- Lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk keluarga ketimbang pekerjaan
- Hatinya tidak pernah sangkut ke uang. Karena ketika usahanya hancur, ia dengan mudah membangunnya kembali.
- Bebas dari hutang
1. Lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk keluarga ketimbang pekerjaan
Secara umum waktu yang dihabiskan buat bekerja itu adalah 8 jam, belum termasuk di dalamnya jam makan siang dan sholat zhuhur yang biasanya 1 jam, sehingga totalnya 8 + 1 = 9 jam. Jika cukup beruntung, kita masih sempat mengisi pagi hari dengan sholat dhuha. Intensitas pekerjaan yang tinggi membuat waktu yang digunakan buat bersantai relatif sangat sedikit pada hari-hari kerja, sehingga waktu yang benar-benar luang baru ada pada hari-hari bebas kerja yaitu Sabtu dan Minggu. Secara umumnya begitu. Tapi ada juga pekerjaan yang 'tidak umum' karena diharuskan tetap bekerja meskipun libur, misalnya pegawai Supermarket, perawat dan dokter UGD, pekerja migas yang menggunakan sistem kerja selang-seling (seminggu kerja, seminggu off). Namun secara praktiknya, sama semua, yaitu hanya ada waktu luang jika pas libur kerja.
Mahalnya nilai waktu ini berbanding lurus dengan beban pekerjaan. Jangan terlalu bermimpi bahwa semakin sedikit tenaga yang digunakan dan lebih banyak berfikir, maka semakin sedikit pula beban pekerjaan. Justru pekerjaan yang lebih banyak menguras fikiran itulah yang banyak menguras waktu karena kapan bisa diselesaikan itu sangat sulit dipastikan. Semua tergantung ide dan kreativitas. Saat mati ide dan kreativitas, sedangkan deadline sudah semakin dekat, maka tingkat stress pun meningkat tajam. Ide itu bukan sesuatu yang bisa dipaksa-paksakan. Dia muncul pada saat yang tak tentu. Berbeda dengan pekerjaan yang lebih mengandalkan fisik, dimana rentang waktu yang dibutuhkan lebih bisa diukur.
Bagaimana cara menilai bahwa seseorang itu punya lebih banyak waktu untuk keluarganya ketimbang pekerjaannya? Apakah karena tiap minggu terlihat bersama keluarga, lantas kita bisa katakan bahwa sudah lebih banyak waktu buat keluarga? Belum tentu. Kalau dalam seminggu terdapat 5 hari kerja tanpa lembur @8 jam per hari. Kalau dimasukkan jam istirahat siang, maka totalnya menjadi 9 jam, sehingga dalam sebulan ada 9 x 5 = 45 jam dihabiskan di lingkungan pekerjaan. Sisa waktu 15 jam (24-9) digunakan sbb :
a. 8 jam untuk tidur
b. 3 jam untuk perjalanan pergi dan pulang (jika waktu yang dibutuhkan lebih sedikit, tambahkan nilai ini ke poin a atau d)
c. 1 jam untuk sarapan pagi dan makan malam
d. 3 jam bebas (free)
Rata-rata kita punya 3 jam free setiap harinya, atau 3 x 5 = 15 jam dalam seminggu. Sisa hari libur 2 x 24 jam yaitu Sabtu dan Minggu, sehingga totalnya 15 + 48 = 63 jam. Perbandingan antara libur dengan kerja adalah 63 jam vs 45 jam. Hanya terpaut 18 jam atau kurang dari sehari. Jika kita gunakan tambahan 1 hari saja untuk bekerja, mungkin lembur atau pekerjaan tambahan lain, maka posisinya akan berbalik menjadi libur 45 jam vs kerja 63 jam.
Dalam konsep bebas finansial, seseorang bisa memilih seberapa banyak waktu yang mau dihabiskannya untuk pekerjaan dan keluarga. Pengertian bebas di sini bukanlah benar-benar tidak bekerja, melainkan tetap bekerja, tapi dia dengan mudah membaginya untuk keluarga, tanpa harus takut pekerjaannya akan terganggu. Setidaknya ada 3 tanda pada orang-orang seperti itu, yaitu :
- Dia bekerja, tapi dia lebih sering terlihat bersama keluarga
- Dia bekerja, tapi dia lebih sering terlihat membantu orang lain ketimbang bekerja
- Dia bekerja, tapi dia lebih sering terlihat pulang paling belakangan usai sholat Jum'at.
Terlihat seperti orang pengangguran kan? Jangan terlalu berharap bahwa seseorang yang bebas finansial itu akan tampil dengan 'wah', karena bisa saja ia akan berpenampilan biasa-biasa saja bak pengangguran. Yang membedakannya nanti cuma 'action'nya berbeda dari kebanyakan orang. Uang yang berlimpah tidak serta merta membuat seseorang itu bebas secara finansial, tapi bebas finansial itu bisa membuat uang kamu berlimpah ruah. Bebas finansial itu bukan hasil, melainkan sebab. Intisari bebas finansial itu memang melulu soal waktu, seperti yang sebelumnya saya jelaskan di awal-awal tulisan ini.
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”
(QS. Al-Furqan :62).
(QS. Al-Furqan :62).
(Bersambung)
Post a Comment