaman yang saya jalankan, diversifikasi sebenarnya bukan untuk mengantisipasi resiko atas salah pilih saham. Yang sebenarnya diversifikasi itu diperuntukkan untuk mengantisipasi waktu.
Kalau sistemmu salah, apapun saham pilihanmu akan ikut salah. Kebiasaan trader mendiversifikasi ke dalam 5-10 macam saham adalah dengan alasan buat mengantisipasi kegagalan sistemnya dan berharap ada salah satu dari saham yang dipegangnya yang berhasil naik. Itu cara yang brutal dan melenceng dari konsep diversifikasi. Padahal jika sistemmu sudah tepat, kamu bisa memilih 1 macam saham saja untuk dipegang. Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah : jika kamu investor : apakah saham yang dipilih itu benar-benar akan memberikan profit terbaik ketimbang saham yang lain? Jika kamu trader : kapan saham itu akan bergerak naik?
Investor
Memilih satu saham yang bisa memberikan profit terbaik bukanlah pekerjaan yang mudah. Memang pernah ada yang melakukan hal semacam itu dan berhasil. Kunci keberhasilannya sebagian besar disumbang oleh faktor hoki karena berhasil menemukan saham semacam itu, entah itu secara fundamental, ataupun karena kebetulan semata-mata. Biasanya investor menyeleksi beberapa saham untuk dipilih yang terbaik kinerjanya, bukan yang diprediksi memberikan profit terbaik. Adapun persentase profit hanya akan dibandingkan dengan kinerja reksadana dan deposito. Selama persentasenya masih di atas reksadana dan deposito, berarti pilihan sahamnya sudah tepat. Dengan demikian, jika ada 5 saham yang masuk dalam kriterianya, maka kemungkinan ia akan berinvestasi sekaligus di 5 saham tersebut. Di sini kamu akan melihat bahwa pertanyaan "apakah saham yang dipilih itu benar-benar akan memberikan profit terbaik ketimbang saham yang lain?" tidak akan bisa benar-benar terjawab karena cuma waktu yang bisa menjawabnya.
Trader
"Kapan saham itu akan bergerak naik?" Kalau kamu tipe investor, pertanyaan seperti ini tentunya tak terlalu mengusik, tapi buat trader, pertanyaan seperti ini sangat mengusik. Trader melatih dirinya untuk bisa mengenali momentum lebih cepat ketimbang investor. Dengan begitu ia bisa meraih profit lebih sering. Maka menunggu terlalu lama tidak masuk dalam kamusnya. Berapa yang disebut terlalu lama? Lebih dari 2 minggu. Percayalah, di luar sana ada banyak trader yang tak tahan menunggu walaupun hanya 1 hari pun. Bayangkan saja, kalau memilih 1 macam saham dan saham tersebut tak naik-naik hingga 2 minggu lamanya, trader akan membuang-buang waktu secara percuma hanya untuk menunggui satu macam sahamnya itu. Itu bukanlah ide yang bagus. Karena itu, untuk mengantisipasi ketidakjelasan atas waktu, maka mau tidak mau, diversifikasi harus dilakukan. Tidak cukup mendiversifikasikan sahamnya, bahkan sektornya pun juga turut didiversifikasi. Jika kita tidak bisa memprediksi kapan musim berbuah, maka jangan pilih hanya 1 tanaman, melainkan beberapa tanaman sekaligus. Sering kali musim berbuah itu tidak serentak, kan?
Sampai di sini bisa dipahami bahwa diversifikasi itu sebetulnya antisipasi atas kehilangan kesempatan. Jangan biarkan dirimu terlalu fokus ke satu saham, sehingga melepaskan begitu saja kesempatan dari saham lain, padahal kesempatan itu sama bagusnya. Dan untuk bisa melakukan diversifikasi dengan baik adalah dengan menjalankan manajemen uang yang baik pula. Kamu tidak bisa melakukan diversifikasi kalau modalmu kurang, bukan? Karena itu coba terapkan cara sbb :
- Tentukan berapa saham yang bisa kamu pegang. Biasanya 3-5 saham sudah cukup bikin mumet.
- Tentukan berapa modal yang dibutuhkan per saham.
- Tentukan berapa kali entry per saham. Misalnya modal per saham Rp10 juta dengan 5x entry. Maka per entry adalah Rp2 juta (Rp10 juta/5).
Antisipasi resiko atas kegagalan sistem, itu bagian dari stoploss. Eksekusi rencana trading demi meraih profit optimal sesuai kemampuan modal, itu bagian dari manajemen uang. Eksekusi rencana trading demi meraih momentum sebanyak-banyaknya, itu bagian dari diversifikasi. Diversifikasi memang banyak mengubah gaya trading saya yang semula terkesan ugal-ugalan menjadi lebih hati-hati, lebih nyaman, dan lebih rapi. Dan inilah yang saya maksud bahwa selain konsistensi, masih ada hal lain yang lebih penting ketimbang sibuk membanding-bandingkan persentase profit. Temukan kenyamanan dalam tradingmu. Insting alamiah manusia akan cenderung mengulang-ulang pola yang sudah dianggap nyaman. Konsistensi profit akan mengikuti setelahnya. Soal besar kecil persentasenya, itu sudah tak jadi soal lagi.
Semoga bermanfaat.
Post a Comment