Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

Kilas Balik : Jalan Berliku Analisis Saham

Posted by Saham Ceria

Kilas Balik : Jalan Berliku Analisis Saham
Saya merasa bersyukur pernah menikmati profit lewat cara pure fundamental analysis dan pure technical analysis. Itu dicapai tidak dalam waktu bersamaan. Setelah selesai mempelajari analisis fundamental, 4 tahun kemudian barulah saya memahami analisis teknikal. Saya masih ingat, waktu pertama kali mengenal saham, metode yang saya pilih adalah analisis teknikal, karena saat itu saya belum tahu cara menganalisis fundamental dan tak tahu kemana harus belajar. Jadi semua serba otodidak. Saya berusaha sedapat-dapatnya menganalisis saham dengan software Amibroker yang saya punya. Namanya pun newbie, tentulah analisisnya jauh dari memuaskan. Sekali waktu analisisnya tepat, sekali waktu meleset. Butuh 2 tahun buat saya menyadari bahwa saya tak begitu bagus di analisis teknikal. Ini membuat saya frustrasi dan mencoba mencari jalan keluarnya.

Saat itu saya berfikir analisis teknikal terbukti gagal dalam mengantisipasi pasar. Entah itu karena saya yang bodoh atau memang analisis teknikal tak cocok dipake buat trading. Saya tidak bisa pastikan. Yang bisa saya pastikan adalah bahwa saya masih rugi. Lalu iseng saya buka-buka buku analisis fundamental yang pernah saya beli dulu. Rata-rata menekankan pentingnya memilih perusahaan yang berkinerja bagus. Oke, saya aminkan itu, tapi cara penilaian kinerja itu sangat bervariasi. Sebenarnya ratio mana yang paling utama buat dinilai lebih dulu? Saya hanya ingin tahu saham seperti apa sebenarnya yang pasar inginkan. Butuh 2 tahun buat mempelajari analisis fundamental, tapi saya akui paling-paling hanya menguasai 50-60%. Setidaknya untuk penilaian kinerja dan valuasi sudah bisa dilakukan. Apakah berhasil? Yap, dan saya cukup puas dengan hasilnya. Terfikirkan oleh saya untuk tetap di fundamental saja. Tapi ada rasa penasaran yang terus mengusik hati saya. Seperti rasa gatal yang minta digaruk.

Waktu itu logika saya menari-nari di kepala. Kalau memang sudah tahu valuasi sebuah saham, lantas kenapa khawatir buat trading? Bukankah kalau saham itu turun, justru kesempatan buat menambah lebih banyak lagi? Di situlah muncul ide untuk melakukan swing jangka pendek pada saham yang bervaluasi bagus. Tapi ternyata tak semulus yang saya harapkan. Analisis teknikal tetap menjadi misteri besar, seperti istana megah dengan pintu yang luar biasa besar dan berat. Berkali-kali mencoba, berkali-kali pula gagal. Kenapa sulit sekal menganalisis teknikal? Karena tidak ada patokan yang jelas di analisis teknikal. Berbeda dengan analisis fundamental yang menggunakan ratio-ratio keuangan, analisis teknikal justru lebih banyak bermain di support-resisten, pola, oscillator, candlestick, dan sebagainya yang kesemuanya itu bebas untuk diartikan sesukanya. Ia bisa diartikan apa saja oleh siapa saja. Sinting memang, tapi begitulah adanya teknikal itu.

Antara kedua analisis ini dibangun berdasarkan filosofi yang berbeda. Filosofi fundamental adalah harga saham akan mengikuti nilai wajarnya, menekankan pada pentingnya menilai kinerja perusahaan. Sedangkan filosofi teknikal adalah sejarah akan berulang kembali, menekankan pada persamaan pola. Pola apa? Pola yang bagaimana? Ada ratusan macam pola. Anda mesti cukup gila buat mengenali semua pola-pola itu. Pada titik ini, saya menilai analisis fundamental lebih cepat dipahami ketimbang analisis teknikal. Awalnya saya pikir ini hanyalah sebuah pilihan, tapi tampaknya tidak begitu. Memang jalannya harus seperti itu. Untuk menjadi trader yang baik, mestinya diawali dengan menjadi investor yang baik. Apakah ini berarti level trader itu di atas investor? Belum tentu juga, karena tergantung tingkatannya. Silahkan baca 13 macam tipe player yang pernah saya postingkan dulu.

Seorang trader yang baik akan selalu mengecek fundamental emiten lebih dulu. Saya biasanya menggunakan penilaian cepat saja, seperti EPS, PER, PBV, ROE, dan DER. Tujuan pemilihan cepat ini sekedar menentukan apakah saham ini layak ditradingkan atau tidak. Kalau mau yang detil, ya saya harus menganalisisnya lewat MS Excel, tapi tentu butuh waktu yang sedikit lebih lama. Setelah yakin bahwa saham itu layak ditradingkan, maka barulah menilai grafiknya untuk mencari pola-pola yang berulang. Dan benar-benarlah pola-pola tersebut berulang. Selesai masalah? Belum. Justru di sini muncul problem terbesarnya. Jika sebuah saham dengan kinerja bagus, tapi berada pada pola turun, yang menjadi pertanyaan awal bukanlah apakah saham tersebut sudah layak dibeli atau tidak, melainkan kenapa polanya turun? Apakah pasar sedemikian bodohnya sampai-sampai tidak tahu bahwa saham ini berkinerja bagus? Saya kira pasar tidak bodoh, tapi sayalah yang bodoh karena tidak tahu alasan kenapa saham itu turun, bukan naik.

Teeeeeeeeeettt!! Tarik nafas sejenak. Kenapa saya harus repot-repot memikirkan kenapa harga saham itu turun? Kalau ia punya fundamental yang buruk, saya tak perlu repot menanyakan itu. Tapi kalau ia punya fundamental yang bagus, saya merasa perlu menanyakan itu. Tahukah kamu, sebuah saham bisa diguyur sangat parah, padahal kinerjanya hanya turun sedikit saja dibandingkan tahun lalu? Apakah pasar sudah gila? Pasar tidak gila, tapi kita yang terlalu bodoh buat memahami alasannya. Dan ketika analisis fundamental tak bisa menjawab itu, pastinya jawaban itu ada di analisis teknikal, di grafik yang kita pelototin saban hari. Dan saya yakin sudah tak terhitung banyaknya trader yang gagal dalam menafsirkan analisis teknikal. Sejarah memang selalu berulang, tapi tahukah kamu apa yang menyebabkannya berulang? Seperti kamu melihat gelembung-gelembung air, lalu mengambil kesimpulan bahwa sejarah akan berulang dimana air akan mengeluarkan gelembungnya. Maka kamu ambillah segelas air lalu tunggu. Apakah muncul gelembung? Tidak. Lantas, darimana asal gelembung itu? Jadi sejarah hanya akan berulang kalau penyebabnya pun berulang juga.

Kilas Balik : Jalan Berliku Analisis Saham
Bisakah mengail profit dari pure fundamental? Sangat bisa dan sudah banyak contoh. Bisakah mengail profit dari pure technical? Sangat bisa. Mana profitnya yang lebih besar? Pure fundamental akan memberikan profit yang sangat besar asalkan ketemu dengan saham yang bervaluasi masih sangat murah. Pure technical akan memberikan profit yang sangat besar asalkan sering ketemu dengan saham yang bersiap-siap rally. Di sini peluang menemukan saham berteknikal bagus akan lebih sering ketimbang saham berfundamental bagus. Rumusnya sbb :

Profit = Peluang x Persentase

Terlihat bahwa besar kecilnya profit dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu seberapa sering peluang yang ditemukan, dan seberapa besar persentase yang dihasilkan. Analisis teknikal menjanjikan peluang yang lebih sering, tapi analisis fundamental menjanjikan persentase yang lebih besar. Mungkin tak banyak yang bisa menemukan saham-saham yang bisa memberikan persentase hasil yang besar. Karena itu banyak yang tertarik untuk langsung mempelajari teknikal, karena dinilai lebih banyak memberikan peluang, yang ujung-ujungnya untuk mendongkrak perolehan profit. Namun tak bosan-bosan saya mengingatkan bahwa analisis teknikal itu sulit, bahkan sangat sulit. Jangan terlena dengan iming-iming bisa nemu banyak peluang di saham. Dari kisah di atas sudah saya jelaskan kenapa saya harus mendalami analisis fundamental waktu itu, sebelum kembali mendalami analisis teknikal. Jawabannya, karena analisis teknikal itu sulit dan butuh waktu lebih lama buat mempelajarinya. Bagaimana dengan analisis fundamental? Apakah analisis fundamental tidak sulit? Dari pengamatan saya, kesulitan terbesar analisis fundamental adalah memilih model valuasi yang cocok. Selain dari itu bukan sulit, tapi ribet karena harus menginput banyak data.

Nah, apakah kamu masih ingat jalan berlikumu buat menemukan cara menganalisis saham?

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...