Ibarat hendak memanjat tebing yang terjal, berbagai tehnik pengaman harus dipersiapkan sejak awal agar resiko akibat terpeleset atau terjatuh bisa dihindari semaksimal mungkin. Kalaupun akhirnya tergelincir, jangan sampai berakibat fatal. Baiklah, tentunya rada mustahil untuk menyebutkan angka tertentu seputar stoploss ini mengingat hal Ini berkaitan erat dengan sistem trading yang dianut masing-masing orang dan pastinya angkanya bisa berbeda-beda. Kalau kamu berfikir bahwa stoploss itu melulu soal persentase kerugian yang masih bisa ditoleransi oleh trader, katakanlah 3%, 5%, atau bahkan 10%, maka saya jelaskan di sini bahwa stoploss itu tidak melulu soal persentase toleransi.
Ini pembahasan yang sulit sebenarnya, tapi saya akan coba paparkan dengan bahasa yang gampang dimengerti saja. Seperti yang saya tuliskan di atas, idealnya sebelum mengeset titik awal sebuah stoploss, trader kudu harus sudah memahami benar-benar sistem trading yang dijalankannya agar kegagalannya menjadi sinyal buat stoploss. Ketika sistem berhasil menandai harga gagal naik, padahal kita keburu ambil posisi beli, maka stoploss akan menjadi jaring pengamannya. Maka nantinya konsep stoploss ini tak berbeda dengan konsep menjual pada umumnya. Katakanlah kamu keburu beli saham pada harga tertentu, tapi ternyata harga malah bergerak turun, dimana titik stoplossnya? Ya bisa dimana saja dan tak ada standard baku untuk itu. Tapi kamu harus memperhatian bahwa di sini akan ada 2 skenario yang bisa terjadi yaitu :
pertama, kamu cutloss di titik stoploss (terserah mau mengeset di berapa), dan harga berlanjut turun lebih dalam; atau
kedua, kamu cutloss di titik stoploss(terserah mau mengeset di berapa), dan harga rebound esoknya.
Jika skenario pertama yang terjadi, maka stoploss kamu benar. Tapi jika skenario kedua yang terjadi, maka stoploss kamu salah. Dari sini kamu pastinya memahami bahwa kendala trader mengeset stoploss itu bukan pada persentasenya. Tak ada yang menjamin jika kena stoploss 10%, maka harga akan lanjut turun. Ada yang malah rebound lumayan. Dan memang dalam banyak kasus, stoploss berdasarkan persentase merupakan stoploss yang meragukan sehingga saya tak lagi menggunakan cara demikian.
Yang biasa saya lakukan cukup menandai area support dan resisten saja. Di sini kepiawaianmu akan benar-benar diuji pasar. Jika harga tak berhasil bertahan di area SR yang ditandai, berarti dengan sendirinya SR tersebut gagal. Kalau kebetulan saya punya posisi beli di situ, maka apabila harga bergerak turun ke bawah area support, saya tak akan ragu-ragu buat cutloss, kendatipun masih -1%. Apakah cara ini berhasil? Kalau memang prediksi supportnya tepat, maka jawabnya iya, cara ini berhasil dengan baik. Tapi kalau ternyata prediksinya meleset, maka cara ini kurang berhasil dan sememangnya ini cara yang sulit sebenarnya. Pernah terjadi dimana pasca cutloss, harga malah bergerak naik. Karena itu sebelum mengeset titik stoploss, maka harus diperhitungkan dulu secara matang apakah SR yang dipilih itu sudah pas atau belum.
Karena konsep stoploss itu lebih kurang sama dengan konsep menjual, maka kebalikannya adalah stopbuy yang lebih kurang sama dengan konsep membeli. Katakanlah saham yang kamu beli berhasil mendaki harga yang lebih tinggi, maka harus segera ditandai kapan mestinya seorang trader berhenti membeli. Level stopbuy tidak hanya berguna untuk sinyal profit taking, tapi juga berguna saat mengambil keputusan average up. Jangan sampai setelah average up, harga malah beringsut turun. Antara stoploss dan stopbuy itu konsepnya sama saja. Hanya berbeda istilah. Bedanya, stoploss terjadi saat harga gagal naik padahal belum rally, sedangkan stopbuy terjadi saat harga gagal naik lebih tinggi setelah rally terjadi. Dan dalam praktek sehari-harinya, kedua istilah ini sering digabung dan lebih dikenal dengan sebutan Trailing Stop.
Dalam TA yang benar, stoploss hanya menjadi strategi terakhir (pamungkas). Kapan saja level stoplossmu kena, maka pertimbangkanlah bahwa sistem tradingmu masih butuh perbaikan. Jangan sampai level stoploss kena terlalu sering, karena itu petanda sistem trading yang masih buruk. Jangan pula mengabaikan dan menganggap remeh level stoploss, karena itu sama seperti memanjat tebing terjal tanpa pengaman sama sekali. Do it right. Do it safely.
Semoga bermanfaat.
Post a Comment