Tulisan ini mungkin kerasa agak terlambat karena idealnya saya postingkan di awal-awal tahun 2016 lalu. Tapi ya sudahlah, saya memang tidak begitu fokus buat menanggapi sentimen-sentimen negatif dengan isu-isu ekonomi melemah seperti itu. Saya malah lebih fokus buat memperbaiki analisa IHSG review. Kamu bisa ikuti bagaimana historis analisa IHSG review pada bulan Januari 2016. Saat itu saya punya target koreksi yang lumayan besar, tapi akhirnya harus gatot alias gagal total karena pasar bisa rebound lebih awal dan terus beranjak naik hingga sekarang.
Situasi ekonomi global terkesan dikondisikan membingungkan. Betapa tidak, bulan Desember 2015 lalu Dewan The Fed terus didesak buat menaikkan rate. Setelah rate dinaikkan, malah bermunculan sentimen negatif bahwa dunia diambang resesi. Lha, kalau gitu, buat apa rate dinaikkan? Karena memang dari semula kenaikan rate belum pantas mengingat pertumbuhan ekonomi yang masih rendah. (Pertumbuhan ekonomi Amerika hanya +/-2%, sedangkan rate dinilai pantas dinaikkan kalau pertumbuhan ekonomi sudah di atas 4%.) Keputusan menaikkan rate ini memenangkan para kapitalis yang berhasil mendulang profit luar biasa dari euforia pasar saham. Kenapa euforia? Tiap kali tuntutan investor dipenuhi, maka akan muncul euforia di pasar saham. Lagi-lagi The Fed lebih sibuk memikirkan perut para kapitalis.
Soros merupakan seorang megaspeculator yang sangat menyukai mengambil posisi shortsell besar-besaran di awal bear trend. Ia menguasai analisa fundamental, teknikal, dan makro yang membuat analisanya cukup presisi. Ia memprediksikan adanya resesi ke depannya tapi lebih mirip ke 1998 ketmbang 2008. Dengan begitu, kalau tebakan saya tidak salah, Soros sedang mengkhawatirkan Shadow banking. Setelah Fed rate naik, pasar LTCM yang nilainya lebih besar ketimbang GDP US sendiri dikhawatirkan akan gonjang ganjing. (Baca di Dilema Fed Rate dan Shadow Banking.) Mereka belum angkat kaki karena berharap pada pasar China. Ya di sana Shadow banking juga menancapkan sebagian kukunya. Sayangnya China menggunakan floating rate buat mata uangnya, bisa naik turun tanpa mesti ada tekanan langsung dari dollar, tak bisa sembarangan dimainkan dari pihak luar sehingga membuatnya seolah Untouchable dan Unbeatable, yang bikin kapitalis US kebakaran jenggot tak terkecuali George Soros. Dengan dalih bahwa China is the last defense of global economic right now, mereka seolah ingin menegaskan kalau resesi benar terjadi, maka itu adalah kesalahan China. Lemparan bola panas yang enak sekali, bukan? Maka segala kondisi politik eknomi China dipantau ketat, sebelum para megaspekulator sinting itu mulai mengambil posisi shortsell buat menghancurkan pasar global.
Buat saya, Soros sedang menebar ancaman, bukan himbauan. Kenapa begitu? Karena resesi ekonomi global yang didengung-dengungkannya itu tak pernah ada. Diliat dari grafik, kita bisa menilai bahwa perbaikan defisit di US membuat surplus di China kian menyusut. Para spekulan ini berasumsi bahwa apabila pertumbuhan ekonomi China mencapai 0% nantinya (ditandai dengan China yang mulai defisit), maka disitulah muncul resesi.
Pertanyaannya, apa iya seperti itu? Walaupun APBN defisit sekalipun, pertumbuhan ekonomi 2-3% tetap bisa dicapai kok. Selain itu China sudah mengantisipasi perlambatan ekonomi ini jauh-jauh hari. Di Asia, saat ini mungkin China merupakan satu-satunya raksasa ekonomi. Dengan pendekatan investasinya yang agresif, ia berusaha ekspansi ke Asia secara besar-besaran karena tak bisa berharap terlalu banyak dari US dan Eropa yang pertumbuhan ekonominya masih rendah. Investasinya tersebut berhasil membangunkan kawan-kawan Asia lainnya seperti Thailand, Vietnam, dan sebagainya terutama yg paling dinanti-nantikan itu adalah Indonesia. Kenapa Indonesia? Indonesia merupakan raksasa tidur yang masih berjuang buat bangun. Raksasa ini terlalu lama tidur, padahal ia memegang kunci utama buat pertumbuhan ekonomi Asia, Afrika, bahkan Timur Tengah. Tak cuma posisi letaknya yang tergolong ajaib, negeri ajaib ini memiliki hampir keseluruhan apa yang dibutuhkan dari sebuah negara superpower. Indonesia bisa menjadi negara yang sangat mandiri dan bisa menjadi sandaran ekonomi buat negara-negara lain. Seperti kata seorang pengusaha Singapore, "Indonesia doesn't need the world, but the world needs Indonesia". Dengan kata lain, tiap kali kita melihat kemajuan di Indonesia, maka kita bisa berharap akan ada kemajuan ekonomi global, sehingga resesi dunia itu tak akan terjadi. Apakah ini prediksi yang terlalu muluk? Buat saya, akan lebih muluk melukiskan IHSG dengan target yang tak masuk akal ketimbang memprediksi Indonesia sebagai sandaran ekonomi global. Dan itu sudah dimulai.
Keberanian BI menurunkan suku bunga dalam rangka menjawab tantangan ini. Kita tak bisa berharap terlalu banyak pada the Fed. BI menurunkan suku bunga justru saat The Fed menaikkannya. Apakah lantas sentimen terhadap dollar akan semakin besar dan membuat dollar semakin kuat? Tidak. Justru keberanian BI itu akan memberikan sinyal bahwa rupiah memiliki nilai tawar yang tinggi. Lagipula baik Fed rate naik atau tetap, hasilnya akan tetap sama, yaitu dollar akan tetap turun. Saya sudah jabarkan panjang lebar di serial Dollar Puzzle. Selanjutnya kita melihat sepak terjang Pemerintah yang terus berjuang membiayai proyek-proyek infrastruktur tapi jangan sampai membebani APBN terlalu besar, karena defisit bisa kian melebar. Secara luar biasa Indonesia current defisit to GDP membaik 1% dari semula -3.09% menjadi -2.06%. (Sumber) Ini merupakan perbaikan defisit terbesar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sekaligus mematahkan anggapan orang tentang hutang sekarang jauh lebih buruk. Pemerintah juga berhasil mengendalikan inflasi di level 3,35%. Sebagai catatan dalam 70 tahun perjalanan Indonesia sejak kemerdekaan 1945, baru 4 kali pemerintah Indonesia berhasil mengendalikan inflasi di bawah 4% :
- Masa pemerintahan Soeharto tahun 1971
- Masa pemerintahan Gusdur taun 1999
- Masa pemerintahan SBY tahun 2009, dan
- Masa pemerintahan Jokowi tahun 2015
Dilihat dari gambar di atas, kita bisa mengambil kesimpulan sementara bahwa uang akan mengalir masuk ke Asia dan Afrika karena di sana memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Kalau Amerika dan Eropa ingin tetap bertahan maju dan terhindar dari ancaman resesi, uang harus masuk ke pasar Asia dan Afrika sehingga setiap kali wilayah ini mencetak pertumbuhan yang semakin tinggi akan membantu perekonomian Amerika dan Eropa juga pada akhirnya. Ini sudah diinisiasi oleh Amerika sendiri dengan memberlakukan TPP (Trans Pacific Partnership) yang berisikan 17 negara yang sebagian besar berada di kawasan Asean. Indonesia juga berminat untuk bergabung, tapi masih menunggu saat yang benar-benar tepat. Konon TPP ini dimaksudkan untuk mengimbangi dominasi China dalam perdagangan dunia. Apapun itu, TPP ini merupakan salah satu konsep mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi global. Dan mungkin akan muncul beragam konsep-konsep seperti ini ke depannya.
Indonesiaku, sudah saatnya kita bangun. Bangunlah bangsaku. Bangunlah negeriku.
Post a Comment