Perbedaan hasil analisa tentu bukan hal yang terlalu mengherankan di dunia saham. Kita mengenal batas toleransi sebagai antisipasi kalau hasil analisa melenceng. Namun, pada beberapa faktor di bawah ini, batas toleransi yang kecil pun bisa menghasilkan perbedaan hitungan yang besar. Apa saja itu? Berikut ini saya rangkumkan 10 hal kecil yang sering membuat perbedaan besar di analisa saham :
- Hitungan support resisten
Perbedaan hitungan support dan resisten akan berdampak pada perbedaan pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa semakin akurat hitungan S/R-nya, maka semakin bagus sistem tradingnya. Misalnya, saham A dengan metode I diperkirakan supportnya berada di 700, tapi dengan metode II diperkirakan berada di 675. Walaupun jaraknya tidak begitu jauh, tapi dalam prakteknya 2 hal ini sering sekali menyebabkan keputusan yang berbeda secara signifikan. Penyebab perbedaan ini biasanya pada pemilihan puncak dan lembah, pemilihan patokan harga, dan bisa juga pada pemilihan level-level fibonacci. Terlihat sepele, bukan? Jangan anggap sepele urusan ini. Kamu tidak bakalan ingin tahu berapa lama waktu yang dihabiskan hanya untuk mempelajari cara menemukan titik S/R ideal. - Menghitung PER saham
PER atau Price Earning Ratio dihitung dengan cara membagi harga saham dengan EPS-nya. Perbedaan kecil terjadi apabila harga saham yang digunakan adalah harga saham mingguan, bulanan, atau bahkan kuartal. Juga apabila EPS yang digunakan ternyata bukan current EPS melainkan future EPS. Perbedaan-perbedaan kecil ini akan membuat perubahan besar pada penilaian valuasi saham. - Menilai gap
Gap atau celah terjadi jika harga open lebih besar atau lebih kecil dari harga close. Untuk menutupi gap ini, ada yang berpendapat harus dengan candle body, tapi ada juga yang berpendapat bisa dengan ekor saja. Saya termasuk yang berpendapat untuk menutupi gap harus dengan body dan bukan dengan ekor. Selain itu ada juga perbedaan dalam memperlakukan gap. Ada yang ngotot harus ditutup, ada juga yang tidak. - Menghitung EPS sendiri vs LK
Buat fundamentalist, bukan hal aneh lagi jika hitungan EPS di LK berbeda dengan hitungan EPS sendiri. Keliru menghitung EPS, berarti kamu akan keliru menghitung harga wajar saham. - Reversal vs Continuation
Sama-sama menggunakan teknikal, tapi yang satu mengatakan harga akan berbalik arah (reversal), sedangkan yang satu mengatakan harga akan berlanjut (continuation). Kelanjutannya, yang satu muncul rekomendasi jual, sedangkan yang satu lagi masih rekomendasi tahan. Kamu pastinya bisa merasakan bahwa untuk mengambil keputusan tahan sama susahnya dengan mengambil keputusan jual. - Titik breakout
Ini mirip dengan poin 1 di atas. Titik breakout itu sama dengan titik support dan resisten. Letak titik S/R yang berbeda mengakibatkan letak titik breakout pun berbeda. Misal : Titik breakout saham A ada di 550. Dengan hitungan lain, titik breakoutnya di 575. Alhasil, yang satu beli saham A jika tembus 550, sedangkan yang satu baru beli jika tembus 575. Apa dampak perbedaan ini? Yang paling mungkin terjadi adalah, yang satu berhasil meraih profit, yang satu lagi nyangkut. - Membaca volume
Sulitnya membaca volume saham hampir sama dengan sulitnya membaca grafik saham itu sendiri. Banyak sekali interpretasi yang dimunculkannya. Saat harga breakout dengan volume tinggi, apa yang biasa kita simpulkan? Daya beli kuat. Tapi pada saat yang sama, kita bisa juga menyimpulkan bahwa banyak yang jualan. Daya beli kuat vs banyak yang jualan, lantas harga mau naik atau turun? Lanjutannya, sudah bisa dibeli atau tunggu dulu? Sudah bisa dijual atau tahan dulu? - Menggambar pola
Ada lebih dari 100 macam pola. Kita bisa mempelajari hampir segala macam pola di buku Encyclopedia of Chart Pattern, karya Thomas N. Bulkowski. Dia digelari sebagai Bapaknya Pola. Dalam buku itu Thomas sudah menjelaskan perbedaan antara pola yang satu dengan yang lain, tapi tetap saja sulit untuk diterapkan secara tepat. Misal, pola HnS terkadang terlihat seperti Triple top, dan bisa terlihat seperti Rectangle Top. Terkadang Half Cup terlihat sepeti Scallops ataupun Rounding. - Menggunakan fibonacci
Fibonacci retracement hampir selalu ada di setiap perangkat analisa grafik saham. Namun, level mana yang digunakan itu berbeda-beda. Ada yang menggunakan level 61.8%, tapi ada pula yang menggunakan level 67%. Ada yang menggunakan level 127.2%, tapi ada pula yang menggunakan level 125%. Juga dalam cara memilih titik puncak dan lembah yang diukur. Ada yang menggunakan titik puncak mayor, ada yang minor, ada yang keduanya. - Mencermati berita media
Cara orang memahami kebijakan ekonomi tidak sama seperti orang yang mengamati kebijakan politik. Jika kebijakan politik lebih banyak disangkutpautkan kepada teori konspirasi ketimbang hasil, kebijakan ekonomi justru lebih mengedepankan hasil ketimbang teori konspirasi. Sebagai contoh, waktu The FED memutuskan untuk memberikan stimulus kepada bank-bank bermasalah saat krisis Subprime Mortgage lalu, banyak yang merasa pesimis. Alasannya keputusan itu tentu akan menyebabkan inflasi. Saking sibuknya membahas dampak jeleknya stimulus, kita justru lupa bahwa stimulus membuat pasar banjir likuiditas. Bagi yang cermat memperhatikan ini, maka dengan santai memborong saham murah dalam kondisi yang 'tidak pasti' tersebut. Saya berikan tanda kutip pada kata tidak pasti, karena itu penilaian yang subjektif bagi masing-masing orang.
"Ada satu pohon yang tinggi. Di atasnya ada buah yang sudah matang dan siap panen. Untuk mendapatkannya, orang-orang menggunakan beragam cara. Ada yang memanjat dengan menggunakan tali, ada yang pake tangga, ada bertumpu di pundak teman-temannya. Ada yang sengaja menggunakan bantuan helikopter. Ada pula yang tak melakukan apa-apa dan lebih suka menunggu sampai buah tersebut jatuh dengan sendirinya. Mana cara yang benar? Semua benar, tapi metode apapun yang digunakan, tetap tidak merubah tujuan bahwa yang ingin dicapai itu adalah memetik buahnya. Jika ada metode yang terbukti tak berhasil mencapai tujuan itu, maka tinggalkanlah dan cari metode lain."
Post a Comment