Adanya capital outflow yang terjadi pada pertengahan April 2015 ini s/d sekarang merupakan sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Memang arus modal keluar seperti ini tidak langsung direspon oleh pelaku pasar untuk menurunkan IHSG, karena tak jarang yang berakhir pada anomali. Namun dari pengamatan saya, arus modal ini akan berpengaruh cepat atau lambat nantinya. Saya tak menemukan alasan yang kuat terjadinya arus modal keluar. Memang jumlahnya masih dalam batas yang normal, sehingga lebih dikategorikan pada koreksi yang wajar, tapi kalau berlangsung terus menerus, tentunya pelaku pasar akan mengantisipasinya dengan bersikap defensif dan mengambil posisi menunggu ketimbang masuk. Itulah yang terjadi dalam minggu ini.
Setelah menyentuh target gap yang ditandai pada kotak merah, IHSG memang berhasil rebound, namun target rebound untuk memenuhi puncak Minor Wave 5 of Intermediate Wave (3) of Primary Wave ((3)) of Cycle Wave V masih jauh panggang dari api. Yang terjadi justru IHSG menembus garis uptrend pertama. Ini tentu menjadi sinyal hati-hati buat kita. Belum dikatakan bearish, sebelum menembus garis uptrend yang kedua yang saya tandai dengan garis merah. Apakah setelah tembus garis merah, maka IHSG akan terkoreksi dalam? Tidak diartikan seperti itu, karena bergantung sepenuhnya pada arus modal masuk dan keluar nanti yang biasanya sarat dengan kondisi makro ekonomi. Namun biasanya breakdown garis uptrend tersebut bisa diartikan bahwa fase koreksi akan berlangsung lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
Mungkin yang paling penting kita cermati di sini adalah apa penyebabnya? Tidak ada asap kalau tidak ada api. Saya belum menemukan alasan yang cukup kuat. Memang ada pendapat bahwa bulan Mei dan Juni merupakan bulan jatuh tempo pembayaran hutang swasta sehingga mereka membutuhkan banyak dollar untuk itu, sehingga ada kekhawatiran dollar akan menguat kembali dan membuat IHSG terkoreksi turun. Dan itu sudah berlangsung sejak tahun 2010 s/d 2014. Ada yang mulai koreksi pada bulan Mei, tapi ada juga yang mulai koreksi pada bulan Juni. Tapi hal itu tidak terjadi pada tahun 2009. Ya saat itu IHSG sedang dalam kondisi awal bullish sejak banjir likuiditas pasca stimulus The Fed, sehingga kondisi tahun 2009 bisa kita kecualikan. Artinya kalau berdasarkan ritual IHSG dalam 4 tahun terakhir ini, maka memang ada potensi untuk koreksi. Koreksi yang terjadi bisa tajam, bisa mendatar saja. Kalaulah ini yang menjadi alasan pelaku pasar untuk memilih menunggu, maka ini akan menjadi area akumulasi yang paling cocok. Kenapa begitu? Seperti yang saya katakan di atas, saya tak menemukan alasan yang kuat buat IHSG untuk terkoreksi. Perhatikan grafik di bawah ini.
Posisi neraca perdagangan RI surplus dan semakin besar. Namun posisi kas per PDB masih minus, walaupun tidak separah tahun 2014 lalu (naik dari -3.2 menjadi -2.95). Ini patut diapresiasi karena yang sebenarnya pengamat banyak yang memprediksi bahwa tahun ini posisi kas Indonesia akan lebih parah dari tahun 2014. Walaupun CA per GDP masih minus, Pemerintah berhasil menggaet investor-investor strategis untuk bersama-sama membangun infrastruktur dalam negeri. Padahal biasanya dengan CA per GDP minus seperti itu, investor ogah masuk karena menganggap kondisi ekonomi kita bermasalah. Tapi ternyata pemerintah berhasil meyakinkan mereka dan itu bukan cuma lip service. Dalam 4 bulan terakhir ini banyak apresiasi yang diberikan negara luar kepada Indonesia. Posisi kas APBN sekarang ini bisa digunakan untuk membayar hutang dalam 6 bulan (yang disyaratkan adalah 3 bulan). Dengan kata lain kas APBN sangat sehat dan jangan lagi diutak-atik. Keputusan pemerintah untuk berhutang lagi dalam rangka pembiayaan infrastruktur menuai kontroversi dimana-mana, padahal ratio hutang masih relatif tetap, yaitu antara 30-32% dari PDB. Bandingkan dengan India yang ratio hutangnya mencapai 60%, maka ratio hutang Indonesia masih tergolong sangat aman, sambil tetap menggenjot pemasukan dari pajak dan mempercepat pembangunan ekonomi. Kalau seandainya itu tidak dilakukan, maka pemerintah terpaksa menguras APBN untuk pembiayaan ini itu dan akhirnya kemampuan bayar akan menyusut. Hutang LN dengan 1-2% per tahun masih bisa ditolerir ketimbang APBN yang defisit. Bagaimana dengan daya beli masyarakat? Untuk saat ini agak tertekan, tapi data dari BI menunjukkan inflasi yang terjadi tahun 2015 tidak separah tahun-tahun sebelumnya.
Awal yang cantik sekali, bukan? Maka koreksi yang terjadi pada IHSG dalam bulan ini sebenarnya tergolong prematur. Kalau memang koreksi bulan Mei atau Juni sudah diantisipasi pada bulan ini, maka yang terjadi biasanya bulan Mei atau Juni nanti koreksi tidak lagi terjadi. Tapi ini mungkin hanya asumsi tanpa dasar mengingat arus modal masih terlihat keluar. Skeptif? Mungkin tidak. Coba kita cek dari grafik FNBS.
Jum'at kemaren asing ternyata membukukan volume beli bersih, tapi kecil. Aksi jual besar-besaran sebelumnya ternyata tak menekan IHSG lebih rendah. Juga dari total FNBS dalam sebulan menunjukkan peningkatan, walaupun masih minus. Maka saya tetap berkesimpulan ini akan menjadi ajang akumulasi yang menarik. Penurunan harga saham tanpa alasan fundamental yang berarti akan terdengar seperti nyanyian merdu di pagi hari. Fase bullish masih berjalan. Nikmati saja apa yang tersaji.
Rangkuman Pasar 20-24 April 2015 | |||||
20 | 21 | 22 | 23 | 24 | |
IHSG | 5400,8 | 5460,57 | 5437,12 | 5436,21 | 5435,36 |
Net FNBS (lembar) | -67.140.453 | +32.013.073 | -97.678.444 | -209.007.158 | +47.062.949 |
Total Net FNBS dlm sebulan | -1.144.727.477 | -957.946.625 | -1.067.243.116 | -1.039.831.039 | -850.850.118 |
Rp/USD | Rp12.875,- | Rp12.942,- | Rp12.952,- | Rp12.939,- | Rp12.941,- |
*Saham-ceria.blogspot.com |
Disclaimer on. Salam trader!
Post a Comment