- Bukan tidak mau, tapi tidak tahu. Ini alasan terbanyak yang saya temui. Rata-rata mereka tertarik berinvestasi, tapi mereka tidak tahu apa itu saham dan bagaimana cara memulainya. Celakanya tiap kali saya mengajak mereka untuk berinvestasi saham, mereka mengira bahwa saya ini seorang MLM yang sedang mencoba merekrut member. #cape_deh. (Tidak usah jauh-jauh, coba lemparkan wacana pada trader saham "Mau apa tidak saya ajarkan memperoleh penghasilan yang besar?" Biasanya serta merta mereka akan menuduh kamu seorang MLM, padahal kamu mau mengarahkan ke saham. Kok bisa trader saham mikirnya MLM doang yang bisa kasi penghasilan besar?) Padahal niat awal itu untuk memberikan motivasi agar mereka tidak takut merambah bidang investasi saham ini, tapi sayangnya niat saya itu malah diartikan lain. Ya tentu saja, itu karena mereka tidak tahu apa itu saham.
- Takut rugi. Investasi saham ini beresiko tinggi sehingga orang-orang cenderung menghindar dan lebih memilih deposito yang diyakini memberikan hasil yang lebih pasti. Dalam banyak konteks mereka selalu membanding-bandingkan investasi saham dengan investasi properti. Menurutnya investasi properti jauh lebih menguntungkan dengan alasan harga tanah akan terus naik dan tidak mungkin turun. Tidak seperti harga saham yang naik turun.
- Susah. Mereka memang tertarik dengan imbal hasil yang bisa didapatkan dari investasi saham, tapi mereka menyadari untuk bisa benar-benar seperti itu tidak mudah. Banyak yang ogah belajar karena tidak ada waktu lagi. Sudah habis buat mengurusi pekerjaan dan keluarga. Saya coba kasi solusi dengan merekomendasikannya reksadana, tapi mereka juga menolak. Ya sejujurnya pun memang tidak dipungkiri kalau ilmu saham ini susah buat dipelajari, tapi tentu sebanding dengan potensi hasilnya nanti.
- Takut haram, karena mirip judi. Jangankan mereka yang belum terjun ke dunia saham, yang jelas-jelas sudah lama berkecimpung di saham pun banyak yang tak bisa membedakan saham dengan judi. Banyak yang meyakini bahwa di saham ini merupakan zero sum game (permainan berbasis nol) dimana setiap kemenangan berarti kerugian bagi pihak lain (setiap 1 akan diikuti -1, sehingga totalnya adalah 0). Mereka mengibaratkan main saham itu seperti memasang angka-angka dan menunggu keberuntungan, persis seperti judi. Padahal yang sebenarnya saham itu bukan zero sum game, bukan pula memasang angka-angka. Nanti pada lain kesempatan akan saya jelaskan saham ini sebenarnya dipandang dari Islam. Dulu saya pernah membaca, bahkan menontonnya di Youtube, seorang penjudi kelas dunia yang sangat piawai dalam profesinya itu. Semua hal dijudikannya, termasuk judi golf tatkala bermain bersama teman-temannya. Tapi penjudi itu tak pernah sukses di saham untuk alasan yang dia sendiri pun tak mengerti. Dia kapok dan tak pernah berani menyentuh-nyentuh saham lagi. Sayangnya saya lupa namanya, walaupun saya ingat persis kisahnya itu. Artikel dan video itu pernah saya lihat sekitar tahun 2008 silam. Saham itu judi? Pikirkanlah lagi. Tidak ada penjudi di sini dan tak ada penjudi yang bisa bertahan di bisnis ini.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.
Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :
Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul : Uraian :
Referensi : (kalau ada)
Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.
Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================
Home » Investasi » 10 Alasan Orang Tidak Berinvestasi Di Saham
10 Alasan Orang Tidak Berinvestasi Di Saham
Posted by Saham Ceria
Jumlah investor saham di Indonesia diperkirakan baru +/- 400ribu orang. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa. Di Malaysia yang berpenduduk 28 juta jiwa, jumlah investor lokalnya mencapai 10 juta orang. Dari tahun ke tahun kita berharap Indonesia bisa meningkatkan jumlah investor dalam negeri agar tidak melulu asing yang menguasai perputaran uang di bursa efek Indonesia. Bukan apa-apa, pertumbuhan pasar saham Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di dunia dan hanya kalah dari China. Ibarat kembang gula, saham-saham di Indonesia itu punya rasa manis, enak, dan lezat sehingga menarik minat bagi siapapun yang sudah pernah mencicipinya. Tapi kenapa justru kebanyakan hanya dinikmati oleh orang-orang asing saja? Emiten-emiten saham itu tumbuh kembang di Indonesia, berbisnis di Indonesia, mendapatkan keuntungan besar di Indonesia, tapi keuntungan sahamnya tak dinikmati orang-orang Indonesia. Ini dilema. Saya coba rangkumkan alasan orang Indonesia tidak juga berinvestasi di saham sbb :
Post a Comment