Banyak sekali seni menghitung support dan resisten ini, mulai dari menggunakan fibonacci s/d pivot. Untuk menghitung S/R secara harian, pivot adalah pilihan yang paling disukai. Banyak sekali ragam formulanya. Saya sendiri pun tak ingat lagi sudah berapa banyak model pivot yang saya coba. Ada camarilla pivot point, bahkan Gann pivot pun ada. Rata-rata tujuannya untuk menghitung support harian dan digunakan untuk day trading. Pivot ini sangat umum digunakan oleh para trader forex, dan digunakan juga oleh trader saham.
Awal-awal mengenal pivot sekitar 5 tahun lalu, saya langsung suka. Ya apapun yang berkaitan dengan hitungan matematis, saya suka. Terkadang hitungannya tepat, terkadang tidak. Sehingga muncul rasa penasaran saya, apakah hitungan pivot ini bisa untuk memprediksikan naik turunnya saham besok? Kalau turun ke berapa, kalau naik ke berapa? Lama kelamaan analisa pivot ini bukannya mempermudah, malah tambah mempersulit. Tidak ada gambaran apapun yang bisa diberikannya, selain support dan resisten harian yang tingkat reliabilitasnya sangat diragukan. Kenapa begitu? Saya akan jelaskan alasannya.
Pertama, pasar saham itu tidak bisa dilihat melalui timeframe jarak pendek. Saya meyakini bahwa semenjak awal bursa saham itu tidak didesain untuk trading jarak pendek, melainkan jarak panjang. Namun, likuiditas yang besar ditambah volalititas yang tinggi membuat harga sangat cepat berubah. Fluktuasi harian ini seperti remah-remah roti jatuh ke lantai. Ini yang selalu diincar-incar day trader. Apabila itu dikutip satu per satu, maka dalam sebulan jumlah akumulatifnya tentu akan cukup lumayan. Sudah terlalu sering saya mendengar trader mengatakan, "Kalau dalam sehari bisa profit 3%, maka dalam sebulan bisa 60%!" Ya memang hitungan di atas kertas seperti itu. Tapi itu bukan pekerjaan yang mudah. Di BEI terdapat lebih dari 400 macam saham. Mana yang kira-kira akan menghasilkan 3%? Mau pake jurus apapun, tidak bakalan bisa memilih satu saja saham yang akan naik 3% dalam sehari. Kalaupun bisa, harus diketahui seberapa besar kapitalisasinya. Apakah kamu berharap bisa membenamkan uang Rp100 juta pada saham berkapitalisasi kecil untuk trading harian? Ataukah kamu menunggu saham berkapitalisasi besar saja? Ketika kamu mengubah strategi memilih saham, maka trading harian dengan S/R harian ini akan terdengar seperti dongeng saja. Karena apa? Karena ketika kita melakukan trading harian, sebenarnya kita tidak bisa menentukan pilihan terlalu lama. Harus pada saat itu juga. Apa yang terlihat, itu yang dihajar. Justru kalau terlalu lama memilih, potensi profit bisa lenyap.
Kedua, pergerakan saham itu amat sangat dipengaruhi oleh supplai dan demand. Ketika supplai menipis, maka demand yang menebal. Dan sebaliknya. Supplai dan demand ini dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu :
- Likuiditas
- Laba perusahaan
- Valuasi saham
- Suku bunga, dan
- Sentimen
Ketiga, akumulasi dan distribusi itu butuh waktu yang sulit diukur. Akumulasi adalah aksi mengumpulkan saham. Sedangkan distribusi adalah aksi membuang saham. Keduanya bisa dilakukan secara cepat, tapi yang sering terlihat justru dilakukan dalam periode yang cukup panjang. Paling cepat 5 hari, paling lama bisa 3 bulan atau lebih. Dalam rentang waktu tersebut, harga biasanya bergerak flat. Dalam kondisi flat, penggunaan S/R harian nyaris tak ada gunanya.
Keempat, sangat sulit menyusun rencana trading dengan S/R harian. Alasan yang keempat inilah yang menjadi alasan utama saya kenapa saya tinggalkan hitungan support harian ini. Untuk seorang trader, kita butuh informasi dimana kemungkinan level support idealnya dan dimana level resisten idealnya. Volatilitas harga akan terjadi saban harinya dengan ritme yang acak. Tidak mungkin kita memantau S/R kecil-kecil seperti skala pivot point. Karena itu kita mesti punya map yang lebih besar agar dapat memuat informasi lebih banyak. Sehingga nantinya diharapkan terlihat S/R mayor dengan tingkat reliabilitas yang jauh lebih baik. Dan itu sudah pasti tidak bisa diberikan oleh S/R harian.
Tidak cuma di saham, di indeks saham pun tidak ada gunanya menghitung S/R harian. Jangan perlakukan pasar seperti itu. Hampir semua analisa sekuritas yang pernah saya baca selalu menuliskan support dan resisten harian indeks saham. Ini seperti sebuah keharusan dalam analisa sekuritas. Kalaupun info tersebut kebetulan pas, terus buat apa? Kalau ternyata meleset, terus kenapa? Berpengaruh apa tidak pada trading plan semula? Buat apa kita menghitung S/R harian yang jelas-jelas tingkat reliabilitasnya sangat lemah? Tidak cuma analis, bahkan teman-teman trader pun hobi menghitung S/R harian yang kegunaannya masih tanda tanya sampai ini hari.
Blog sebagus ini knp jarang ad yg comment..Heraaan.. :Q
Gpp kl ga dikomen pak. Udah dikunjungin gini pun, saya udah seneng kok. Selamat menikmati artikel2 yg lainnya jg pak irfan rezo. Kbyakan saya tulis brdasarkan pengalaman dan hobi saja. Tp bkn niat ngajarin jg.. :D
Absurditas paling yg paling absurd dari semua trading strategy, menurut opini saya, adalah kepercayaan terhadap garis support dan resisten yg digambar dengan cara tarik garis dari harga plg bawah/plg tinggi di masa lalu terus dihubungkan secara horizontal ke harga periode sekarang.
Baru nemu Blog ini,, sangat mencerahkan..
Thanks admin..
Post a Comment