Jangan tertawa terlalu dini hanya karena prediksimu kebetulan tepat. Terlalu gembira hanya akan membuatmu lengah. Jika kamu benar-benar melek situasi, maka mungkin kamu bisa naikkan tantangannya. Cobalah memprediksi 10x berturut-turut dengan benar, terserah saham mana saja, bisa saham yang itu ke itu juga, bisa juga berbeda-beda. Saya sendiri baru sanggup memprediksi 5x berturut-turut dengan benar, masih belum bisa 10x. Masih ada prediksi yang keliru menandakan analisis yang masih perlu diperbaiki lagi. Jangan terlalu termakan pendapat bahwa asalkan bisa memprediksi 7 dari 10 , itu sudah bagus. Pendapat itu hendak mengarahkan seolah-olah prediksi saham hanya semata-mata permainan skala probabilitas. Tidak. Saya tolak pendapat itu.
Pengalaman mengajarkan saya bahwa prediksi yang kebetulan tepat belum tentu karena sistem yang sudah benar. Rentetan selanjutnya itu yang bakalan bikin pusing kepala. Trader kerap kali mengunci dirinya dalam sebuah aturan yang dibangunnya sendiri dengan dalih disiplin, tapi itu tak memberikan hasil yang memuaskan. Sama seperti memprediksi pergerakan mobil. Ketika melihat lampu merah, kita tahu mobil itu akan berhenti. Ketika supir menghidupkan lampu sign ke kanan, kita tahu mobil akan bergerak ke kanan. Sampai di sini, kita menyimpulkan bahwa pergerakan mobil itu sangat bergantung pada rambu-rambu lalu lintas. Namun suatu ketika, mobil tiba-tiba berhenti mendadak dan kamu sama sekali tidak tahu kenapa. Ternyata ada kucing menyeberang. Apakah kucing termasuk salah satu dari rambu-rambu itu? Tidak. Maka kesimpulan pun berubah. Pergerakan mobil sangat tergantung pada halangan yang ditemuinya di jalan. Lanjut lagi, saat tak menemukan halangan yang berarti, tak menemukan rambu-rambu yang menyuruh berhenti, tapi mobil tiba-tiba berhenti. Kamu pun kembali merasa heran. Ada apa lagi ini? Ternyata bahan bakarnya habis, karena si supir lupa mengisi. Dan kesimpulan pun harus di-update lagi. Pergerakan mobil tak hanya bergantung pada halangan yang ditemuinya, tapi juga kondisi mesinnya. Kalau skenario ini dilanjutkan, maka bisa jadi kesimpulannya akan berubah-ubah terus hingga ditemukan kesimpulan yang paling valid dan paling masuk akal.
Terlalu dini tertawa, menangis belakangan. Memang paling celaka kalau trader terlalu cepat mengambil kesimpulan hanya saat prediksinya kebetulan tepat. Padahal, kalau ditanyakan alasannya, ia sendiri tak begitu yakin, karena memang akhirnya terjebak dalam kondisi multitafsir analisis teknikal. Alasannya bisa apa saja dan secara kebetulan tebakannya tepat. Jika diulang lagi, maka belum tentu hasilnya akan sama. Menemukan pola-pola berulang yang benar-benar valid bukanlah pekerjaan 1-2 hari. Butuh kecermatan dan kesabaran buat menggali itu semua. Apakah pola-pola berulang itu memang ada? Ada. Apakah hasilnya pun bisa berulang juga? Kalau kamu memang menemukan pola yang benar-benar valid, maka saya jawab "Ya, hasilnya berulang juga." Masih ingat cerita saya soal gelembung air di artikel Kilas Balik : Jalan Berliku Analisis Saham?
Pendekatan analogi yang paling cocok untuk menggambarkan hal ini adalah dengan ilmu politik. Ketika kita melihat sebuah kejadian, kita akan merasa gembira karena harapan kita kebetulan tepat, tapi sayangnya kita tak tahu persis apa yang menyebabkan itu terjadi. Bisa jadi sebab musababnya akan kita benci, tapi kita suka hasilnya. Bisa juga sebab musababnya kita sukai, tapi kita benci hasilnya. Belum lagi skenario lanjutannya yang sulit diprediksi, bisa apa saja dan bisa mana saja. Seorang teman saya pernah tugas PTT di sebuah daerah terpencil. Ia dijamu dengan ikan mujair yang luar biasa enaknya. Saking enaknya, ia penasaran ingin melihat dimana masyarakat membudidayakan ikan tersebut di daerah sini. Masyarakat di sana setengah ragu-ragu memberitahukannya, tapi akhirnya diantarkannya juga. Dan teman saya itu kaget bukan kepalang. Ikan tersebut tidak dipelihara di kolam besar dengan air nan jernih, melainkan di dalam sebuah empang tempat buang hajat yang relatif sempit. Seketika ia pun mual. Ia memang suka hasil ikannya, tapi ia benci prosesnya.
Jangan memprediksi kalau hanya didasarkan pada suka atau benci terhadap sesuatu, karena sangat mungkin yang kita suka itu justru yang buruk dan yang kita benci itu itu justru yang bagus. Ini terutama sekali dialami oleh mereka yang minim pengalaman, senang mengkonsumsi informasi hoax, dan malas berfikir. (Baca juga : Jalan Terjal para Penikmat Hoax.) Fokuslah untuk mencari sebab, baru fokuslah untuk mencari akibat. Jangan membenci sebuah saham, dan jangan membenci trader yang mengambil saham yang kamu benci itu. Luruskan mindset-mu. Yang sebenarnya trader tidak pernah membenci saham, tapi membenci trend saham tersebut. Maka akan selalu ada tafsiran yang berbeda soal memprediksi trend, bukan karena sahamnya. Seburuk apapun saham itu, kalaulah trendnya memang naik, ia akan tetap menarik. Sebagus apapun saham itu, kalaulah trendnya memang turun, ia akan tetap dijauhi. Be smart. Be logic. Be a trader.
Post a Comment