Seseorang mampu 'melihat' dengan lebih baik karena ia telah mencoba berbagai model analisa sebelumnya. Segala jalan sudah dicobanya, hingga pada akhirnya ia memilih satu yang sangat cocok dengan apa yang dicarinya dan bertahan untuk jangka waktu yang sangat lama. Model analisa tersebut membutuhkan spesifikasi informasi tertentu, syarat, dan aturan-aturan yang sangat mungkin tak pernah ada diajarkan di seminar manapun. Alangkah beratnya profesi ini kalau harus mencoba model analisa satu per satu, tapi saya tak punya jawaban lain yang lebih baik dari itu. Tak ada profesional saham yang tercipta dalam kurun waktu belajar hanya 1-2 tahun. Butuh minimal 5-6 tahun, dan itu pun tak penuh sehingga masih banyak kekurangan di sana sini. Celakanya belajar 10-15 tahun pun tak menjamin seseorang itu akan piawai di dunia saham. Di artikel Cara Cepat Belajar Saham, saya menganalogikan belajar saham ini seperti belajar naik sepeda atau belajar berenang.
Memang sekali waktu ada orang yang terlihat mampu memprediksi saham jauh-jauh hari sebelum kenaikan dan dengan yakinnya merekomendasikan kepada trader lain untuk tetap mengakumulasi saham yang dimaksud. Maka besar kemungkinan dia adalah salah satu dari 3 kemungkinan berikut, pertama, dia asal tebak, kedua, dia lah aktor utama di saham tersebut, ketiga, dia mendapat info yang valid entah itu dari orang lain ataupun hasil pencarian sendiri.
Coba simak sedikit kutipan dari tulisan Benjamin Graham di bawah ini.
Ben menekankan bahwa out-perform tidaknya sebuah saham itu sifatnya sangat personal, khusus, spesial, tanpa ada pengaruh-pengaruh dari yang lain. Ini juga kiranya menjawab kenapa pada pola-pola yg sama, baik fundamental maupun teknikal, sering kali tidak memberikan hasil yang sama. Kalaupun ada pola yang sama dan memberikan hasil yang sama, pertimbangkan juga kemungkinan bahwa itu hanya faktor kebetulan semata-mata. Jadi jangan dulu buru-buru mengambil kesimpulan. Ini seperti mengatakan bahwa saham-saham dengan ROE > 30% akan memberikan return lebih baik ketimbang saham-saham dengan ROE < 30%, padahal belum tentu seperti itu. Future return tak bisa diprediksi dari sana. Namun, di antara jumlah data-data yang banyak tersebut, kita tetap meyakini bahwa mesti ada satu atau dua faktor yang memang menyebabkan harga sebuah saham naik atau turun, entah itu bersifat teknikal ataupun fundamental."If you look at a large quantity of data long enough, a huge number of patterns will emerge only by chance. By random luck alone, the companies that produce above-average stock returns will have plenty of things in common. But unless those factors cause the stocks to outperform, they can't be used to predict future returns."-Benjamin Graham-
Di teknikal problem ini lebih kentara. Kita bisa menyaksikan sendiri 2 pola yang persis sama memberikan hasil yang jauh berbeda satu sama lain, baik itu di saham yang sama, maupun di saham yang berbeda. Saya sendiri pernah merasa frustrasi gara-gara ini. Bagaimana tidak, untuk bisa memprediksi saham, tentunya kita harus rajin mengamati pola-pola berulang, karena katanya history repeat itself. Nah, polanya memang berulang, tapi hasilnya tidak. Di situ kadang saya merasa sedih. Sulitnya mencari keselarasan dalam ilmu teknikal menjadi pe-er tahunan tiap teknikalis di pasar saham. Persis seperti mencari butiran berlian di atas hamparan pasir putih.
Langkah awal untuk melakukan prediksi saham ini adalah dengan mengeleminir segala yang berbau prediksi dari analisa saham. Ini mudah dilakukan. Caranya cari saja model analisa yang hasilnya tidak konsisten. Contoh : golden cross stochastic tidak selalu berarti harga mau naik, maka jangan lagi gunakan GC. Tetap gunakan stochastic sebagai indikator oversold / overbought, tapi bukan untuk melihat GC atau DC (dead cross). Contoh lain, downward breakout atau breakout garis uptrend tidak selalu berarti harga mau turun, karena ada juga yang turun sebentar lalu naik lagi lebih tinggi. Umumnya breakout merupakan metode analisa yang terpercaya. Jika hasil breakout menjadi salah, maka kemungkinan besar disebabkan pemilihan support-resisten (SR)-nya yang keliru. Maka, tetap gunakan metode breakout, tapi perbaiki cara memilih SR-nya. Itu buat teknikal. Kalau buat fundamental, saya mengeliminir pemakaian CAGR dan segala yang berbau-bau growth-rate. Langkah awal ini tentunya akan banyak merombak metode analisa yang digunakan sebelumnya, sehingga langkah selanjutnya adalah mencari metode analisa yang cocok dengan prinsip ini tanpa melibatkan elemen-elemen prediksi. Berfikirlah layaknya sedang melihat deret hitung. Fokuskan analisa untuk mencari petanda / rambu. Jika kamu cukup beruntung, kamu bisa menemukan satu ada dua rambu yang memberikan hasil yang konsisten sama dan itu sudah cukup untuk menggelembungkan kantongmu dengan pundi-pundi uang. Saya yakin ada banyak sekali ragam rambu-rambu ini, tapi saya pun tak mungkin menghabiskan umur saya hanya untuk menemukan keseluruhannya. Jadi cukuplah 1-2 saja yang saya pahami dan gunakan sampai ini hari.
Rambu-rambu inilah yang nantinya digunakan untuk menilai kecenderungan arah sahamnya. Soal apakah saham itu benar-benar naik atau tidak, itu tidak jadi soal lagi. Selama rambu-rambu tersebut masih dalam posisi aman, mudah-mudahan kecenderungan arahnya tidak berubah. Jika tanda-tanda sudah ditemukan, berarti kamu menemukan 1 saham yang aman. Lalu aturlah modalmu agar posisimu tetap aman mulai dari beli s/d jual. Sehingga nantinya kamu melihat saham bergerak persis seperti yang kamu harapkan, seolah-olah kamu sudah memprediksikannya padahal itu karena kamu disiplin dengan rambu-rambu yang kamu temukan sendiri tersebut. Inilah yang saya maksud dengan "untuk bisa memprediksi saham adalah dengan cara tidak memprediksikannya sama sekali." Dan inilah yang saya lakukan.
Ketika pertama kali orang punya ide untuk mencapai puncak gunung dengan cara memanjat tebing yang curam, semua orang akan mengatakan itu gila dan kelewat nekad. Semua bertanya-tanya bagaimana cara melakukannya tanpa jatuh dan tanpa bantuan tangga atau semacamnya. Mereka sibuk memprediksikan bahwa aksi tersebut jelas merupakan ide paling tolol dalam sejarah umat manusia. Tapi lihatlah, ketika segala perlengkapan yang dibutuhkan sudah terkumpul, mereka tidak lagi sibuk memprediksi, melainkan sibuk menyatukan ke dirinya hingga menjelma menjadi seorang pemanjat tebing yang handal. Dan setelah ia berhasil menyatukan itu semua, ia bisa katakan pada dunia, "Aku akan panjat tebing itu dan aku akan berhasil." Itulah prediksinya. Dan itulah yang disebut PREDIKSI. Semoga bermanfaat.
Post a Comment