Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

Jebakan Korelasi, Memutus Mata Rantai Setan

Posted by Saham Ceria

Jebakan Korelasi, Memutus Rantai Setan
Awal tujuan menilai korelasi antar saham / antar indeks / antar saham-indeks adalah dalam rangka mencari analisa pendukung. Logika di balik analisa ini tidak sulit. Biasanya naik turunnya saham itu sering berbarengan satu sama lain, walaupun tidak selalu seperti itu. Yang paling kentara itu pada indeks saham, dimana jika indeks Dow merah merona, maka esoknya IHSG diprediksi akan ikut merah merona juga. Adanya interkoneksi antara bursa yang satu ke bursa yang lain dipercaya menjadi alasan kuat kenapa indeks saham luar, terutama Dow, Eropa, HangSeng, dan Nikkei, selalu dipantau. Tujuannya tidak lain tidak bukan untuk memprediksi pergerakan IHSG, yang pada ujungnya dihubungkan lagi untuk memprediksi pergerakan saham-saham BEI. Model analisa seperti ini dikenal sebagai Top Down Analysis.

Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya menghitung-hitung korelasi antar saham / antar indeks / antar saham-indeks. Ya model analisa seperti ini sudah saya tinggalkan karena mengandung bias yang sangat lebar. Pasar bisa memperlakukan 2 saham di sektor yang persis sama dengan perlakuan yang amat sangat berbeda. Itu baru di saham. Di indeks saham, penilaian korelasi antar indeks hampir-hampir tak ada manfaatnya. Di IHSG review bisa dilihat bahwa saya sangat jarang, bahkan tidak pernah, menghubung-hubungkan antara IHSG dengan Dow, Eropa, dan indeks-indeks lainnya. Memang benar antara indeks saham itu punya keterkaitan tersendiri, tapi memprediksi pergerakan IHSG dengan cara menilai korelasinya dengan indeks luar tampaknya bukan ide yang bagus.

Adapun indeks yang punya korelasi paling kuat dengan IHSG adalah EIDO. EIDO merupakan indeks saham Morgan Stanley untuk pasar Indonesia, yang berisikan 103 macam saham sbb :

Tabel Saham MSCI Juni 2015

Data bisa didownload di sini.

Karena EIDO sendiri pun terdiri dari saham-saham penggerak IHSG (index mover), maka tidak heran EIDO bergerak seperti IHSG. Jika terdapat divergensi antara EIDO-IHSG, maka EIDO ini bisa berkelakuan seperti IDX Future, yang diyakini merupakan gambaran pergerakan IHSG esok hari. Ini dimungkinkan karena EIDO ditradingkan setelah BEI tutup. Jika EIDO membara, maka ada peluang IHSG pun akan membara esoknya. Kita pastinya sudah berkali-kali melihat korelasi yang sangat kuat antara EIDO dengan IHSG, yang tanpa sadar mempengaruhi dasar pengambilan keputusan kita. Bayangkan kamu mengambil posisi beli di siang hari, tapi ternyata malamnya EIDO merah menyala -2%, kira-kira apakah kamu yakin besok IHSG tidak akan terpengaruh -2%, sekurang-kurangnya -1%? Bagaimana cara mengantisipasi itu? Apakah lantas posisi beli yang kemaren itu salah? Kalau trading semata-mata berharap EIDO akan ijo malamnya, maka itu bukan lagi trading, tapi adu nasib. "Moga-moga EIDO ijo.. moga-moga EIDO ijo." Apa-apanlah ini? Kita terjebak dalam pola pikir bahwa EIDO menentukan pergerakan IHSG esoknya. Wew... ini benar-benar sesuatu yang perlu diluruskan. Kebiasaan-kebiasaan menganalisa seperti ini saya nilai sudah kebablasan, tapi untuk meluruskan ini sama seperti hendak memutus mata rantai setan. Sangat sulit karena sudah keburu tertanam di dalam mindset para trader.

Buat saya antara IHSG dan EIDO seperti anak kembar yang hobi bertukar-tukar posisi. Kadang EIDO yang mengikuti IHSG, kadang IHSG yang mengikuti EIDO. Trading tidak akan menjadi lebih baik hanya dengan sibuk memprediksi kedua indeks ini. Naik turunnya EIDO tetap sulit diprediksi. Jika sesuatu dirasa sulit untuk diprediksi, sebaiknya kita cari data lain yang mungkin lebih bisa diprediksi. Dalam hal ini saya lebih suka menggunakan data-data lain seperti kurs, inflasi, bond yield, FNBS, dan sebagainya yang juga punya korelasi kuat terhadap IHSG untuk mendukung analisa saya itu. Ini jauh lebih masuk akal ketimbang saya harus capek-capek menebak apakah EIDO akan ijo atau merah nanti malam.

Dalam menganalisa IHSG, saya memperlakukannya sebagai entitas yang tunggal dan mandiri. Kita memahami adanya interkoneksi antar saham, indeks, dan sebagainya. Logikanya saham / indeks manapun yang kita analisa merupakan salah satu mata rantai yang berhubungan dengan saham / indeks lain. Maka pendekatan yang saya gunakan adalah fokus ke IHSG dan jangan terpengaruh oleh persentase korelasinya terharap indeks lain, karena yang sebenarnya IHSG itu sendiri sudah terkoneksi otomatis dengan indeks lain. Tehnik ini pun saya amalkan ke saham. Jangan terlalu fokus ke korelasi, meskipun saham-saham tersebut berada dalam satu sektor, karena hasil akhirnya bisa sangat berbeda. Kalaupun nanti pergerakannya sama, anggap saja sebagai kebetulan semata-mata. Ini demi menjaga fokus dan memperlakukan semua saham secara adil. Kalau keputusan beli saham semata-mata karena melihat saham dari sektor yang sama sudah rally duluan, maka saya katakan itu adalah pendekatan analisis yang sangat buruk. (Baca juga : Anak Tiri vs Anak Kandung) Saya menyebutnya sebagai 'keputus-asaan' karena tak sanggup mencari logika analisis lain selain korelasi tersebut. Banyak rahasia yang perlu digali.

Lain lubuk, lain ikannya.
Lain indeks, lain pula gerakannya.
Lain saham, lain pula tingkahnya.

Dan cerita dari sebuah legenda. Konon dulu ada trader yang menemukan 2 kode (entah indeks, entah saham) yang terbukti memberikan korelasi kuat sehingga salah satu akan menjadi tolok ukur bagi yang lainnya, persis seperti melihat lokomotif dengan gerbong di belakangnya. Ia menyebutnya sebagai holy grail. Namun sayangnya, hanya dalam hitungan bulan, pasar berhasil mengantisipasi holy grail-nya itu. Dan holy grail-nya itu pun mendadak tak seampuh dulu. Strategi pun akhirnya terpaksa diubah dan ia mengubur semua kenangan holy grail-nya itu rapat-rapat. Korelasi? Sudahlah.. kamu pasti bisa melakukannya lebih baik daripada itu.

Semoga bermanfaat.

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...