Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

Financial Freedom, Kursi Yang Diletakkan Di Atas Kepala - Bagian 4 (Selesai)

Posted by Saham Ceria

Financial Freedom, Kursi Yang Diletakkan Di Atas Kepala - Bagian 4
Lanjutan Financial Freedom.

3. Bebas dari hutang.

Ciri ketiga dari bebas finansial adalah bebas dari hutang. Hutang itu merupakan jerat atau perangkap finansial. Terbebas dari hutang merupakan pintu awal menuju bebas finansial. Yang membiarkan dirinya terjerat hutang lagi dan lagi, maka itu pasti belum bebas secara finansial.

Bebas dari hutang adalah awal tumbuhnya kekayaan. Dalam ilmu akuntansi dijelaskan bahwa kekayaan = aset - hutang. Semakin banyak hutang, maka semakin berkuranglah kekayaan, walaupun asetnya banyak. Berbeda jika bisa terbebas dari hutang, sehingga kekayaan = aset. Ini yang dituju.

Sumber-sumber hutang ini beraneka ragam, antara lain kartu kredit, KPR, kredit konsumsi, kredit tanpa agunan (KTA), gadai (di saham disebut repo), agunan, trading dengan margin, dan sebagainya. Biasanya penyebab hutang ini tidak semata-mata karena kekurangan uang, tapi lebih pada mengikuti gaya hidup. Orang yang menyukai sisi praktis lebih suka mengantongi kartu kredit ketimbang uang cash. Orang yang menyukai pembayaran tanpa beban berlebihan setiap bulan lebih memilih KPR sebagai cara mendapatkan rumah idaman. Begitu juga dengan gadai yang tujuannya untuk menambah modal usaha, sehingga hasilnya digunakan untuk membayar cicilan. Selalu dan akan selalu ada alasan untuk berhutang dan itu sangat sulit dihindarkan. Prinsip-prinsip sekarang ini malah bergeser bahwa selama hutang itu bisa dibayar, maka tidak menjadi masalah.

Saya mengibaratkan hutang itu seperti narkoba. Kerasa enak di awal, tapi sakit di akhir. Setelah melewati periode yang menyakitkan itu, rasa ingin mencoba akan muncul lagi. Hutang itu seperti tantangan yang memicu adrenalin. Suksesnya bikin ketagihan. Sakitnya bikin penasaran. Sudah banyak korban akibat tak bisa melepaskan diri dari kebiasaannya yang suka berhutang. Semakin besar penghasilannya, maka semakin besar pula hutangnya. Aneh, kan? Oh bukan. Itu bukan aneh, tapi gila. Pernah lihat orang yang sangat bahagia karena bisa mendapatkan kartu kredit kelas platinum? Ya karena kartu kredit tersebut umum digunakan oleh orang-orang sekelas manager. Di atas itu ada tipe signature s/d infinite, yang mana limit penggunaannya mulai dari Rp100 juta s/d tak terbatas. Bahagia karena bangga memiliki kartu kredit seperti itu. Lho, punya kartu kredit saja kok bangga? Kartu kredit itu kan kartu buat ngutang? Hmm... aneh ini.

Kecenderungan berhutang itu disebabkan iming-iming beban bunga yang rendah dan pembayaran yang mudah. Prinsip-prinsip kemudahan dalam bertransaksi ditawarkan untuk menarik minat nasabah. Jangan sampai terbentuk imej bahwa berhutang itu memalukan. Kini imej itu diganti menjadi "Belum berani berhutang berarti belum kaya." Konotasinya jadi berbeda, kan? Ada kesan untuk memasyarakatan hutang. Ditinjau dari konsep bebas finansial, hal-hal semacam ini sudah pasti ditolak mentah-mentah.

Terbebas dari hutang merupakan pintu awal menuju bebas finansial.

Tidak peduli apakah itu hutang baik atau hutang jelek, yang namanya hutang tetap saja hutang. Sekalipun memang sanggup membayarnya, tapi mindset yang ditanamkan di bebas finansial ini adalah bebas dari hutang sekecil apapun. Sedapat-dapatnya janganlah berhutang. Aturlah kebutuhanmu sesuai dengan pendapatanmu. Bukan malah kebalikan : pendapatan yang mengatur kebutuhan. Ini bukan soal sanggup atau tidak sanggup bayar hutang, tapi ini soal bebas atau tidak bebas dari hutang.

Membebaskan diri dari hutang itu cuma dengan 1 cara : manajemen yang baik. Aturlah kebutuhanmu, lalu aturlah uangmu. Perbanyak bersyukur. Perlahan-lahan bebaskan dirimu dari hutang sesegera mungkin. Lalu masukilah pintu bebas finansial, kemudian silahkan pilih : mau hidup kaya, silahkan; mau hidup sederhana, boleh; mau hidup miskin, bagus. Bebas finansial itu hakikatnya ilmu para raja-raja. Seorang raja jika memilih tinggal di sebuah gubuk, dia tetap raja. Jangan lagi meletakkan kursi di atas kepala. Letakkan dia sesuai tempatnya. Kalau kursi diletakkan di atas kepala, lantas dimana letaknya mahkota raja? Jangan pake ilmu budak, yang bekerja buat dapatin uang, yang selalu membutuhkan uang, yang tak bisa melepaskan diri dari jeratan hutang. Ubahlah mindset itu mulai hari ini. Insya Allah, kita semua bisa melakukannya.

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...