Pertanyaannya, seberapa besar tingkat keberhasilan trading dari TR ini? Sebelum saya menjawab ini, saya akan lanjutkan illustrasi dari bagian 1 kemarin. Setelah beberapa menit berlalu, posisi bid offer berubah menjadi seperti di bawah ini :
Lot | Bid | Offer | Lot |
2354 | 1265 | 1270 | 2333 |
245 | 1260 | 1275 | 1851 |
154 | 1255 | 1280 | 2876 |
300 | 1250 | 1285 | 1501 |
1581 | 1245 | 1290 | 285 |
589 | 1240 | 1295 | 784 |
5223 | 9630 |
Jreng!! Ternyata ada bandar gila yang dengan gagah berani menerobos ganjalan offer tebal 1265. Pesan yang mau disampaikan tentunya harga akan dibawa naik dengan alasan yang kita tak pernah tahu pasti. Apakah ia benar-benar akan naik? Ya belum tentu. Masih banyak rentetetan tarian yang harus dilewati sebelum melihat bahwa harga benar-benar akan naik atau turun. Biasanya jemari trader dengan otomatis akan mencari siapa bandar gila itu, F atau D, dan dari sekuritas mana, apakah top buyer atau bukan, berapa yang sudah diakumulasikannya selama 3 hari, 7 hari, sebulan, dan seterusnya. Jika masih ragu-ragu juga, maka kita akan buru-buru membuka chart untuk memeriksa kembali analisa teknikalnya. Dan saya bisa menuliskan semua langkah-langkah TR ini di luar kepala sampai jari keriting, tapi saya yakin sebanyak apapun saya tuliskan soal TR ini, tetap tidak akan menyentuh permasalahan yang sebenarnya dan selalu menyisakan keragu-raguan yang besar, termasuk pada diri saya sendiri. Kenapa begitu? Karena yang terjadi sebenarnya adalah antara pola bid offer buat harga yang mau naik itu bisa persis sama dengan yang mau turun. Inilah yang disebut jurus Double Standard dari pasar dan ketika trader berhadapan dengan situasi seperti ini, maka satu-satunya yang bisa menyelamatkannya cuma nasib baik (hoki / keberuntungan), karena umumnya trader akan gagal di situ.
Saat Online Trading (OLT) masih belum sepopuler sekarang, konon banyak trader yang meraup keuntungan hanya bermodalkan kemampuan TR. Ketika melihat bid besar terutama pagi hari, maka kita bisa mengambil posisi beli karena kemungkinan harga akan dibawa naik pada hari itu juga. Sebaliknya jika melihat offer besar, maka potensi harga akan rontok akan semakin jelas. Tapi tampaknya hal itu tak lagi berlaku 100% buat sekarang ini. Ya terkadang masih ada yang seperti itu, tapi lebih sering berbeda. Dengan kecanggihan sistem masing-masing sekuritas, maka meskipun antrian bid kurus kering, sedangkan antrian offer segede gaban, tapi bukan berarti harga pasti akan turun. Bid kurus kering itu bisa diartikan sebagai hidden power karena sistem sekuritas memungkinan memasukkan order beli dengan syarat apabila telah menyentuh harga tertentu dengan sisa lot yang sudah sedikit. Justru jika ada posisi antrian yang super langsing itu harus lebih diperhatikan ketimbang yang tebal. Apakah support resisten bisa dinilai dari TR? Bisa, tapi dengan tingkat akurasi yang amat jelek dan saya tidak akan meresikokan diri saya untuk menilai SR dari TR ini. Dan sejujurnya, sebagian besar keberhasilan lebih banyak disumbang oleh analisa teknikal, analisa fundamental, dan analisa makro ketimbang TR. Ya rahasia yang sama, itu ke itu juga.
Saya tak katakan bahwa ini adalah cara yang buruk dalam trading. Hanya saja trading dengan cara menyerahkan 1/2 keputusan terhadap dominasi sekuritas, maka buat saya itu sama seperti menyerahkan leher saya kepada pasar, entah untuk dipenggal atau dibiarkan saja. Seperti di awal-awal alinea di atas, TR ini sudah beralih fungsi menjadi iklan berjalan. Jadi siapapun yang melihatnya biasanya akan tertarik untuk ikut-ikutan, tanpa pernah tahu arah mana yang sedang dituju karena pola naik dan turunnya bisa mirip satu sama lain. Pada mayoritas kasus posisi offer selalu lebih besar daripada bid, sehingga selalu terkesan harga akan turun ketimbang naik. Dan jika mayoritas posisi seperti itu, maka terkesan IHSG mau terkoreksi, padahal belum tentu. Penilaian terhadap bid offer akan mudah dikacaukan dalam hitungan detik, terutama sekali jika aksi tersebut dipicu oleh sekuritas berkode F. Beragam contoh jurus Double Standard ini antara lain :
- Bid tipis, offer tebal. Apakah artinya harga mau turun? Tidak juga. Bisa juga harga mau naik.
- Harga turun tajam, lalu rebound dengan cepat, apakah artinya koreksi sudah lewat dan akan lanjut naik? Tidak juga. Bisa juga harga masih akan lanjut turun. Sebagaimana ada koreksi sementara, maka ada juga rebound sementara.
- Bid tebal 3 tick berturut-turut, apakah berarti itu support kuat dan bisa menjadi tanda dimulainya akumulasi? Tidak juga. Bisa juga malah lanjut turun. Bisa bidnya dicabut tiba-tiba, atau diguyur oleh kekuatan yang lebih besar lagi.
- Bid tipis, offer tipis. Bid tebal, offer tebal. Kalau begini, artinya apa? Artinya sama kuat, tapi apakah harga mau naik atau turun, yang mana saja bisa terjadi.
- Asing net buy, tapi bid tipis, offer tebal. Apakah bisa naik? Ya bisa saja, tapi bisa juga tidak.
- Breakout offer tebal, lalu harga naik 3 tick. Esoknya harga malah turun sedikit di bawah harga offer tebal kemaren. Apakah itu penurunan yang sementara sebelum naik lebih tinggi? Ini akan membuatmu berfikir bahwa bandar yang melakukan breakout offer kemaren tentunya tidak akan membiarkan harga turun begitu saja karena ia bisa nyangkut. Tapi yang terjadi harga bisa lanjut turun dan meninggalkanmu dalam keheranan tanpa pernah tahu apa yang terjadi pada bandar yang kamu bilang nyangkut itu. Ya saya yakin kamu akan heran, karena kamu lebih sibuk mengurusi bandar ketimbang dirimu sendiri, lebih suka ikut pergerakan bandar. Iya, kan? Kasus semacam ini membutuhkan penjelasan yang rada panjang, karena itu saya sisihkan buat lain hari. Tolong ingatkan saya apabila lupa.
- Dan sebagainya.
Semoga bermanfaat.
Hi pak Ceria,
Lalu apa kesimpulan dari tape reading ini? Apa sama sekali TR hanya membuat keragu2an? Apa yang bisa kita manfaatkan dari TR tsb?
Trims
Hi juga pak Erwin Sanz,
kesimpulan saya soal TR ini, ia memang didesain untuk tak terprediksi dan tak terbaca. Saya pribadi tak bisa berharap banyak dari TR. Krn itu akan sangat jauh lbh baik kl analisis bisa lbh difokuskan ke teknikal atau fundamental. Itu saja.
Post a Comment