Bergelut di dunia pasar modal tidak bisa lepas dari yang namanya informasi. Pasar yang dinamis dan bisa berubah sewaktu-waktu membuat pelaku pasar modal mau tidak mau harus terus meng-update informasi, entah itu dari media online, koran, atau dari teman-teman sesama trader-investor melalui SMS, BBM (BlackBerry Messenger), forum, milis, dan chating. Tidak melulu soal emiten saham, tapi juga soal makro ekonomi lokal hingga global, bahkan tak jarang yang merambat ke politik. Penilaian politik berguna untuk memprediksikan kebijakan-kebijakan ekonomi yang nantinya akan dinilai seberapa besar pengaruhnya ke emiten yang bersangkutan. Sehingga kita mengenal istilah "Knowledge is Power. Information is King".
Sedemikian pentingnya informasi ini, sampai-sampai ada pelaku pasar yang menspesialisasikan dirinya sebagai Pemburu Berita (News Hunter). Tujuannya tidak lain tidak bukan adalah untuk memperoleh momentum lebih dulu ketimbang pemain lain. Kita mengenalnya sebagai momentum trader. Tapi sayangnya banyak informasi itu yang sebenarnya muncul terlambat.
Sebenarnya seberapa penting informasi ini? Pastinya penting sekali. Tapi mari kita luruskan soal ini. Saya menganalogikan pasar ini seperti raksasa dengan mata yang terletak di segala tempat mulai dari depan, belakang, atas, bawah, kiri, dan kanan. Dengan kata lain pasar pasti sudah tahu dan akan selalu lebih dulu tahu. Sekali waktu pasar terlihat mengantisipasi informasi yang SUDAH muncul. Di waktu lain pasar justru mengantisipasi informasi yang 'BELUM' muncul. Yang sebenarnya informasi itu sudah muncul, tapi mungkin kita yang tidak tahu apa dan dimana. Di sinilah yang menjadikan pasar saham itu seperti permainan adu kecepatan yang mendebarkan, beradu nyali, insting, dan kecerdasan. Untuk sebuah informasi yang belum resmi dirilis, maka ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi yaitu informasi itu benar atau informasi itu salah. Satu-satunya cara membedakan informasi itu benar atau salah adalah menunggu berita yang resmi dirilis, yang artinya sudah terlambat. Dengan kata lain, tiap kali ada berita bagus atau berita jelek yang dimuat media, pertimbangkanlah bahwa informasi tersebut datang terlambat. Kamu harus mempertimbangkan informasi yang muncul sebelumnya. Carilah informasi yang memuat saat masih 'proses', belum 'hasil'. Bayangkan ini seperti sebuah alur cerita dimana ada momentum yang harus terjadi dan selalu media meliputnya belakangan.
Jika informasi selalu datang terlambat, bagaimana kita bisa berharap kepadanya? Sebagaimana telatnya ia datang, maka begitu juga telatnya kita mengambil posisi nantinya. Lantas, bagaimana cara mengantisipasi ini?
Kegiatan mengambil posisi sebelum pasar disebut spekulasi. Untuk melakukan spekulasi dengan tingkat akurasi yang baik dibutuhkan data-data pendukung yang mumpuni agar keputusan yang diambil tidak salah. Data-data pendukung inilah yang kelak menjelma menjadi informasi. Seperti yang saya tulis pada paragraf di atas, informasi itu sebenarnya sudah muncul, tapi kita tidak tahu apa dan dimana. Untuk tipikal informasi seperti ini, tingkat reliabilitasnya tentu menjadi persoalan baru. Misalnya kita mendengar bahwa saham CCCC akan ditarik ke atas karena kabarnya perusahaan Big mau mengakuisisi. Setelah dicross-check, ternyata belum ada berita resmi dari emiten terkait seputar rencana akuisisi tersebut, namun kita bisa mengecek bahwa memang kinerja CCCC ini cemerlang, sehingga wajar kalau ada perusahaan besar yang mau mengakuisisinya. Pertanyaan yang tersisa, pada harga berapa dan kira-kira apa rencana ke depannya jika proses akuisisi berhasil dilakukan? Jika ini semua bisa dijawab, maka sudah menjadi kata kunci yang cukup kuat.
Dalam penulisan berita, sering sekali penulis-penulis menyelipkan opini ketimbang fakta. Kenapa begitu? Karena opini selalu mendahului fakta. Fakta baru bilang A, opini sudah berani memprediksi ke J atau P. Apakah cara ini salah? Tidak salah, hanya saja beresiko jika ditelan mentah-mentah. Untuk mengantisipasi ini, kamu kudu harus mengumpulkan data-data. Lakukan riset. Jangan malas. Lakukan ini seperti hobi. Dengan bantuan teknologi, kamu bisa menemukan informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang cukup singkat. Tinggal kemampuanmu memilah mana informasi yang layak dipakai, dan mana yang tidak. (Baca juga : Bagaimana Cara Menganalisa Sebuah Berita?)
Baik analisa teknikal maupun fundamental merupakan dua perangkat yang sangat handal dalam memprediksi. Untuk berspekulasi, kamu akan membutuhkan keduanya. Dalam teknikal yang advanced, tanda-tanda reversal bisa diketahui. Bukan hanya pada level harga, tapi timing-nya pun bisa diketahuinya, tanggal berapa, hari apa, dan sebagainya. Dalam fundamental yang advanced, hasil LK kuartal depan bisa diprediksi dengan menggunakan LK kuartal hari ini. Apakah hasilnya nanti jelek atau bagus bisa dinilai dengan menggunakan perangkat tersebut. Bahkan perkiraan berapa penjualan s/d laba bersih pun bisa dihitung. Ah, masa iya? Percayalah, ada manusia sinting di luar sana yang bisa melakukan itu. Orang-orang seperti ini biasanya sangat rajin mencari data tambahan dengan tingkat kesabaran yang mencengangkan, sehingga analisa mereka menjadi lebih lengkap, nyaris sempurna. Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk bisa seperti itu? Entahlah. Hanya Tuhan yang tahu soal itu.
Satu-satunya ketakutan ketika kita berusaha menyempurnakan perolehan data-data ini adalah itu tidak serta merta menjanjikan kita bakalan sukses di pasar modal. Tapi kamu tidak punya pilihan lain yang lebih baik dari ini. Suka tidak suka, mau tidak mau, cepat atau lambat kamu harus melakukannya juga. Ya memang benar itu tidak serta merta membuat kita sukses. Terlebih lagi informasi datang bukan dari 1 arah, melainkan 2 arah, yaitu fundamental dan teknikal. Salah satunya pasti akan bisa membuatmu sukses nantinya. Biasanya jika analisa fundamentalnya nyaris sempurna, maka analisa teknikalnya acak kadut. Begitu juga sebaliknya, jika analisa teknikalnya nyaris sempurna, maka analisa fundamentalnya jungkir balik. Tapi kita bisa perhatikan, antara keduanya sama-sama menggunakan elemen untuk menyempurnakan analisanya tersebut, yaitu data. Dan data itu adalah informasi yang dibutuhkan. Ingat, tidak ada informasi yang BELUM muncul, melainkan SUDAH muncul, hanya saja tidak banyak yang mengetahuinya, pun tidak banyak yang menyadarinya. Tidakkah kamu menyadari kita semua berada pada garis start yang sama? Apakah ada yang bermain curang di sini? Mungkin ada, tapi saya yakin sebagian besar tidak. Terlebih lagi pengawasan pasar modal semakin ketat dari hari ke hari. Lantas, kenapa ada yang berhasil berlari lebih cepat ketimbang yang lainnya? Fikirkanlah. Semoga bermanfaat.
Post a Comment