Penganut teknikal meyakini bahwa divergensi merupakan sinyal terkuat dari oscilator. Ketimbang melihat persilangan indikator sebagai sinyal, divergensi berpotensi memberikan sinyal yang lebih baik lagi yang pada tujuan akhirnya memudahkan trader mengambil keputusan yang tepat di waktu yang tepat pula. Kenapa harus dimaknai sebagai divergensi? Tak cukupkah trader memantau indikator saja untuk memahami pergerakan harga? Maka jawabnya, tidak cukup. Karena yang sebenarnya indikator terbaik dalam memahami pergerakan harga adalah harga itu sendiri. Karena itu, dalam menggunakan oscilator ataupun indikator manapun, jangan lupa untuk membandingkannya dengan pergerakan asli harga yang bersangkutan. Bisa dikatakan oscilator ini hanya alat bantu saja, bukan sebuah alat diagnosa yang definitif, karena definitifnya tetap pada harga itu sendiri.
Berdasarkan polanya, divergensi ini dibedakan atas 3 macam, yaitu :
- Divergensi kelas A
- Divergensi kelas B
- Divergensi kelas C
Seperti kebanyakan indikator teknikal modern, divergensi pun mengandung bias yang lebar juga. Kelas-kelas divergensi yang dimaksudkan di atas sebenarnya hendak mengarahkan kepada tingkat reliabilitas, dimana divergensi kelas A tentunya lebih kuat ketimbang divergensi kelas B. Namun dalam praktek yang saya temui, ketiga model divergensi di atas sama-sama bisa menghasilkan sinyal baik itu lemah maupun kuat. Pengenalan pola divergensi ini bertujuan untuk mendeteksi tanda-tanda pembalikan arah lebih dini, tapi sayangnya harga bisa berbalik arah sangat kuat walaupun tanpa divergensi sama sekali.
Satu hal yang perlu diingat dalam menyikapi indikator teknikal modern. Tidak ada yang baku dan tidak ada standard abadi di sini. Ingatlah selalu bahwa oscillator manapun pastinya merupakan lagging indicator. Jangan berfikir bahwa oscillator bisa memprediksi harga, karena itu tidak mungkin. Namun kelebihan utama dari oscillator, kendatipun ia itu bersifat laggard, adalah ia memberikan kemudahan dalam memilih saham mana yang layak dimasukkan ke dalam daftar pantau, suatu hal yang rada sulit jika hanya mengandalkan analisa teknikal klasik. Semoga bermanfaat.
Post a Comment