- Revisi sistem karena melihat rebound padahal oscillator belum oversold dan melihat harga turun padahal oscillator belum overbought. Oscillator disebut bagus jika bisa menandai tepat berada di area oversold setiap kali saham akan rebound, dan tepat berada di area overbought setiap kali saham akan turun, atau dengan kata lain bisa menandai turning point dengan akurat. Tapi sayangnya keinginan untuk mendapatkan oscillator ajaib menjadi perburuan yang tak ada habis-habisnya. Ini seperti berburu Holy Grail.
Tujuan awal menandai turning point dengan oscillator ini adalah agar bisa melakukan trading jangka pendek secara berulang-ulang, mengambil posisi lebih awal ketimbang trader lain, dan meningkatkan potensi profit dengan margin. Margin? Ya tentu saja, kalau akurasi sudah sangat baik, maka selalu muncul keinginan untuk melipatgandakan potensi profit dengan margin. Yang menjadi pertanyaannya, ada atau tidak oscillator ajaib seperti itu? Itu pertanyaan harus dijawab sendiri. Berdasarkan pengalaman, gambaran oscillator menjelang pembalikan arah ini rada tidak konsisten. Ada oscillator baru 1 hari di area OS/OB dan langsung diikuti oleh pembalikan arah. Ada juga oscillator sudah berhari-hari di area OS/OB, baru diikuti oleh pembalikan arah. Ada lagi oscillator belum OS/OB tapi sudah diikuti pembalikan arah. Karenanya para teknikalis berinisiatif selain melihat OS/OB, juga melihat divergensi yang diyakini merupakan sinyal terkuat dari oscillator, yang sebenarnya pun hasilnya tak banyak peningkatan. Saya sudah sering melihat kasus dimana terlihat divergensi antara harga dan oscillator, tapi tak ada pembalikan arah, malah kelanjutan arah (continuation). Apakah mungkin hasilnya akan lebih baik setelah dioptimasi? Mungkin iya, mungkin tidak. Optimasi dilakukan dengan keyakinan bahwa dalam satu periode itu terdapat rentang waktu dimana bisa dijadikan tolok ukur dalam menilai pergerakan harga ke depannya, yang biasanya dinilai dengan menggunakan koefisien korelasi. Jadi akurasinya sangat bergantung kepada seberapa besar korelasinya tersebut, dan bukan rahasia lagi kalau masih sering terjadi anomali padahal korelasi sudah di atas 90%, yang memaksa trader untuk terus merevisi dan merevisi hitungan korelasinya, hitungan periodenya, dan sebagainya.
Bagaimana menurut saya? Selama sistem trading menitikberatkan terlalu banyak pada oscillator, maka selama itu pula sistem trading tak akan memberikan kemajuan apapun. Kenapa begitu? Karena yang namanya oscillator itu selamanya akan menjadi indikator yang terlambat (lagging). - Revisi sistem karena kurang pas dengan rekomendasi orang lain. Salah satu kebiasaan buruk trader adalah kurang percaya diri dan lebih mempercayai rekomendasi orang lain ketimbang dirinya sendiri. Tidak ada yang salah mempertimbangkan rekomendasi orang lain, tapi kalau revisi sistem dilakukan agar sama dengan rekomendasi orang lain, maka itu adalah pekerjaan yang sia-sia.
Saya merupakan salah satu contoh trader yang sudah sangat muak dengan rekomendasi orang lain, sehingga memutuskan membangun sistem sendiri dan mendapati tak banyak rekomendasi yang sesuai dengan saya. Kenapa saya memilih untuk mengabaikan rekomendasi orang lain? Sederhana saja, jika seseorang sudah sangat yakin dengan saham pilihannya, maka yang dilakukannya pertama kali adalah BUKAN membuat rekomendasi, tapi menyiapkan uang sebanyak-banyaknya untuk dibelikan ke saham tersebut. - Revisi sistem karena kurang cocok dengan pergerakan bandar. Saya tidak tahu apakah di dunia ini ada orang yang benar-benar mengerti pergerakan bandar. Kalau soal manuver-manuvernya, ada banyak forum yang sudah ramai membahasnya. Tapi kalau mengerti saham pilihan bandar, saya pikir tak ada yang sampai ke situ. Probabillitasnya 1 : 1.000.000 yang mengetahui rahasia pergerakan bandar. Satu-satunya info yang saya ketahui agar bisa menebak saham pilihan bandar adalah dengan memanfaatkan momentum dari berita, informasi, laporan keuangan dan sebagainya, bukan dari grafik, apalagi indikator teknikal. Selain daripada itu, maka yang paling berpotensi besar mengetahui rahasia bandar ya bandar itu sendiri. Jika sistem direvisi karena berharap lebih bisa membaca pergerakan bandar (bandar detector), menurut saya sistem seperti itu tak banyak berguna. Hampir rata-rata sistem bandar detector mengacu pada arus keluar masuk modal asing. Apakah yang namanya bandar itu cuma asing? Ia bisa saja menggunakan baju lokal, dan lokal bisa saja menggunakan baju asing. Namanya pun bandar.
Atau mungkin ada bandar detector yang mengacu pada buku Value in Time karya Pascall WIllain? Entahlah, saya sendiri pun tak pernah membaca tuntas tentang isi buku itu. Dengan tebal buku 400 halaman lebih dikit, saya tak pernah berpikir untuk menuntaskannya. Kenapa? Setiap kali buku analisa saham dibahas dengan ketebalan yang fantastis, hampir pasti yang saya cari tak ada disitu. Heran? Tak usah heran. Lain waktu akan saya bahas alasannya.
(Bersambung)
Post a Comment