IHSG kembali membuat rekor baru dengan tutup di 5514 atau all time high. Level ini hanya terpaut 3 poin dari resisten fibonacci yang ditandai pada grafik minggu lalu. Penutupan kemarin pun seperti dipaksakan, dimana harga mulai rally justru setelah pasca closing. Seperti yang terlihat pada gambar di atas, setelah menyentuh level ini, ini akan menjadi puncak Minor Wave 3 of Intermediate Wave (3) of Primary Wave ((3)) of Cycle Wave V, dan kemungkinan selanjutnya adalah IHSG akan terkoreksi turun menuju gap dalam rentang waktu ideal seperti yang ditandai kotak merah. Saya belum melihat kemungkinan adanya skenario lain yang muncul berdasarkan hitungan Elliot Wave. Jadi untuk saat ini, corat-coret IHSG masih seperti di atas yang tak berbeda dari minggu lalu.
Apakah ini akan menjadi sinyal buruk buat IHSG? Mengingat USD sudah sempat menyentuh di atas Rp13000, tentunya berdampak negatif pada emiten-emiten yang berhutang dalam kurs USD. Biasanya memang pelemahan rupiah akan direspon negatif oleh pasar. Bukan apa-apa, pelemahan rupiah bisa diartikan sebagai lemahnya ketahanan ekonomi dalam negeri, kendatipun penyebabnya bisa saja bersumber bukan dari dalam negeri, melainkan luar negeri, misalnya naiknya FED rate, capital outflow akibat investor memburu US Treasury Bond, dan sebagainya. Alih-alih mencari tahu apa penyebabnya, pelaku pasar lebih suka mengantisipasi lebih dulu. Ini merupakan respon alamiah investor dalam melindungi portofolionya.
Yang cukup menarik buat disimak sekarang ini adalah bahwa pelemahan rupiah tidak didukung dengan pelemahan fundamental Indonesia. Perhatikan grafik di bawah ini.
Kita tahu bahwa pada pertengahan Desember 2014, rupiah sempat melemah tajam dan dibarengi dengan meningkatnya CDS (Credit Default Swap) Indonesia. Inflasi pun tembus 8% saat itu, yang ditenggarai oleh kenaikan BBM, salah satu kebijakan Pemerintah yang tidak populer untuk menyelamatkan APBN yang defisit. Tapi sekarang CDS Indonesia ternyata cenderung turun semenjak pertengahan Desember 2014 lalu. Tak cuma itu, Indonesia justru mengalami deflasi 3 bulan berturut-turut.
(Catatan : Ada yang berpendapat deflasi ini tanda bahwa ekonomi kita tidak tumbuh. Saya bisa katakan bahwa itu pendapat yang keliru. Justru Pemerintah sangat berhasil dalam hal ini. Deflasi harus terjadi mengingat inflasi sebelumnya mencapai level 8%. Setidaknya inflasi harus turun di bawah angka 4%, dan setiap penurunan tersebut disebut deflasi. Pemerintah masih akan sibuk memberantas mafia yang membuat pengendalian inflasi terhambat.)
Selanjutnya perhatikanlah grafik berikut ini.
Selamat! Neraca perdagangan Indonesia sudah surplus. Namun masih terlalu dini untuk bergembira, karena kita harus menilainya dalam 1 tahun untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkrit.
Masih ingat kenaikan harga BBM pada bulan November 2014 lalu, yang kemudian turun kembali? Sekilas seperti tak banyak berubah, tapi banyak sekali perbaikan yang terjadi di dalamnya dan itu bisa dicapai dalam kurun waktu kurang dari 100 hari, padahal itu pe-er yang tak pernah selesai berpuluh-puluh tahun lamanya. Bagi yang belum paham apa yang tengah terjadi saat itu, bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Keputusan pemerintah saat itu ternyata berhasil memberikan ruang fiskal lebih lebar, yang pada gilirannya alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan pertanian sekarang ini merupakan yang terbesar dalam sejarah Indonesia. Memang penurunan harga minyak dunia banyak berperan di sini, tapi tanpa keberanian Pemerintah saat itu, maka ruang fiskal Indonesia tidak akan sebesar sekarang.
Di grafik FNBS tercatat asing mulai membukukan aksi jual bersih, namun jumlahnya relatif sedikit. Apakah ini menjadi indikasi bahwa target koreksi nantinya hanya sedikit saja? Belum tentu. Aktivitas asing tidak bisa dijadikan acuan untuk memprediksi tinggi rendahnya target koreksi maupun rally. Jika harga sudah mencapai puncak tapi asing mencatatkan aksi jual bersih, itu sudah menjadi sinyal negatif dan kita sudah harus berhati-hati. Jika koreksi benar terjadi, maka volume F net sell ini akan semakin meningkat dan terus meningkat hingga IHSG mentok ke dasar. Pertanyaannya, apakah kita harus mengosongkan portofolio sekarang ini? Tak ada keharusan seperti itu. Itu terserah keputusan masing-masing, juga tergantung skill masing-masing. Ulasan ini bukan sebuah prediksi mutlak benar, hanya sebuah prakiraan saja agar berhati-hati. Disclaimer on.
selamat malam, kalau boleh tau, darimana ya sumber dari data cds dan grafiknya?
terima kasih
coba googling dgn keyword CDS Indonesia pak.
Post a Comment