"Saat laskar perang bertempur dalam pertarungan nyata, bila kemenangan masih jauh untuk diraih, senjata-senjata para prajurit akan menjadi tumpul dan antusiasme mereka pun menurun." |
Kontrarian merupakan sebutan untuk mereka yang sedang melawan arus. Tapi dalam definisi perang ala Sun Tzu, kontrarian diartikan sebagai mengambil keputusan yang berlawanan dari keputusan lawan. Jika lawan terlalu kuat, maka kita bersiap-siap mundur, bukan memaksakan diri untuk lanjut bertempur. Jika lawan sudah mulai melemah, maka kita siap-siap menyerang. Strategi perang Sun Tzu ini lebih mengedepankan konsep "kalau ada cara untuk menang tanpa berperang, maka prioritaskanlah itu." Kecuali memang tidak ada cara lain lagi dan terpaksa harus berhadap-hadapan. Tulisan ini akan akan menjelaskan apa yang dimaksudkan dalam bab konflik ini.
Konflik merupakan hasil dari benturan kepentingan. Untuk memahami perang yang sesungguhnya, kamu harus berani terlibat dalam konflik. Bukan artinya mencari-cari musuh, melainkan semata-mata untuk bertahan hidup demi menemukan kedamaian. Akan selalu ada orang yang berbeda pendapat denganmu, dan sering kali perbedaan itu demikian besarnya sehingga terkesan menyerang satu sama lain dan membuat ketidakakuran. Kalau kamu tidak berani berkonflik, maka kamu adalah pengecut dan tak ada jalan untuk menang buat seorang pengecut. Konflik itu tidak hanya melibatkan ide / gagasan, tapi juga strategi dan hasil. Yang menang akan mendapatkan haknya, yang kalah harus menerima kekalahan akibat kesalahannya sendiri. Hanya pecundang sejati yang tak mau mengakui kekalahan. Begitulah seterusnya.
Dalam berkonflik, kamu bukan ngotot harus menang. Konflik di sini diartikan keberanian untuk menerima tantangan akibat perbedaan dengan rasa damai. Ketika seseorang mengatakan indeks saham akan ambruk, maka yang lain akan melakukan counter terhadap pendapatnya tersebut. Tidak ada yang bisa memastikan siapa yang benar, karena keputusan akan dikembalikan sepenuhnya ke pasar. Semua kejujuran akan terbayarkan, dan semua omong kosong akan berakhir di tong sampah.
Konflik yang terus menerus akan menghasilkan peperangan yang panjang. Dalam situasi peperangan yang panjang, animo trader akan menurun dengan sendirinya. Perasaan 'letih', bosan, dan sebagainya menghendaki adanya perubahan dalam waktu dekat, padahal 'kemenangan' masih jauh. Ini gejala yang sangat normal. Banyak dari kita yang hanya siap untuk mencermati trading jangka pendek, tapi tak pernah cukup siap untuk trading jangka panjang. Entah itu karena strateginya yang tak mumpuni, atau memang dia yang kurang sabar. Seseorang menjadi kurang sabar karena terlibat konflik dalam dirinya. Seseorang menjadi terburu-buru tentunya karena dia harus segera memenuhi kebutuhan yang lain. Inilah yang sering terjadi. Saat konflik kepentingan dalam dirinya tak terselesaikan, maka dalam peperangan yang sesungguhnya ia tak akan kuat bertahan lama.
"Bila kamu mengepung sebuah kota, kamu akan kehilangan tenaga dan sumber-sumbermu. Oleh karena itu, laparkan musuh-musuhmu dan carilah sumber-sumber mereka." |
Di bursa saham dikenal istilah Insting Gerombolan (Herd instinct). Trader yang menganut ini akan keluar di saat mayoritas pasar yakin harga akan terus naik, dan masuk di saat mayoritas pasar yakin harga akan ambruk. Terlihat jenius kan? Ya kalau berhasil. Kalau tidak berhasil, maka itu sama dengan mati konyol. Bagaimana cara menerapkan insting gerombolan ini? Coba kita perhatikan kata-kata bijak di atas.
Dalam perang yang panjang, tidak cuma lawan yang akan kehabisan bekal, tapi juga kita. Senjata mereka akan tumpul, kita pun juga. Mereka akan bosan dan lelah, kita pun sama. Tapi kita tahu persis tak akan ada yang mau mengalah. Selama sumber-sumber itu masih ada, maka kekuatan akan mudah dipulihkan kembali. Maka muncullah strategi "laparkan musuh-musuhmu dan carilah sumber-sumber mereka". Spesialis (market maker) akan mencari saham-saham yang biasanya menjadi incaran pasar. Saham-saham itu akan 'dihancurkan'. Kekacauan akan terjadi dan kesempatan akan terbentuk. Konsep 'menghancurkan' ini bukan dalam makna benar-benar hancur, tapi dalam rangka membuat lemah lawan. Cara yang dipilih biasanya ada 2, yaitu membuat pasar menjadi terlalu pesimistik, atau membuat pasar menjadi terlalu optimistik. Overpesimistik akan membuat beruang menjadi lapar terus menerus dan lelah dengan sendirinya, sedangkan overoptimistik merupakan kebalikannya.
Dalam realita dunia saham, kita bisa menganalogikannya seperti lokomotif. Gerbong pertama berisikan saham-saham berkapitalisasi besar yang masih murah. Gerbong kedua berisikan saham-saham yang berfundamental bagus tapi dengan kapitalisasi sedang. Gerbong ketiga berisikan saham-saham yang murah tapi tidak likuid. Gerbong keempat berisikan saham-saham gorengan. Seiring kenaikan harga, maka satu persatu saham-saham ini akan tercampak keluar dari gerbongnya. Ketika nantinya pasar ambruk dan harga menjadi serba murah, maka dengan sendirinya keempat gerbong ini akan kembali terisi penuh seperti sedia kala.
Tidak ada istilah kenyang di dunia saham. Kerakusan menjadi nafsu abadi. Selamanya akan lapar dan lapar. Dan tiap kali lapar itu memuncak, itu berarti kehancurannya sudah sangat dekat. (Baca juga : Saham Menarik vs Saham Tidak Menarik.)
Post a Comment