Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

IHSG Review 21-11-2015

Posted by Saham Ceria

IHSG Review 21-11-2015

Setelah melewati masa tunggu yang membosankan, IHSG memberikan petanda kuat bahwa bantenglah yang memenangkan pertarungan dan kini tengah berkuasa. Breakout garis downtrend menjadi simbol unjuk gigi para banteng. Target rally kemungkinan bisa mencapai 4572-4588. Stochastic yang overbought menandakan bahwa ada potensi koreksi minor setelah rally ini. Target koreksi idealnya di 4541-4557. Ini menjadi level yang krusial. Jika support tersebut jebol, maka tentu target koreksi akan lebih rendah lagi dan belum bisa dihitung saat ini. Sebaliknya, jika IHSG sanggup bertahan di level tersebut, maka terbuka peluang untuk melanjutkan rally hingga ke 4759-4774.

Penguatan dollar atas rupiah dalam seminggu ini diprediksi hanya bersifat sementara saja. Kemarin rupiah ditutup menguat lumayan atas dollar. Selain itu indikator-indikator makro ekonomi Indonesia benar-benar dalam posisi stabil. Ya turun naiknya dollar memang membuat galau pelaku pasar, tapi itu bukanlah satu-satunya indikator yang harus dipantau. Bisa dikatakan naik turunnya dollar bisa diantisipasi dengan likuiditas, inflasi bisa diantisipasi dengan BI rate, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global bisa diantisipasi dengan swasembada pangan, mendorong industri dalam negeri, demi menaikkan daya beli masyarakat untuk ketahanan ekonomi jangka panjang. Sayangnya Indonesia sangat telat dalam membangun infrastruktur seperti jalan dan listrik sehingga pemerintahan sekarang benar-benar memikul beban berat, terutama sekali karena DPR tampaknya punya pemikiran yang tak sejalan dengan program-program pemerintah. Contohnya soal PMN (Penyertaan Modal Negara) untuk beberapa BUMN yang masih tersendat-sendat dan menunggu pembahasan di APBNP 2016 mendatang. Akibatnya beberapa BUMN dikabarkan berencana melakukan penerbitan saham baru (right issue). Pucuk dicinta, ulam tiba. Ini memang sudah ditunggu-tunggu pasar. Antusias pasar sangat besar dalam menyerap saham-saham baru tersebut, terutama sekali karena mengetahui akan digunakan untuk apa modal tersebut. Buat investor, ini rejeki nomplok namanya. Durian runtuh. Mungkin anggota dewan kudu belajar kepada para investor untuk melihat mana perusahaan yang layak diberikan PMN dan mana yang tidak.

Namun ada yang menarik dari pernyataan Gubernur BI, Agus Martowardojo, beberapa hari lalu yang mengatakan bahwa ia berharap Fed rate akan naik akhir tahun ini agar bisa segera mengakhiri ketidakpastian ekonomi global ini. Saya tak berharap bahwa ada orang sekaliber Gubernur BI yang menyandarkan tolok ukur ketidakpastian ekonomi ini kepada Fed rate. Saya agak kecewa ketika Gubernur BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI ketimbang menurunkannya sedikit. Ia melakukannya untuk mengantisipasi kenaikan Fed rate. Kalau Fed rate tetap, maka BI rate tetap. Pengekor, mungkin itu kata yang tepat buat Gubernur BI ini. Padahal kalau saja ia berani berspekulasi menurunkan suku bunga, maka itu akan memberikan daya tawar yang tinggi terhadap rupiah, memberikan sinyal bahwa rupiah kuat, yang nantinya diharapkan investor melepaskan dollar dan memborong rupiah. Kenapa begitu? Karena spekulator sudah menebak bahwa bank sentral lain tak bakalan berani menurunkan suku bunga, kecuali China.

Jika Indonesia berani melakukan seperti yang China lakukan, maka itu 'beyond expectation' yang artinya Indonesia memiliki kepercayaan diri yang kuat terhadap kekuatan ekonomi dalam negeri sendiri, sehingga nantinya tanpa diundang pun, investor akan berbondong-bondong datang ke sini untuk menanam modalnya. Jadi alih-alih mengekor The Fed, yang seharusnya dilakukan adalah melakukan counter terhadap loyonya The Fed itu. Itu dari segi makronya. Dari segi mikro, penurunan BI rate akan memberikan angin segar ke berbagai sektor, terutama properti s/d UKM, sehingga diharapkan pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih cepat. Ya tampaknya kita harus agak bersabar sedikit soal ini karena memang banyak yang tak memahami dinamika pasar yang sesungguhnya, kendatipun ia menjabat sebagai gubernur bank sentral sekalipun, dan itu tak hanya terjadi di Indonesia. Di US sendiri pun terjadi demikian. Saya akan ceritakan panjang lebar pada kesempatan lain. Kalau saya lupa, ingatkan saya soal ini.

FNBS 21-11-2015

Volume Index 21-11-2015

Saat asing membukukan volume jual yang sangat besar minggu lalu, maka itu menjadi sinyal akumulasi yang akhirnya diikuti oleh rally seperti sekarang ini. Idealnya aksi rally didukung oleh volume beli yang juga besar, tapi sayangnya itu belum terjadi. Indeks volume menunjukkan bahwa posisi masih mendatar pada rentang (-0.3) - (-0,4). Pasar masih menunggu rupanya. Ya kita tak punya pilihan selain mengikuti sajian pasar. Trading jangka pendek masih menjadi primadona. Persiapkan sistem trading terbaikmu.

Disclaimer on.

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...