Banyak hal yang bisa diceritakan dalam grafik di atas. Kita mulai dulu dari grafik candlestick. Minggu lalu saya menandai titik breakout harga yang ternyata berakhir pada breakout palsu (false breakout). Dan saya meyakini hal ini terjadi karena saya keliru menandai titik breakoutnya. Ini akan menjadi catatan saya. Ya tentu saja sangat sukar menemukan titik breakout yang ideal, tapi pelan-pelan kita bisa mempelajarinya sedikit demi sedikit. Kenapa ini begitu penting? Kendatipun kita tidak men-trading-kan IHSG, tapi kasus false breakout ini sangat 'lazim' terjadi di semua saham, padahal sangat mungkin false breakout itu tak pernah ada kalau seandainya kita bisa menghitung level S/R dengan baik. Maka tujuan akhirnya tetaplah untuk meningkatkan performa trading kita sendiri. Bisa dibilang IHSG ini merupakan salah satu contoh besar saja.
Setelah turun membentur support, ada peluang untuk rebound ke level 4576-4597 atau 4611-4632, tapi ini dengan catatan terjadi one day rebound. Kalau boleh memilih, maka saya lebih suka untuk tidak terjadi one day rebound dan IHSG bertahan flat dulu, memanfaatkan momentum oversold sebagai titik akumulasi ideal, sebelum akhirnya memberikan sinyal rebound yang sebenarnya, dimana pergerakannya tentu lebih kokoh dan kuat. Volume yang menurun mengindikasikan sebenarnya persentase penurunan ini tak sebanding dengan power-nya, sehingga pasukan banteng bisa dengan mudah membalikkan keadaan kapan saja.
Ada banyak sentimen positif yang membanjiri pasar saat ini seperti neraca perdagangan yang lagi-lagi surplus, inflasi yang terkendali, paket kebijakan ekonomi yang dinilai sudah tepat sasaran, dan sebagainya. Problem asap yang berpotensi merugikan negara sekurangnya Rp200 T tampaknya tak banyak berpengaruh pada jalannya perekonomian negara ini. Lagipula deliknya lebih condong ke bidang hukum dan itu di luar konteks pembahasan saya. Di sini pelaku pasar lebih melihat apakah hukum bisa ditegakkan dengan seadil-adilnya atau malah membiarkan pelaku pembakaran itu berkeliaraan seenak jidatnya. Hukum yang adil akan membawa kenyamanan berinvestasi. Jadi jangan heran jika mendadak OJK banyak memeriksa aksi-aksi broker nakal yang disinyalir merugikan investor, karena itu merupakan rentetan dari penegakan hukum di negara ini. Reaksi kolateral, itu istilah kerennya.
Kemarin asing mencatatkan volume jual terbesar dalam 3 bulan terakhir ini. Saham-saham yang diguyur asing itu didominasi oleh saham grup Bakri (BUMI, ENRG), saham-saham perbankan, dan SIAP.
Indeks volume sempat menyentuh zona positif sebelum akhirnya turun kembali. Tapi ini tak perlu dikhawatirkan. Retrace sementara ini tetap memberikan kesempatan buat trading jangka pendek dengan potensi profit yang tak bisa dibilang kecil. Kenapa begitu? Karena dalam kondisi bullish, setiap retrace itu selalu memberikan kesempatan untuk memperlebar jarak swing harga. Semakin lebar jaraknya, maka semakin besar persentase profit yang bisa dinikmati nanti sehingga umumnya sangat disukai oleh trader, tak cuma trader jangka pendek, tapi juga trader jangka panjang yang berminat untuk menambah akumulasi sahamnya. Tapi ingatlah untuk tidak gegabah dalam memilih saham. Pelajari fundamental dan teknikal dengan baik. Trading saham itu sulit. Jangan lagi tambahi kesulitan itu dengan ketidaktahuanmu.
Disclaimer on.
Post a Comment