IHSG Review ini akan saya coba postingkan setiap hari Sabtu atau Minggu. Sebelumnya saya pernah mempostingkannya tiap hari, tapi tampaknya itu bukan langkah yang bijak. Ini seperti mengingatkan obat Panadol sebagai anti piretik berulang-ulang kali, sehingga saya pikir itu hanya menghabiskan banyak waktu dan tenaga saja. Maka saya ambil kesimpulan untuk mempostingkan review ini cukup 1x dalam seminggu.
Seberapa penting review ini? Tergantung gaya investasi masing-masing. Ada yang bilang penting, ada yang bilang tak penting. Saya mengibaratkan review ini seperti prakiraan cuaca. Terkadang bisa tepat terbaca, terkadang tidak, dan terkadang tidak bisa dibaca sama sekali. Model analisis seperti ini tentunya hanya efektif pada kondisi pasar yang normal, bukan untuk memprediksi perang dan bencana alam, walaupun dalam banyak kasus prediksi bearish bisa tepat muncul beberapa minggu sebelumnya secara kebetulan. Kenapa bisa begitu? Karena psikologis manusia membentuk insting alamiah yang secara tak sengaja terlukis di grafik dan itu tak akan bisa tuntas dipahami oleh para ilmuwan, ekonom, hingga pakar saham sekalipun. Walaupun mungkin pergerakan pasar itu didominasi oleh pihak-pihak tertentu, tapi saya yakin mereka tidak mungkin bisa mengantisipasi semuanya. Tidak selalu turunnya indeks saham itu karena kemauan mereka. Oke sekian intermezzo-nya. Kita lanjutkan membahas posisi IHSG.
Secara teknikal, tidak ada cerita baru yang muncul. Hanya sekedar melanjutkan cerita minggu lalu saja. IHSG akhirnya berhasil rebound pada area segitiga akumulasi. Sejatinya ini merupakan pondasi yang bagus untuk melanjutkan trend jangka menengah s/d panjang. Target puncak IHSG di level 6xxx bisa dibilang cukup lumayan, walaupun tak bisa dibilang terlalu tinggi. IHSG berhasil membentuk wave koreksi (2) minor dengan pola zigzag a-b-c, lalu rebound menutup gap dengan volume yang cukup besar. Rebound ini sendiri akan menjadi kaki subwave 1 dari wave (3) minor dari wave V mayor, sehingga dalam minggu ini akan membentuk subwave 2 turun ke flat area sebelum melanjutkan rally ke subwave 3 di level 5262-5282.
Perhatikanlah grafik FNBS di atas ini. Saat IHSG mencapai titik terendahnya, volume jual asing juga mencapai puncaknya. Lihat saja. Hampir 600 juta lembar. Bahkan melampaui dari awal trend beberapa waktu lalu. Apakah ini mengkhawatirkan? Kemungkinan tidak mengkhawatirkan ya. Buat saya ini merupakan proses akumulasi kedua.
Out of topic sedikit. Saya rada dibingungkan oleh mereka yang senang sekali memprediksi IHSG dengan menggunakan acuan korelasi total nilai jual-beli bersih oleh asing. Model analisis seperti ini justru dituliskan oleh orang-orang yang katanya sudah banyak makan asam garam di bursa saham. Kapan ya orang Indonesia ini mau belajar jujur? Contoh, dalam sebulan ini dikatakan asing sudah mencatatkan jual bersih Rp5 T. Dan biasanya prediksi semacam ini dihubung-hubungkan dengan arus modal masuk atau keluar. Dengan nilai jual bersih Rp5 T, artinya arus modal keluar dan IHSG diprediksi akan ambruk. Lalu untuk mendukung analisanya tersebut, ia memberikan link-link berita seputar makro ekonomi. Ini analisa yang kebablasan namanya.
Tidakkah orang yang kamu kenal adalah yang paling sering membuatmu rugi akibat ketidaktahuan masing-masing? Dan bandar pun tertawa. (Ditulis di Membentuk Ilusi Fear dan Greedy.)Saya tidak merekomendasikan cara yang demikian. Sengaja saya postingkan IHSG review ini supaya kamu bisa membandingkan antara analisis yang satu dengan yang lain. Saya persilahkan untuk membagi tulisan ini dengan mencantumkan blog ini sebagai sumber aslinya.
Post a Comment