Lanjutan Financial Freedom.
2. Hatinya tidak pernah sangkut ke uang. Karena ketika usahanya hancur, ia dengan mudah membangunnya kembali.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radiyallahu anhuma bahwa Rasulullah SAW menasehati seseorang dan bersabda:”Gunakanlah olehmu lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa fakirmu, masa kosongmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang masa matimu.”
(HR Hakim dalam Al-Mustadrak).
(HR Hakim dalam Al-Mustadrak).
Manusia berusaha di muka bumi ini memang serba salah. Nanti kalau terlalu larut mencari nafkah, maka ibadahnya ketinggalan. Sebaliknya, asik mengejar ibadah, kerjaannya jadi lambat. Umumnya memang akan ada yang dominan salah satu. Padahal kalau mengejar duniawi, mestinya ukhrawinya tidak dilupakan. Begitu juga sebaliknya. Lantas bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan itu?
Ketika mempelajari tentang konsep-konsep bebas finansial, uang itu bukan menjadi sebuah tolok ukur. Uang memang penting, karena kita tidak bisa beli beras dengan batu. Tapi uang di sini bukan menjadi sebab, melainkan akibat. Cara menghasilkan uang itu lebih penting ketimbang uang itu sendiri. Banyak orang yang sangat piawai sekali mendapatkan uang, tapi tak pantas disebut sebagai bebas finansial. Kenapa? Karena hatinya sangkut ke uang. Ia merasa sudah bersusah payah membangun usahanya, bisnisnya, propertinya, dan sebagainya. Tidak kebayang kalau tiba-tiba bisnisnya ambruk dan bangkrut. Pasti sangat susah untuk memulai kembali. Mereka berbicara seperti seorang scientist yang sangat takut gagal apabila ujicoba-nya gagal (memulai dari nol tentu bukan pekerjaan yang gampang).
Saya berikan sebuah contoh sederhana. Anak sekolah nun jauh di sana punya keinginan yang besar untuk bisa sekolah juga seperti anak-anak di kota. Kalau infrastruktur jalan memadai, maka ia menempuhnya dengan naik kendaraan umum. Kalau tidak ada, ia menunggu tumpangan. Naik kereta lembu kek. Naik jetor kek. Kalau tidak ada juga, ia naik sepeda butut. Kalau tidak ada juga, ia berjalan kaki. Bahkan jembatan gantung pun diseberangi. Kesulitan yang dihadapinya tidak serta merta membuatnya mencuri kambing supaya bisa beli sepeda. Ia pun tak pernah terfikir buat membatalkan cita-citanya untuk bersekolah hanya karena jauh, kecuali ia cacat atau mentalnya terbelakang. Semua ia jalani karena ia punya tujuan.
Sekarang pertanyaannya, bagaimana ia melakukan itu tanpa uang yang cukup? Mungkin kita anggap tidak ada yang aneh di situ, karena mereka melakukannya dengan terpaksa. Andai punya cukup uang, tentunya mereka tidak bakalan menempuh cara-cara sulit seperti. Ketika kita berbicara konsep bebas finansial, kita tidak berbicara soal uang. Tapi kita berbicara soal kebutuhan. Karena konsep yang lebih kurang sama dipraktikkan oleh Heidemarie, seorang wanita yang hidup tanpa uang selama 16 tahun.
"I noticed that I needed money less and less," she told Business Insider. "And so I thought, I can try to live one year without money."
Antara uang dan kebutuhan, mana yang paling bisa di atur? Kalau kamu menjawab "uang", maka kamu keliru. Atur dulu kebutuhanmu, baru atur uangmu. Kalau sepeda tidak ada, maka berjalan kaki. Kalau tidak ada makanan, maka berpuasa. Kalau tidak ada uang, maka tahan diri. Itu contoh-contoh sederhana yang kelak jadi cikal bakal bebas finansial.
Setelah rasa cinta pada uang hilang, maka apa selanjutnya? Bantulah orang! Itu saja. Bantulah dengan sepenuh hati. Niatkan dalam hati bahwa apapun yang dikerjakan ini, terlepas apakah mendapatkan uang banyak atau tidak, tujuannya untuk membantu orang. Kamu akan merasakan ide-ide brillian muncul begitu saja di fikiranmu, yang tanpa kamu sadari sebenarnya itu merupakan bisnis-bisnis milyaran rupiah. Kamu membangunnya dengan senang hati, bekerja bukan karena uang. Kalaupun akhirnya usahanya hancur berkeping-keping, ya tidak apa-apa. Mulai lagi dari awal. Prinsip 'nothing to lose' inilah yang akhirnya membentuk sebuah desain 'rumah bongkar pasang' karena memang tujuan awalnya jika roboh maka mudah menyusunnya kembali. Bahkan seandainya kamu meninggalkan usaha itu bertahun-tahun dan membiarkannya terlantar, kamu akan dengan mudah mengembangkannya kembali.
Ketika seorang investor saham menyusun kerangka trading plannya dan berhasil, maka ia tak pernah terfikir untuk menjual trading plan tersebut ke orang lain, walaupun ia tahu ada banyak orang yang bersedia menggelontorkan uang berapapun untuk mendapatkannya. Ketika seorang koki mengetahui resep rahasia, maka kemanapun ia pergi, ia tetap akan bisa mengembangkan bisnis restoran dengan baik. Kalaupun ia meninggalkan profesi itu selama 10 tahun lamanya dan membiarkan uangnya menipis, maka ia bisa kembali mendapatkannya dengan mudah, karena sudah tahu ilmunya. Jika ciri pertama bebas finansial itu adalah waktu, maka ciri kedua yang saya uraikan ini adalah ilmu.
Post a Comment