Secara garis besar makna dan definisi politik adalah sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam tatanan negara agar dapat merealisasikan cita-cita negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk negara sesuai aturan-aturan agar kebahagiaan bersama di dalam masyarakat di sebuah negara tersebut lebih mudah tercapai. Namun, kita memahami bahwa politik tidak semata-mata berlaku pada urusan negara saja, tapi juga pada cakupan kecil seperti bisnis dan investasi, tak terkecuali pasar saham. Sehingga dalam banyak versi definisi politik ini punya 1 kesamaan, yaitu politik adalah siasat/cara/taktik untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pasar saham itu kental dengan nuansa politik. Beragam siasat, bahkan sudah mengarah ke manipulasi, digunakan untuk memenangkan pertarungan. Ini adalah bisnis sekaligus guru yang sangat kejam. Tidak kenal dengan permintaan maaf. Setiap kesalahan harus ditebus dengan kerugian. Tidak ada penangguhan. Tidak ada siaran tunda. Saat kamu merasa dirimu berbakat, maka pada saat yang sama akan muncul 10 orang yang ternyata juga sangat berbakat. Saat kamu merasa sangat pintar, maka pada saat yang sama akan muncul 10 orang bahkan lebih yang ternyata lebih pintar. Saat kamu merasa sangat licik, maka pada saat yang sama akan muncul 10 orang yang juga sangat atau bahkan lebih licik. Tolok ukur keberhasilan sulit diukur, karena pribadi yang berbicara. Pasar menilainya dari bukti, bukan janji. Seorang trader profesional bisa berkoar-koar merekomendasikan saham AAAA akan naik sekian puluh persen, tapi saat saham yang dimaksud ternyata melempem, maka pasar akan menilai trader itu tak lebih dari seorang yang pintar omong besar. Memahami ini, seorang profesional tidak akan gegabah merekomendasikan saham ini itu kepada orang lain, kecuali ia memiliki data-data yang jelas dan perhitungan yang akurat.
Dinamika politik di pasar saham semakin terasa ketika pergerakan harga didominasi oleh kelompok-kelompok besar, sehingga yang terlihat bukanlah pergerakan alami karena permintaan supplai dan demand, melainkan karena aksi manipulasi harga. Aksi-aksi ini dilakukan untuk 3 tujuan, yaitu : menciptakan ilusi / tipuan, mencari titik lemah lawan, dan meningkatkan probabilitas memenangkan pertarungan. Segala macam cara digunakan, mulai dari borongan palsu dengan bid super tebal, tapi harga malah anjlok parah keesokan harinya. Ada juga guyuran palsu dengan offer super tebal dilakukan oleh investor berkode F (asing), tapi esoknya harga malah naik tinggi. Ada juga yang memanfaatkan sentimen negatif dari laporan keuangan. Jelas-jelas perusahaan mencetak rugi besar dengan EPS minus, eh harga sahamnya bisa rally +30%. Dan masih banyak aksi-aksi lain yang sulit dicerna oleh akal sehat, karena memang lebih sarat ke manipulasi ketimbang pergerakan alami.
Di antara aksi-aksi manipulasi tersebut, akan muncul pahlawan-pahlawan yang berusaha menyelamatkan trader lain dari kerugian dengan cara memberikan ulasan pasar, analisa, nasehat investasi hingga rekomendasi. Tidak diketahui apakah niatnya memang benar-benar tulus, atau justru membuat jebakan baru lagi. Bukan cerita mitos yang mengatakan bahwa memang ada analis-analis yang berkompeten untuk menghembuskan isu-isu, membuat rumor, untuk mengarahkan opini pasar. Isu-isu itu bisa dihembuskan melalui tulisan-tulisan di media online, bisa juga di media cetak. Kemudian tunggu sampai opini benar-benar terbentuk di pasar dan pasar meresponnya. Setelah pasar bergerak sesuai opini tersebut, maka mafia yang sebenarnya akan muncul melakukan pergerakan dari arah yang berlawanan dan mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari kerumunan kerbau yang terjebak.
Seseorang yang lama berkecimpung di dunia saham, biasanya sangat mudah membaca kondisi politik, kendatipun ia tak pernah belajar khusus soal itu. Kebiasaan investor yang gemar berburu berita-berita aktual, bukan sekedar rumor atau isu tidak jelas, membuatnya dengan mudah memisahkan mana informasi yang benar dan mana yang salah. Maka, ketika media menuliskan berita-berita sampah, mengutip opini yang tak jelas, memuat informasi yang tidak benar, investor dengan mudah mengenalinya. Di dunia saham, aksi-aksi media ini justru lebih dahsyat lagi, sulit terdeteksi, karena sangat halus-nya. Pasar saham merupakan miniatur mentalitas politikus, mafia, dan pahlawan. Kita bisa saksikan semua di sini. Bahkan aksi-aksi manipulasi di pasar saham lebih kejam dari politik yang sebenarnya. Kalau di kehidupan sosial kita masih dituntut untuk menjaga perasaan dan tenggang rasa, maka di pasar saham tidak ada sikap-sikap seperti itu. Prinsipnya, kalau kamu cuan, itu adalah rezekimu. Kalau kamu rugi, itu adalah deritamu. Terimalah itu suka atau tidak suka.
Tahun 2004 saat SBY pertama kali mencalonkan diri sebagai Presiden, pasar memilihnya. Dan SBY menang. Tahun 2009 saat SBY mencalonkan diri sebagai Presiden untuk kedua kalinya, pasar masih memilihnya dan SBY menang lagi. Tahun 2014 saat Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden, sekitar 80% investor saham memilihnya. Pasar bereaksi positif tiap kali ada kabar mengenai Jokowi, sehingga sampai ini hari dikenal sebagai Jokowi Effect. Dan hasilnya, Jokowi menang. Rata-rata investor yang anti Jokowi dibully habis-habisan di berbagai forum investasi. Ah.. mungkin para investor sudah disuap dan mulutnya dibungkam dengan uang. Begitukah? Tidak mungkin bisa Jokowi dan tim suksesnya menyuap para pelaku pasar modal. Tidak akan cukup uangnya dan itu pasti.
Investor pasar modal bisa muncul sebagai analis politik paling akurat, cerdas dan independen, walaupun ia lebih banyak sibuk dengan kegiatan ekonomi dan investasi. Ia memiliki cukup data mulai dari makro hingga membedah laporan keuangan sebuah perusahaan, mulai dari isu, prediksi, hingga penilaian manajerial seseorang. Suatu saat nanti kalau kamu merasa bimbang atas sebuah penilaian politik, coba lemparkan pertanyaan ke forum-forum investasi dan lihat bagaimana reaksi mereka. Paling nanti ada 1-2 orang yang nyinyir mengatakan "Ini forum saham, bukan forum politik." Abaikan saja dan tunggu. Umumnya investor tahu benar soal politik. Ya tentu saja, memang jadi makanan sehari-hari di pasar modal. Mereka adalah para news hunter, bukan news follower. Isu dan rumor tidak akan berlaku buatnya, kecuali didukung oleh data, fakta, dan alasan logis di balik itu. Mungkin nantinya kamu juga tak pernah belajar politik dari aktivis-aktivis organisasi, elite-elite parpol, melainkan dari investor juga, namun detil pemahaman yang dimiliki bisa jadi mencengangkan, bahkan buat politikus paling kawakan sekalipun.
Post a Comment