IHSG memang masih belum keluar dari konsolidasi panjangnya sejak November 2015 lalu, namun saat ini sudah mendekati batas atas area konsolidasi tersebut. Resisten yang bisa dituju berada pada area 4635-4654. Saya masih menunggu sinyal buat IHSG naik lebih tinggi dari itu. Hal ini penting karena apabila breakout upper borderline ini bisa terkonfirmasi, maka itu akan menjadi sinyal yang cukup kuat sebagai bullish continuation. Diprediksi area ini akan dihadang dengan sangat ketat oleh para pasukan beruang. Masing-masing kita sedang memegang kartu As yang sudah akan dimainkan sebentar lagi. Inilah momentum dimana bertemunya swing trader, position trader, dan momentum trader. Duduk. Perhatikan. Dan ambil keputusan.
Asing mencatakan volume beli lumayan tinggi justru saat IHSG mendekati batas atasnya. Kemana saja asing ini sebelum-sebelumnya? Terkesan seolah-olah net buy terjadi justru saat IHSG sudah bullish dan net sell saat IHSG masih bearish. Makanya mencari-cari divergensi FNBS terhadap IHSG nyaris tak ada gunanya. Untuk itulah harus dibantu dengan indikator-indikator lain. Contohnya volume accumulation by F, minggu lalu nilainya -5.121 juta lembar, hari ini -4.669 juta lembar. Nilainya membaik, artinya asing sudah mengambil posisi beli walaupun totalnya masih minus. Posisi stochastic sudah overbought, namun alih-alih diartikan sebagai jenuh beli, ini justru bisa diartikan sebagai daya beli masih kuat.
Bloomberg mencatat performa Rupiah sebagai yang terbaik di dunia. (Baca di sini.)
Walaupun masih di atas Rp13000, penguatan ini sudah menjadi sinyal kuat bagi investor bahwa pasar Indonesia sangat layak dijadikan sebagai safe haven. (Terima kasih buat pemerintah yang berhasil mempercepat izin investasi hanya 3 jam sehingga dalam kurun waktu 3 minggu saja sudah menembus angka nilai investasi sebesar Rp50 trilliun. Wow! Ini pantas dicatat sebagai rekor.) Tak cuma itu, Moody's memberikan peringkat Baa3 buat obligasi Indonesia dengan outlook stabil karena 2 kunci alasan yaitu :
- Indonesia berhasil membuktikan neraca keuangan yang seimbang walaupun mata uangnya jatuh parah akibat defisit fiskal.
- Pembuat kebijakan secara efektif berhasil mengendalikan resiko akibat harga komoditas yang rendah dan pertumbuhan yang lemah, sehingga cukup meyakinkan untuk keberlangsungan pembayaran hutang Indonesia.
Semula saya sempat memprediksi dollar bisa ke Rp14200 sebelum akhirnya turun parah, tapi tampaknya hitungan saya tersebut meleset. Jangankan Rp14200, bahkan Rp14000 pun tak tembus. Dollar semakin tak bertenaga saat tahu bahwa The Fed tak menaikkan suku bunga (atau mungkin tak berani?). Dan sememangnyalah begitu. Pasar global pun sumringah. Apakah ini akan berkelanjutan? Tidak ada yang bisa memastikan. Saya sendiri harus menunggu setidaknya hingga hari Selasa nanti untuk mendapatkan konfirmasi apakah ini bisa menjadi bullish continuation atau justru bertahan pada upper borderline trend konsolidasi. Kita masih harus sabar menunggu.
Disclaimer on.
Post a Comment