"I always knew I was going to be rich. I don't think I ever doubted it for a minute."
Warren Buffett
Tahun 1941 saat masih berumur 11 tahun, Warren Buffet membeli saham pertamanya. Ia membeli 6 lembar saham preferen Cities Service seharga $38 per lembar (3 lembar untuk dirinya, 3 lembar untuk saudara perempuannya, Doris). Setelah dibeli, harga saham tersebut turun ke $27, tapi kemudian rebound ke $40. Di harga segitu Warren dan Doris menjual saham mereka. Tapi tak berapa lama, saham itu pun meroket hingga tembus $200 per saham. Andai mereka masih memegang saham tersebut, tentunya mereka bisa menikmati profit yang fantastis. Tapi rejeki di depan mata itu terlewatkan begitu saja karena ketidaktahuan.
Tahun 1943 Warren mengatakan pada seorang temannya bahwa dia akan menjadi jutawan saat ia berumur 30 tahun nanti. Kalau tidak, dia akan melompat dari gedung tertinggi di Omaha. Overoptimis, ya bisa jadi, kalau tak mau dibilang sombong. Tapi tentunya seorang Warren Buffet punya alasan yang logis saat itu dan prediksi yang benar-benar bagus. Saat berusia 25 tahun, ia telah memiliki kekayaan bersih senilai $200.000. Ia menjadi jutawan ketika berumur sekitar 31 tahun, persis seperti prediksinya itu. Pertanyaannya, kapan seorang WB mengetahui bahwa ia akan kaya raya nantinya? Jawabnya saat kekayaan bersihnya mencapai $10.000. Usianya saat itu sekitar 21 tahun. Itulah saat dimana lahirnya kutipan di atas "Saya selalu tahu saya akan menjadi kaya. Saya tak terfikir saya pernah meragukannya barang semenitpun."
Tahun 1949 s/d 1954, WB berusia 19 s/d 24 tahun. Ia sudah memiliki simpanan sebesar $9800. Pada saat itu ia kuliah di Universitas Columbia dan belajar dari Benjamin Graham. Ia berminat bekerja untuk Benjamin Graham, walaupun tak dibayar, namun ia tak pernah mendapatkannya karena tak ada tawaran pekerjaan apapun untuknya. Lalu ia kembali ke Omaha, membeli stasiun Texaco, tapi tak berjalan lancar. Dia juga bekerja sebagai salesman investasi untuk Buffet-Falk & Company, yang merupakan perusahaan broker milik ayahnya. Tahun 1954 Benjamin Graham memanggilnya kembali dan menawarinya pekerjaan dengan gaji $12.000 per tahun. Selama periode ini, Buffet akhirnya bisa bekerja tak hanya lebih dekat dengan Benjamin Graham, tapi juga dengan Walter Schloss yang juga merupakan salah seorang investor terbaik di dunia walaupun tak pernah memegang komputer dan internet. Saya yakin gaya investasi WB sangat dipengaruhi oleh dua sosok penting ini.
Berhenti sejenak di sini. Saya tidak sedang ingin menceritakan panjang lebar soal perjalanan investasi WB. Selain sangat panjang, juga fokus artikel ini bukan di situ. Setiap kesuksesan itu tentu ada inspirator di belakangnya. Saya selalu tertarik dengan sumber inspirasi dan pola pikir orang-orang sukses, bukan sekedar menelan bulat-bulat segala cara yang digunakannya, karena saya yakin mereka tak akan pernah membagi rahasia sukses itu secara cuma-cuma. Tapi dengan memahami sumber inspirasi dan pola pikirnya, perlahan tapi pasti kita mungkin akan bisa mengetahui rahasia itu cepat atau lambat. Dari kisah di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa WB mengetahui ia akan menjadi kaya raya ketika terpenuhi 3 syarat, yaitu :
- Ia punya modal yang cukup. WB menandai $10.000 sebagai titik awalnya.
- Ia mengetahui cara menghasilkan profit konsisten. Dalam hal ini ia mengetahui cara menghitung valuasi (target) harga saham.
- Ia berinvestasi. Investor memiliki ruang gerak lebih luas ketimbang pemilik bisnis (bussiness owner). Bisnis bisa saja hancur dan bangkrut, tapi investasi akan tetap ada selama bumi berputar. Meskipun begitu, WB selalu menggunakan cara pandang "not to buy the stock, but the bussiness."
Tanpa 3 hal ini, mungkin seorang WB pun tak akan pernah tahu apakah ia akan menjadi kaya nantinya atau tidak. Jadi singkatnya profit konsisten merupakan salah satu syarat untuk menjadi kaya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah analisa fundamental merupakan satu-satunya cara untuk menghasilkan profit konsisten? Tunggu jawabannya pada artikel selanjutnya. :D
(Bersambung)
Post a Comment