Modalnya berapa?
Ini pertanyaan yang paling banyak ditanyakan. Untuk membuka akun pertama kali, memang sekuritas mengenakan syarat jumlah modal tertentu. Sekuritas lokal umumnya menetapkan setoran awal minimal Rp5-10 juta, tapi ada juga yang menetapkan Rp50 juta. Sementara sekuritas asing, katanya, menetapkan setoran awal minimal Rp1 milyar. Sesuaikan saja dengan kemampuan kantongmu. Namanya juga setoran awal. Setelah disetor, silahkan tarik lagi kalau mau. Tapi buat melakukan transaksi, tentunya diharuskan ada kecukupan modal di akun tersebut.Tapi kalau yang dimaksudkan itu berapa modal yang ideal, nah ini tergantung kebutuhan masing-masing orang. Untuk pemula, tentu jangan dulu terlalu berharap bisa meraup keuntungan besar tiap bulannya. Tetapkah target minimal saja, misalnya 30% per tahun. Kalau keuntungan tersebut memang akan digunakan untuk kebutuhan sehari, katakanlah Rp2 juta per bulan, maka modal idealnya adalah : Rp 2 juta x 12 / 30% = Rp80 juta.
Oh ya, dulu modal ini disetorkan ke rekening sekuritas. Tapi sejak tahun 2012, semua investor wajib memiliki Rekening Dana Investor (RDI) atas namanya pribadi. Jadi setoran modal tidak lagi dialamatkan ke rekening sekuritas, tapi ke RDI. RDI ini diawasi oleh KSEI. Aturan ini diberlakukan untuk melindungi dana nasabah, karena sebelumnya pernah terjadi sekuritas melarikan dana nasabah hingga ratusan milyar. Dengan adanya RDI ini, hal seperti itu diharapkan tidak bisa terjadi lagi.
Mau beli saham apa ya? Saham apa yang bagus sekarang? Mana yang bisa kasi profit cepat?
Nah, ini pertanyaan yang sulit sebenarnya, karena untuk menjawabnya tidak bisa hanya sekedar melibatkan urusan teknis, tapi juga urusan filosofi dan pengalaman. Rekomendasi spontan yang sering saya dengar adalah pilih saja saham-saham yang masuk LQ45. Rekomendasi ini tidak salah, tapi belum tentu benar. LQ45 itu memuat 45 saham yang memiliki likuidtas yang tinggi, bukan memuat 45 saham dengan fundamental bagus. Artinya di dalamnya ada saham yang bagus dan ada pula saham yang busuk. Saya lebih merekomendasikan saham-saham yang masuk ke dalam PEFINDO25. Apa saja saham-saham yang masuk PEFINDO25 ini? Silahkan unduh langsung di siniIndeks PEFINDO25 diluncurkan pada tanggal 18 Mei 2009. Untuk mendapatkan data historikal yang lebih lengkap Indeks PEFINDO25 menggunakan hari dasar tanggal 29 Desember 2005 dengan nilai awal indeks adalah 100. Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks PEFINDO25 dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus. Kriteria pemilihan sahamnya adalah sbb :
- Total Aset Total aset mempresentasikan size dari emiten SME, yaitu emiten-emiten yang memiliki total aset di bawah Rp1 triliun berdasarkan laporan keuangan tahunan auditan.
- Tingkat pengembalian atas modal (Return on Equity / ROE) ROE emiten yang termasuk dalam kriteria ini adalah emiten yang memiliki ROE sama atau lebih besar dari rata-rata ROE emiten di Bursa Efek Indonesia.
- Opini akuntan publik atas laporan keuangan Auditan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
- Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah sekurang-kurangnya 6 bulan.
Buku apa yang bagus untuk dibaca?
Kenapa harus buku? Apa yang diharapkan dari buku? Informasi seputar saham ini tidak hanya diperoleh dari buku, tapi juga banyak dari blog-blog, forum online, milis, dan sebagainya. Jadi kenapa harus buku? Alasan yang paling masuk akal adalah biasanya orang-orang yang sudah banyak makan asam garam di dunia saham, maka besar kemungkinan mereka akan menuangkan ide-idenya ke dalam buku. Semakin tebal buku, maka tentu menunjukkan semakin banyak pengalamannya. Sekarang kembali ke diri masing-masing, apa yang mau dicari dalam buku itu? Kalau mau mencari strategi trading yang paling berhasil, tidak ada di buku-buku itu, kecuali buku-buku yang memang dijual secara khusus. Soal kualitas, saya tidak tahu, karena memang tak pernah membeli buku-buku khusus seperti itu, tapi saya tahu ada beberapa trader yang menjualnya.Sebenarnya ada banyak buku-buku yang bagus, tapi sayangnya saya tak berkesempatan untuk membaca semua buku-buku itu. Lagipula saya harus meluruskan otak saya untuk memprioritaskan apa yang sedang saya cari. Maka dari awal buku saya yang utama itu hanya 2, yaitu Intelligent Investor - Benjamin Graham dan Technical Analysis A-Z - Steven B. Achelis. Dua buku, yang kalau boleh dibilang saling bertolak belakang satu sama lain, ini saya baca untuk mendapatkan gambaran singkat tentang dunia saham. Setelah itu, barulah saya berburu buku-buku lain. Untuk teknikal, saya membaca Encyclopedia of Chart Pattern dan Encyclopedia of Candlestick - Thomas N. Bulkowksi. Cukup bagus dan detail, walaupun tak harus menerapkan semua apa yang dituliskannya. Selanjutnya, untuk fundamental saya punya buku Kiat Bermain Saham - Surono Subekti, Analisis Fundamental Saham - Desmond Wira, dan Happy Investing - John Veter. Untuk mengenali pasar saham dan dinamika yang terjadi di dalamnya, saya baca di buku Investing in JSX Now? I'm not that fool! - Jaka E. Cahyono. Buku ini ada 2 seri. Masih ada beberapa buku lainnya, tapi tak usahlah saya tuliskan semua di sini. Dengan teknologi sekarang, kita bisa mendapatkan ratusan buku-buku saham dalam format PDF. Terserah mana yang mau dipilih. Buku Intelligent Investor belum selesai saya baca. Lalu saya tambahkan lagi dengan buku How To Make Money In Stocks? - William J. O'neil. Ini pun belum selesai saya baca. Buku tebal memang selalu menarik perhatian, tapi belum tentu memuat informasi yang saya cari. Buku tersebut menjadi sangat tebal karena memuat juga hasil riset penulis seperti grafik, survey dan sebagainya. Sedangkan buku teknikal menjadi tebal karena harus memuat banyak illustrasi dan gambar untuk menjelaskan metode analisisnya, seperti buku DiNapoli Levels - Joe DiNapoli, Mastering Elliot Wave - Glenn Neely, Technical Analysis - Gerald Appel, dan sebagainya. Mempelajarinya harus dengan metode trial dan error, karena jika hasilnya tak seindah yang dibayangkan, maka buku tebal teknikal itu hanya akan berakhir di keranjang sampah.
Saya menyukai buku-buku berbahasa Indonesia. Ya tentu saja. Kalau saya orang India, tentu saya lebih menyukai buku-buku berbahasa India. Tapi bukan itu maksudnya. Sebagai informasi, jumlah penulis Indonesia yang mau menuangkan ide-idenya seputar dunia saham, apalagi membahas tentang teknis dan strateginya, itu masih sangat sedikit. Beruntung sekarang ini sudah mulai banyak yang mencoba untuk membuat buku-buku seputar saham, walaupun sebenarnya itu pun masih belum bisa dikatakan banyak.
Berburu buku-buku saham yang berbahasa Indonesia mulai dari yang tebal hingga tipis, itu memang hobi saya dulu. Mulai dari buku yang membahas soal teknis, tips dan trik, maupun yang sekedar mengulas soal pasar modal, filosofi, hingga psikologi trading, itu juga sangat saya sukai. Saya tak begitu menyukai buku-buku saham yang tebal, tapi kalau memang kebetulan ada yang bagus, ya saya beli juga. Contohnya Intelligent Investor yang luar biasa tebal. Penulis luar memang paling rajin melampirkan hasil-hasil riset, detail informasi, hingga illustrasi ke dalam buku-bukunya, sedangkan penulis Indonesia menyukai sisi praktis, mengurangi terlalu banyak tetek bengek informasi yang tak perlu, sehingga berhasil menghasilkan karya yang lebih sederhana, tapi berkualitas. Jadi buku apa yang bagus untuk dibaca? Coba mulai dulu dari buku-buku karya penulis Indonesia.
(Bersambung)
Post a Comment