Dari pengamatan saya selama berkecimpung di bursa saham, secara teknikal 'agak lebih mudah' memprediksi IHSG turun ketimbang naik. Mungkin karena pengaruh emosi trader yang membuat seperti itu, tapi dalam kondisi riil pun pasar tampaknya memang lebih mudah diarahkan turun ketimbang naik. Berita-berita buruk seolah-olah tak pernah kurang, mulai dari yang masuk akal sampai dengan yang tak masuk akal alias dibuat-buat. (Baca juga : Membentuk Ilusi Fear dan Greedy.) Namun, apapun prediksi turunnya, rata-rata hasil analisa selalu berakhir pada kondisi yang sama, yaitu tidak tahu memprediksi IHSG naik, karena secara teknikal biasanya untuk memprediksi naik selalu berpatokan pada 3 hal, yaitu : breakout garis downtrend, harga berhasil menyilang naik ke atas moving average jangka pendek, dan oscillator golden cross. Sayangnya, ketiga indikator ini sama-sama bermain di timeframe jangka pendek dan sering telat memberikan sinyal. Bahkan tak jarang kenaikan hanya bersifat sementara. Maka bisa disimpulkan tiap kali IHSG bergerak turun tajam, yang terjadi sebenarnya kita semua kembali ke titik nol analisa, karena sama-sama tidak tahu apakah ini berlanjut turun semakin parah atau hanya penurunan sementara saja. Jika kamu kebetulan baru terjun ke dunia saham pada saat ini, kamu masuk pada saat yang tepat, karena kita sedang memasuki ke titik nol analisa.
Dari gambar di atas terlihat IHSG bergerak memasuki running wave (2) dari wave V mayor. Biasanya koreksi wave 2 minor ini ada yang berbentuk zigzag a-b-c, tapi sering pula yang tanpa zigzag. Target koreksi ada 2 titik yaitu pada retracement 0.382 (5114 atau lebih kurang -0.8%) atau 0.618 (5057 atau lebih kurang -2%). Secara kebetulan di area retracement 0.618 tersebut terdapat gap, sehingga ada kemungkinan IHSG lebih condong bergerak ke arah sana, tapi itu pun tak bisa dijadikan alasan yang kuat karena gap tersebut merupakan runaway gap, yaitu gap yang terbentuk pada kondisi bullish yang kuat. Artinya, kalaupun gap tidak ditutup dalam waktu dekat, ya tidak masalah. Saya mengibaratkan runaway gap ini sebagai markas para banteng. Tidak gampang menutupnya, dan kalau pun tertutup maka akan menghasilkan rebound yang kuat.
Apapun hasil retracementnya tetap akan menjebol garis uptrend jangka pendek. Nah, di sini ada yang menarik. Saya menandai breakout tersebut nantinya sebagai potensial single breakout. Breakout ini akan menghasilkan segitiga akumulasi -- area yang diwarnai kuning --, khas pada kondisi menjelang rally panjang. Dengan kata lain, breakout kali ini justru akan menjadi momentum yang cocok untuk mengakumulasi saham. Saham apa? Saya tidak akan menjawab itu. IHSG review ini seperti analisa cuaca, entah bermanfaat, entah tidak. Soal kendaraaan apa yang cocok, silahkan pilih sendiri-sendiri sesuai selera masing-masing.
Saya pikir investor asing tidak akan gegabah untuk membuang saham terlalu banyak dalam kondisi seperti ini, karena seharusnya yang terjadi mereka memborong lebih banyak lagi. Setelah hari Kamis lalu asing membukukan volume jual bersih di atas 200 juta lembar, Jum'at kemaren malah hanya sampai 27 juta lembar saja. Artinya masih ada keragu-raguan. Mungkin banyak yang memutuskan untuk menyimpan saja dan menambah jika harga turun ketimbang menjualnya. Jalan masih panjang. Tak akan lari gunung dikejar.
Post a Comment