Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

Pasar Irrational Saat Darah Tumpah Ke Jalan

Posted by Saham Ceria

Pasar Irrational Saat Darah Tumpah Ke Jalan
"The markets can stay irrational longer than you can stay solvent." John Maynard Keynes

Aneh memang kalau melihat harga saham turun terus melampaui valuasi fundamental, 'valuasi' teknikal, valuasi makro, sehingga kita pastinya sangat yakin kalau harga sudah sangat murah saat itu. Tapi buat memborong banyak, alih-alih berani, yang muncul justru rasa takut kalau-kalau harga masih akan turun lebih dalam. Kalau sudah begini, mau pake jurus valuasi apapun, mau pake analisa teknikal apapun, tetap saja hasilnya jadi meragukan dan serba salah. Itulah tujuan dari pasar irrational.

Pergerakan yang tidak masuk akal, berlebihan, dan sudah tidak melibatkan analisa apapun kecuali ketakutan dan emosi yang tidak jelas, bahkan analisa-analisa pun menjadi kabur karena memasukkan faktor emosi di dalamnya, mestinya menjadi sinyal bahwa darah sedang tumpah ke jalan. Tidak perlu repot-repot membaca koran atau cari berita sana sini karena analis sekuritas kamu sendiri yang akan menulis dengan jurus 1001 kompor-nya buat bikin takut pasar. Dan yang seperti itu selalu saja terjadi berulang-ulang kali, setiap tahunnya, tanpa perubahaan satu apapun. Kita dipaksakan untuk terbiasa dengan rasa takut dan rasa tamak.

Saya tidak tahu apakah pasar irrational itu merupakan suatu bentuk kesengajaan (karena di-drive oleh kelompok-kelompok besar) atau memang pergerakan alami yang kelompok-kelompok besar itu pun tak bisa melawan? Tidak cuma di Indonesia, saya pikir hampir di setiap belahan bumi manapun akan mengalami hal yang sama seperti itu. Berapa persentase yang melakukan shortselling saat itu dengan yang tidak, sangat sukar diukur. Bahkan untuk membuktikan bahwa seorang trader sedang melakukan shortselling pun sangat sulit. Aksi pamer guyuran meskipun sudah dilawan bertubi-tubi oleh pihak buyer tapi kalah juga, serta merta bikin trader jengkel dan emosi.

Tahun 2008 saat terjadi krisis finansial, regulator sekuritas Prancis, Belgia, Italia, Spanyol, sempat melarang aksi shortselling walaupun cuma berlaku selama 15 hari. Tapi setidaknya itu menjadi isyarat bahwa memang saat pasar bergerak turun, banyak pihak-pihak yang menggunakan momentum itu untuk mengguyur pasar lebih parah. Selloff (aksi jual besar-besaran) terjadi tanpa bisa terbendung, sehingga trader seperti disuguhi performa "rahasia sukses trading dengan shortselling". Tapi saya tidak melihat shortselling ini sebagai sebuah prestasi, melainkan sebuah kemunduran saja. Ketika darah tumpah ke jalan saat pergerakan pasar tidak lagi masuk akal, kita akan banyak melihat fenonema-fenomena 'kejar target'. Shortseller bergerak seperti ulat yang takut disemprot pestisida.

Dengan demikian, tiap kali kita melihat darah tumpah ke jalan, pertimbangkanlah bahwa pasar sudah tidak rational. Segera cek fundamental dan teknikal. Sabar adalah kunci. Itu adalah situasi obral saham. Kemungkinan salah pilih saham sangat kecil. Dengan kata lain, satu-satunya problem saat itu adalah mana yang mau dibeli : saham A, B, C, D, atau E. Karena ketika nanti pasar sudah pulih kembali, masing-masing saham ini akan mencetak performa yang berbeda-beda. Pilihlah yang menurutmu paling mungkin memberikan capital gain terbaik. Saya sendiri biasanya memulai dari, pertama, menilai sektor apa yang paling banyak 'berbohong' saat itu. Maksudnya berbohong di sini adalah sektor yang pura-pura turun, padahal kinerja perusahaannya tumbuh terus. Kinerja naik, kok harga turun? Apalagi namanya kalau bukan pura-pura. Selanjutnya, kedua, jika ketemu satu saham saja yang seperti itu, saya langsung cek saham-saham lain pada sektor yang sama. Dan ketiga, mengecek saham dari sektor lain yang punya korelasi positif besar dengan sektor tersebut dan yang punya korelasi negatif. Korelasi ini penting buat menilai momentum. Biasanya dengan 3 langkah inipun sudah akan nemu kandidat saham yang dimaksud. Seperti yang saya sebutkan di atas, dalam kondisi obral saham, kemungkinan kita salah memilih itu sangat kecil. Maka satu-satunya tantangan yang tersisa adalah memilih yang bisa memberikan capital gain terbaik. Apakah harus beli saham-saham dari sektor berbeda? Idealnya begitu, tapi tidak harus. Makanya saya lihat dulu, mana sektor yang banyak 'bohongnya' saat itu. Misalnya yang saya lihat ternyata sektor properti lagi banyak bohongnya, maka saya cek dulu LK-nya. Lalu lihat, mana yang punya peluang buat naik paling banyak. (TA harus bisa mengkonfirmasi FA, karena kita tidak mau jatuh dalam kondisi trading penuh harap.) Kalau kebetulan ada 2 saham di sektor yang sama punya ciri-ciri seperti itu, jangan ragu untuk invest di keduanya, walaupun sektornya sama. You won't be stupid just for making this simple.

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...