Baik spekulasi dan judi bisa dibedakan berdasarkan sifat fisik dan psikologisnya sbb:
Judi Psikologis
Merupakan kegiatan mengambil keputusan tanpa didahului analisa yang memadai. Biasanya pelaku merasa malas untuk mencari data dan mempelajarinya. Maka diambil jalan pintas yaitu menebak dengan probabilitas 50% benar dan 50% salah. Judi psikologis ini bukan judi yang sebenarnya, melainkan cenderung gambaran sifat mental seseorang dalam menghadapi problem hariannya. Ini sama seperti seseorang yang diingatkan untuk membawa payung karena melihat hari mendung, tapi ia justru tak mengindahkannya sambil berkata, "Ah ga usah. Mudah-mudahan ga hujan." Dan jika hari benar-benar hujan, dia pun berkata, "Ah saya belum beruntung." Sama seperti ada yang sesumbar "jika Jokowi terpilih sebagai Presiden, saya akan lari telanjang di muka umum." Apakah ia benar-benar akan lari telanjang atau tidak, tidak ada yang peduli. Rata-rata akting sesumbar merupakan judi psikologis. Ada banyak contoh judi psikologis ini dan umumnya memang gambaran mental yang malas untuk mencari informasi yang akurat dan valid. Ajang tebak-tebakkan ini bisa diawali candaan, tapi bisa juga serius, bahkan tak jarang yang berujung pada ancaman (potong kuping, bunuh diri, dan sebagainya).
Judi Fisik
Yang dimaksudkan dengan judi fisik itu adalah benar-benar berjudi (bermain dan bertaruh), bukan sekedar aksi tebak-tebakan seperti judi psikologis. Ada permainan yang membutuhkan info-info valid, ada yang murni tebak-tebakan; ada yang bisa dianalisa, ada yang tidak. Biasanya lebih cenderung ke adu nasib (luck / hoki) ketimbang bertarung. Disebut judi karena kegiatan itu meliputi 4 unsur di bawah ini, yaitu :
- Taruhan. Taruhan selalu berupa materi. JIka taruhan berupa jasa tanpa ada embel-embel materi, maka itu bukan judi fisik, melainkan judi psikologis. Contoh : yang kalah harus mencuci piring. Namun taruhan jasa untuk mengganti kekurangan materi, maka itu termasuk judi fisik. Contoh : rugi taruhan dibayar dengan cara menjadi pelayan selama sebulan. Ia melakukan taruhan dengan uangnya. Jika uangnya tidak ada, maka ia mempertaruhkan apa saja miliknya, mulai dari jam tangan, mobil, rumah, bahkan isterinya pun bisa dijadikan taruhan. Jika itu semua belum cukup, maka ia bebas mempertaruhkan anggota badannya sendiri. Aksi ini dilakukan dalam rangka gertakan, pamer, atau mungkin sudah terdesak.
- Permainan. Rata-rata judi itu diawali dengan adanya permainan. Di sini ada 3 skenario yang biasa digunakan, yaitu :
- Judi kartu dan sejenisnya. Pelaku melakukan permainan kartu dengan mempertaruhkan kekayaan miliknya. Pemenang akan mendapatkan uang dari pemain lain.
- Judi olahraga dan sejenisnya. Permainannya di sini adalah siapa yang bisa menebak dengan benar. Di sini pelaku berusaha menebak siapa atau tim mana yang akan keluar jadi juara dalam sebuah peristiwa olahraga atau peristiwa lainnya. Yang berhasil menebak akan mendapatkan hadiah taruhan dari pemain lain. Selain itu pelaku judi bisa datang dari atlet itu sendiri dimana ia pun ikut bertaruh di situ.
- Judi angka dan sejenisnya. Konsep judi angka banyak yang melirik karena dianggap lebih sederhana dan peminatnya banyak. Dalam sistem yang lebih canggih judi angka ini banyak yang dibungkus dengan embel-embel investasi. Ciri yang paling mudah dikenal adalah membeli / menjual sesuatu yang wujudnya tidak ada, lalu berharap harganya akan naik / turun untuk mendapatkan keuntungan (gain).
- Zero sum game. Ini benar-benar permainan berbasis nol, dimana setiap kerugian satu pihak sudah pasti kemenangan buat pihak lain. Jika ada 5 orang berjudi dan salah satu keluar sebagai pemenang, maka 4 yang lain dipastikan rugi (loss).
- Tidak ada barang. Kalaupun ada, barang tersebut tak bernilai. Konsep dasar judi adalah bisa dilakukan tanpa barang sekalipun. Maka ia bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dengan/oleh siapa saja. Jika diharuskan membeli sesuatu sebelum bertaruh, maka wujud barang yang dibeli itu tidak ada. Contoh : khas pada judi online. Kalaupun ada, misalnya koin, tiket, dan sebagainya, yang dengannya melakukan taruhan, maka barang tersebut tidak termasuk ke dalam kategori barang berharga yang apabila disimpan dalam jangka waktu lama tidak bakalan menambah nilainya. Contoh : koin poker, karcis togel, dan sebagainya.
Di era sekarang ini konsep judi banyak dibungkus dengan embel-embel investasi, tapi ciri-cirinya tak akan bisa berubah, tetap memiliki 4 unsur di atas. Sekilas terlihat mirip seperti investasi, padahal bukan. Banyak kasus korban penipuan akibat investasi yang sebenarnya tak lain tak bukan korban dari perjudian. Korbannya pun tak milih-milih, mulai dari kalangan mahasiswa, pengusaha, bahkan ustadz pun banyak yang tertipu. Umumnya mereka tak memahami dengan benar konsep-konsep investasi, tapi keburu tergiur dengan janji-janji profit besar, mudah, dan cepat. Lebih celaka lagi, perjudian itu terkadang dibungkus dengan embel-embel investasi syariah. Banyak sekali akal-akalan pelaku judi ini.
(Bersambung)
Post a Comment