Fenomena pandir ini banyak bermunculan ketika IHSG turun tajam akibat terpengaruh oleh penguatan dollar. Si pandir tentu akan menyalahkan pemerintah yang tidak becus menjaga nilai tukar rupiah tanpa ia tahu bahwa seberapa banyakpun BI mengintervensi tidak akan membuat rupiah menguat. Bertahan iya, tapi menguat tidak. Ini siklus yang harus dilewati, tapi tentunya si pandir tidak pernah mengkaji ke sana. Ia memberikan contoh solusi ini dan itu, tanpa ia menyadari solusi yang diberikannya itupun ternyata lebih konyol lagi. Saya tidak tahu apa persisnya yang dikejar si pandir ini, selain menghasut orang lain. Ada banyak sekali pandir di luar sana, dan merekalah menjadi salah satu alasan saya mengambil kesimpulan bahwa IHSG sudah di bottom dan saham-saham di IHSG tengah diakumulasi. Dan alhamdulillah, saya bisa mengecap manisnya profit dari AALI, SMGR, dan PTPP.
Saya tuliskan ini bukan untuk mengolok-olok, melainkan untuk mengingatkan kita, terutama saya sendiri, agar jangan sampai masuk ke dalam golongan si pandir. Jangankan si pandir, yang sudah mati-matian belajar serius pun masih juga sering kejebak sendiri dan harus merasakan sakitnya dihajar pasar tanpa ampun. Menjadi orang bodoh itu memang tak enak, tapi akan lebih tak enak lagi kalau ternyata kita tidak tahu bahwa kita itu bodoh. Apa sebutan yang cocok buat orang yang tak tahu bahwa dia bodoh? Pandir!
Di pasar modal si pandir ini bisa menjadi sangat berguna sebagai indikator sentimen. Dengarkan mereka, dan bersiaplah melakukan yang sebaliknya. (Baca juga : Menyusun Rencana : Strategi dan Target). Sesekali kita perlu mencermati komentar si pandir, tanpa harus repot-repot membalasnya. Namanya pun pandir, ia akan terus berkoar-koar agar orang-orang mengikuti apa yang dikatakannya, padahal semua itu bisa mengarah pada jebakan (trap), terlepas apakah ia sengaja melakukannya atau tidak, apakah ia pura-pura pandir atau memang benar-benar pandir, tidak ada yang tahu. Yang penting adalah melihat reaksi komentator lain atas ulasannya. Jika banyak yang mengamininya, kamu kudu bersyukur karena sainganmu ternyata cuma sedikit. Jika banyak yang menolaknya, kamu kudu berhati-hati karena ternyata di luar sana ada banyak lawan yang mengetahui rahasia selayaknya kamu. Tehnik penggiringan opini ala pandir ini dilakukan tidak hanya dari kalangan elit ke bawah tapi juga elit ke atas, bahkan sekelas JP Morgan dan The Fed pun melakukan strategi konyol ini. Dan sudah bisa ditebak, mayoritas kerbau buta di pasar saham ternyata masih saja buta dan susah melek.
Perluaslah wawasanmu. Kenalilah dirimu. Kenali kelebihan dan kekuranganmu. Perbaiki cara berfikirmu. Perbaiki juga cara pandangmu. Tengoklah ke pasar. Perhatikan ia. Dengarkan ia. Rasakan ia. Berfikirlah, sobat. Berfikirlah. Kamu harus tahu sedang berhadapan dengan siapa. Berfikirlah di luar kotak. Bacalah komentar si pandir dan berpikirlah kebalikannya. Siapa tahu dengan begitu kamu akan menemukan banyak rahasia 'baru' yang kelak menjadi kunci awal keberhasilanmu. Semoga bermanfaat.
Post a Comment