Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

Segala Cerita Tentang PER

Posted by Saham Ceria

Segala Cerita Tentang PER
Seandainya ada rating buat menilai ratio fundamental mana yang menempati urutan teratas yang paling sering digunakan oleh investor, mungkin jawabannya adalah PER. PER atau Price Earning Ratio adalah rasio harga saham dengan laba bersihnya. Selain PER, ada juga PBV (Price to Book Value), PSR (Price to Sales Ratio), dan sebagainya. Ratio-ratio seperti ini cukup familiar digunakan, karena merupakan pembanding harga pasar dengan kondisi fundamentalnya. Berbeda dengan ROE (Return On Equity), DER (Debt Earning Ratio), NPM (Net Profit Margin) yang merupakan rasio fundamental dengan fundamental juga tanpa melibatkan harga yang tengah terjadi pasar sama sekali. Pertanyaan selanjutnya, lantas PER ini digunakan buat apa? Inilah segala cerita tentang PER.

Secara umum penggunaan PER itu ada 5, yaitu :
  1. Untuk menilai mahal tidaknya sebuah saham dengan cara membandingkan PER saham yang satu dengan yang lain. Biasanya dalam sektor yang sama, tapi bisa juga tidak. PER yang lebih rendah selalu dinilai lebih murah ketimbang PER yang lebih tinggi.
  2.  
  3. Untuk memberikan gambaran ekspektasi investor terhadap sebuah saham. Misalnya saham A selalu bergerak pada rentang PER 36-45x, sedangkan saham B bergerak pada rentang PER 5-7x. Artinya investor mempunyai ekspektasi lebih tinggi pada saham A ketimbang saham B.
  4.  
  5. Untuk menghitung harga wajar saham. Rumusnya : harga = PER x EPS. Jika harga di pasar lebih rendah dari harga wajar, maka disebut murah (undervalued). Jika ternyata sudah lebih tinggi, maka disebut mahal (overvalued).
  6.  
  7. Untuk menghitung tingkat keuntungan per tahun. Rumusnya : 1/PER. Contoh : PER 5, maka 1/5 = 20% per tahun.
  8.  
  9. Untuk menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk balik pokok modal. Misalnya : Harga saham Rp1500. EPS-nya Rp50. Maka PER-nya Rp1500/50 = 30x. Artinya, jika kita beli saham ini di harga Rp1500 dan setiap tahunnya memberikan keuntungan bersih Rp50, maka jika dibiarkan dalam 30 tahun akan memberikan keuntungan 30 x 50 = Rp1500,- (balik pokok modal)

Sekarang kita coba bahas satu per satu.
PER untuk menilai mahal tidaknya sebuah saham.
PER yang rendah memang TERKESAN murah, dan PER yang tinggi memang TERKESAN mahal. Jadi sebenarnya ini cuma penilaian sekilas tanpa dasar yang kuat. Idealnya murah tidaknya saham tidak dinilai dari tinggi rendahnya PER, melainkan dari valuasi. 

PER untuk menilai ekspektasi investor terhadap sebuah saham.
Ini banyak kaitannya dengan sektor saham yang bersangkutan. Sektor yang defensif biasanya memiliki PER lebih tinggi ketimbang yang bukan. Semakin tahan sebuah saham terhadap goncangan pasar, maka semakin tinggi ekspektasi investor terhadap saham tersebut, sehingga biasanya akan dibanderol dengan PER yang lebih tinggi pula. Saya lebih suka menyebutnya dengan kemampuan market maker mempertahankan harga saham pada level tertentu. Jika sebuah saham memang terbiasa bermain di PER 35-45, maka sedapat-dapatnya MM akan mempertahankannya di PER tersebut, walaupun EPS-nya naik turun.

PER untuk menghitung harga wajar saham.
Rumus harga wajar saham saat ini adalah PER x EPS. Untuk menghitung berapa harga wajar saham ke depannya, maka ada 2 pendekatan yang bisa dilakukan yaitu pertama, memprediksi PER-nya, kedua, memprediksi EPS-nya. Salah satunya pasti akan digunakan.

PER untuk menghitung tingkat keuntungan per tahun.
Perhitungan seperti ini didasarkan pada asumsi semakin kecil PER, maka semakin besar potensi keuntungan yang bisa dihasilkannya. Ini merupakan bahasa lain buat menyebutkan PER kecil itu murah, PER besar itu mahal. Biasanya yang menjadi pilihan itu adalah saham-saham dengan PER di bawah 20, bahkan di bawah 10. Pertanyaannya, apakah penilaian ini akurat? Tidak ada jaminan bahwa saham dengan PER rendah bisa memberikan potensi keuntungan lebih tinggi, tapi akan selalu menarik minat investor KALAU emitennya sudah mulai menunjukkan pertumbuhan performa yang semakin membaik.

PER untuk menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk balik modal.
Apa iya ada investor yang menggunakan cara seperti ini? Rasanya kok sulit dipercaya. Saya pikir PER kurang cocok digunakan untuk menghitung berapa lama waktu untuk balik modal, tapi mungkin bisa diterapkan ASALKAN memang terbukti kinerjanya tumbuh, karena nantinya keuntungan dari investasi saham itu bersumber dari 2 hal, yaitu dividen dan capital gain. Semakin besar keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya, maka tentu semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk balik modal.

Referensi :
  1. http://www.investopedia.com/terms/p/price-earningsratio.asp
  2. http://www.myaccountingcourse.com/financial-ratios/price-earnings-ratio
  3. http://www.imq21.com/news/read/44412/20111101/115453/Mengenal-Price-Earning-Ratio-PER-.html

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...