Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya menghitung-hitung korelasi antar saham / antar indeks / antar saham-indeks. Ya model analisa seperti ini sudah saya tinggalkan karena mengandung bias yang sangat lebar. Pasar bisa memperlakukan 2 saham di sektor yang persis sama dengan perlakuan yang amat sangat berbeda. Itu baru di saham. Di indeks saham, penilaian korelasi antar indeks hampir-hampir tak ada manfaatnya. Di IHSG review bisa dilihat bahwa saya sangat jarang, bahkan tidak pernah, menghubung-hubungkan antara IHSG dengan Dow, Eropa, dan indeks-indeks lainnya. Memang benar antara indeks saham itu punya keterkaitan tersendiri, tapi memprediksi pergerakan IHSG dengan cara menilai korelasinya dengan indeks luar tampaknya bukan ide yang bagus.
Adapun indeks yang punya korelasi paling kuat dengan IHSG adalah EIDO. EIDO merupakan indeks saham Morgan Stanley untuk pasar Indonesia, yang berisikan 103 macam saham sbb :
Data bisa didownload di sini.
Karena EIDO sendiri pun terdiri dari saham-saham penggerak IHSG (index mover), maka tidak heran EIDO bergerak seperti IHSG. Jika terdapat divergensi antara EIDO-IHSG, maka EIDO ini bisa berkelakuan seperti IDX Future, yang diyakini merupakan gambaran pergerakan IHSG esok hari. Ini dimungkinkan karena EIDO ditradingkan setelah BEI tutup. Jika EIDO membara, maka ada peluang IHSG pun akan membara esoknya. Kita pastinya sudah berkali-kali melihat korelasi yang sangat kuat antara EIDO dengan IHSG, yang tanpa sadar mempengaruhi dasar pengambilan keputusan kita. Bayangkan kamu mengambil posisi beli di siang hari, tapi ternyata malamnya EIDO merah menyala -2%, kira-kira apakah kamu yakin besok IHSG tidak akan terpengaruh -2%, sekurang-kurangnya -1%? Bagaimana cara mengantisipasi itu? Apakah lantas posisi beli yang kemaren itu salah? Kalau trading semata-mata berharap EIDO akan ijo malamnya, maka itu bukan lagi trading, tapi adu nasib. "Moga-moga EIDO ijo.. moga-moga EIDO ijo." Apa-apanlah ini? Kita terjebak dalam pola pikir bahwa EIDO menentukan pergerakan IHSG esoknya. Wew... ini benar-benar sesuatu yang perlu diluruskan. Kebiasaan-kebiasaan menganalisa seperti ini saya nilai sudah kebablasan, tapi untuk meluruskan ini sama seperti hendak memutus mata rantai setan. Sangat sulit karena sudah keburu tertanam di dalam mindset para trader.
Buat saya antara IHSG dan EIDO seperti anak kembar yang hobi bertukar-tukar posisi. Kadang EIDO yang mengikuti IHSG, kadang IHSG yang mengikuti EIDO. Trading tidak akan menjadi lebih baik hanya dengan sibuk memprediksi kedua indeks ini. Naik turunnya EIDO tetap sulit diprediksi. Jika sesuatu dirasa sulit untuk diprediksi, sebaiknya kita cari data lain yang mungkin lebih bisa diprediksi. Dalam hal ini saya lebih suka menggunakan data-data lain seperti kurs, inflasi, bond yield, FNBS, dan sebagainya yang juga punya korelasi kuat terhadap IHSG untuk mendukung analisa saya itu. Ini jauh lebih masuk akal ketimbang saya harus capek-capek menebak apakah EIDO akan ijo atau merah nanti malam.
Dalam menganalisa IHSG, saya memperlakukannya sebagai entitas yang tunggal dan mandiri. Kita memahami adanya interkoneksi antar saham, indeks, dan sebagainya. Logikanya saham / indeks manapun yang kita analisa merupakan salah satu mata rantai yang berhubungan dengan saham / indeks lain. Maka pendekatan yang saya gunakan adalah fokus ke IHSG dan jangan terpengaruh oleh persentase korelasinya terharap indeks lain, karena yang sebenarnya IHSG itu sendiri sudah terkoneksi otomatis dengan indeks lain. Tehnik ini pun saya amalkan ke saham. Jangan terlalu fokus ke korelasi, meskipun saham-saham tersebut berada dalam satu sektor, karena hasil akhirnya bisa sangat berbeda. Kalaupun nanti pergerakannya sama, anggap saja sebagai kebetulan semata-mata. Ini demi menjaga fokus dan memperlakukan semua saham secara adil. Kalau keputusan beli saham semata-mata karena melihat saham dari sektor yang sama sudah rally duluan, maka saya katakan itu adalah pendekatan analisis yang sangat buruk. (Baca juga : Anak Tiri vs Anak Kandung) Saya menyebutnya sebagai 'keputus-asaan' karena tak sanggup mencari logika analisis lain selain korelasi tersebut. Banyak rahasia yang perlu digali.
Lain lubuk, lain ikannya.
Lain indeks, lain pula gerakannya.
Lain saham, lain pula tingkahnya.
Dan cerita dari sebuah legenda. Konon dulu ada trader yang menemukan 2 kode (entah indeks, entah saham) yang terbukti memberikan korelasi kuat sehingga salah satu akan menjadi tolok ukur bagi yang lainnya, persis seperti melihat lokomotif dengan gerbong di belakangnya. Ia menyebutnya sebagai holy grail. Namun sayangnya, hanya dalam hitungan bulan, pasar berhasil mengantisipasi holy grail-nya itu. Dan holy grail-nya itu pun mendadak tak seampuh dulu. Strategi pun akhirnya terpaksa diubah dan ia mengubur semua kenangan holy grail-nya itu rapat-rapat. Korelasi? Sudahlah.. kamu pasti bisa melakukannya lebih baik daripada itu.
Semoga bermanfaat.
Post a Comment