Tak ada investasi yang tak mengenal risiko. Atau jelasnya, tak ada investasi dengan risiko 0%. Konsep dasarnya adalah semakin tinggi risiko sebuah investasi, maka semakin tinggi pula keuntungan yang bisa diperoleh nantinya. Seiring dengan meningkatnya kemampuan analisis dan pengetahuan di bidang pasar modal, maka konsep ini bergeser menjadi 'Dengan risiko sekecil-kecilnya untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya', karena memang sejatinya antara risiko dan keuntungan itu seperti 2 sisi koin. Jika yang satu menghadap ke atas, maka yang satunya pasti menghadap ke bawah. Begitupun, walaupun risiko bisa diperkecil, tapi tak pula bisa dijadikan nol. Ketahuilah, sekecil apapun risiko tersebut bisa menjadi besar bagi mereka yang tak memahami. Maka, sebelum kamu terjun ke dunia pasar modal, kamu kudu harus tahu benar-benar risiko apa yang akan kamu hadapi nanti.
Risiko dalam dunia investasi biasanya dibedakan menjadi 2, yaitu risiko potensial dan risiko non-potensial. Risiko potensial adalah risiko yang jelas-jelas bakal kamu alami yang berkaitan dengan krugian berbentuk fisik / materi apabila investasi tersebut gagal. Misalnya, kamu membuka toko, maka risiko potensialnya adalah rugi, bangkrut, terbakar, dan sebagainya. Intinya adalah kamu harus mengeluarkan tambahan uang berkaitan dengan risiko tersebut. Di saham, risiko potensialnya adalah capital loss dan tidak mendapatkan dividen. Hanya 2 saja? Ya hanya 2. Tapi potensi capital loss ini bisa menggerus harta kekayaanmu dalam waktu semalam. Pastikan kamu tahu betul apa yang sedang kamu kerjakan agar tak menderita capital loss yang sedemikian parah.
Risiko non-potensial adalah risiko yang dapat kamu alami yang bersifat immateri, misalnya risiko psikologis seperti bosan, gelisah, waktu yang terbuang percuma, dan sebagainya. Perasaan-perasaan seperti ini akan 'memaksa'mu untuk melakukan sesuatu hal lain yang lebih menyenangkan dan tak jarang yang sifatnya merusak. Bukannya mendapat solusi atas problem yang tengah dihadapi, kegiatan bersenang-senang yang merusak itu justru membuat kualitas investasi menjadi tambah buruk akibat bertambahnya pos pengeluaran yang tak penting. Jika posisi sedang loss, maka risiko ini akan bertambah-tambah seperti menjadi lebih pemarah, lebih emosional, delusi, paranoid, dan sebagainya. Hati-hati bagi pasangan yang sudah menikah, karena beban psikologis dari investasi ini bisa terbawa-bawa dalam keseharian dan tak jarang yang berakhir pada perceraian. Maka belajarlah dengan sungguh-sungguh agar risiko semacam ini tak terjadi pada dirimu.
Di samping kedua macam risiko di atas, ada juga yang disebut risiko sistematik dan risiko non-sistematik (unique risk). Risiko sistematik adalah risiko yang dapat terjadi dan dialami setiap investor di mana faktor-faktor pencetus risiko tersebut berada di luar lingkungan, bahkan di luar jangkauan investor. Misalnya, risiko akibat bencana alam, campur tangan pemerintah dalam kebijakan seperti pajak, kuota, proteksi, aneka peraturan tentang perdagangan saham, penetapan kurs devisa, suku bunga, dan sebagainya. Sedangkan risiko non-sistematik atau unique risk adalah risiko yang dapat dialami investor di mana faktor-faktor pencetusnya berada di lingkungan intern investor itu sendiri, seperti risiko akibat konflik internal perusahaan, ulah para pesaing, perilaku konsumen, dan sebagainya yang tentunya akan bisa diatasi dengan strategi-strategi yang ada.
Secara naluri alamiah investor, pastinya lebih memilih instrumen investasi yang risikonya lebih kecil, walaupun potensi keuntungannya tak seberapa. Saham dinilai sebagai instrumen investasi dengan risiko yang lebih besar. Seberapa besar? Sangat besar buat mereka yang tak mengetahui. Satu-satunya cara terbaik untuk bisa berhasil dan bertahan di bisnis ini adalah tahu betul apa saja risiko-risikonya dan mengetahui cara mengantisipasinya. Sebagai pelaku pasar yang sudah 7 tahun berkecimpung di bidang ini, saya bisa sarankan 2 hal penting buat siapa pun, terutama sekali buat yang pemula :
- Amankan dulu posisi finansialmu. Jangan andalkan saham sebagai penghasilan utamamu, setidaknya dalam jangka waktu 5 tahun dihitung semenjak dari awal memulai bisnis ini. Kamu akan butuh waktu yang cukup lama buat menguasai semua materinya. Pastikan kondisi finansialmu tidak terganggu karena hal ini.
- Berani mencoba banyak sistem dan strategi. Ini untuk membuka wawasanmu terhadap pasar terhadap pertanyaan apa yang sedang diikuti pasar dan apa yang tidak, apa yang menjadi tolok ukur dan apa yang tidak. Model trial and error ini sudah sangat lazim diamalkan oleh para pelaku pasar. Karena itu jangan takut buat mencoba. Boleh percaya atau tidak, hanya sedikit orang yang berhasil menguak tabir rahasia ini. Siapa tahu kamu akan menjadi salah satunya.
(Bersambung)
Post a Comment