Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

Delusi Saham : Jika Pengalaman Malah Menjadi Ampas

Posted by Saham Ceria

Delusi Saham
Suatu ketika saya agak kaget mendengar pengakuan seorang trader yang mengatakan lebih enak trading forex ketimbang saham. Kaget karena pengakuan tersebut datang dari seorang trader yang saya kenal sebagai trader profesional dan sudah banyak memberikan rekomendasi pada banyak orang. Saya tahu apa yang sedang dimaksudkannya itu. Banyak trader menganggap trading forex memiliki kasta lebih tinggi ketimbang trading saham, lebih sulit, sekaligus menawarkan keuntungan yang lebih menggiurkan. Sedangkan di saham, banyak dikuasai oleh bandar yang membuat permainan ini menjadi tidak lagi fair. Saya pernah ikuti rekomendasi beliau, tapi tak pernah mematuhinya. Alasannya, tingkat reliabilitas rekomendasinya hanya 50%. Dan banyak di antaranya yang justru mencetak kerugian parah. Itu sebuah prestasi sangat buruk untuk seorang trader profesional.

Banyaknya waktu yang dihabiskan mengarungi lautan bursa saham ini ternyata tidak serta merta menjadikan seseorang itu paham tentang bursa. Ada yang sudah berpengalaman 5-10 tahun, tapi tak juga mendapat hasil yang memuaskan. Ada yang baru menjalani 3-5 tahun, eh profitnya sudah kayak trader profesional saja. Ya memang pasar saham itu tidak bisa diibaratkan sebuah jenjang pendidikan formil, dimana belajar 4-5 tahun bisa diwisuda sebagai sarjana, diakui keilmuannya oleh berbagai pihak, dan sebagainya. Pasar saham itu juga tidak seperti bisnis riil lain, yang bisa dikerjakan sambil lalu dengan iming-iming "Ah.. nanti kan lama-lama ngerti juga." Sewaktu saya meninggalkan pekerjaan saya dan memutuskan untuk totalitas di dunia saham, seorang teman saya menyindir, "Ngapain harus berhenti kerja? Dibikin sambilan aja kan bisa." Maksudnya, saya tidak usah berhenti kerja, tapi investasi saham dilakukan sebagai pekerjaan sampingan saja. Bukannya tidak mau mengikuti nasehatnya, tapi saya menyadari sepenuhnya mempelajari pasar saham ini membutuhkan energi ekstra dan pemikiran ekstra. Banyak sekali hal-hal di dunia saham ini yang sangat menyita waktu untuk mempelajarinya. Semakin saya mencoba mendalami saham, maka semakin saya lupa pekerjaan saya. Apa yang terjadi? Saya menjadi seorang yang tak profesional di bidang pekerjaan, sekaligus seorang pembelajar saham yang masih setengah-setengah. Itu sebabnya saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan agar bisa fokus ke saham. Tapi memang banyak hal yang tak semulus perkiraan semula.

Sulit mempelajari saham membuat delusi di otak trader. Kita akan cenderung menyalahkan pasar. Kita menyalahkan orang lain sebagai biang kerok kerugian yang kita alami. Kita menyalahkan asing. Kita menyalahkan broker. Dan seterusnya. Walaupun kita sadari bahwa kesalahan itu datang dari diri sendiri, rasanya belum puas kalau belum menyalahkan orang lain. Itu delusi namanya. Lamanya waktu yang dihabiskan untuk mempelajari saham, bukan 1-2 tahun, melainkan bisa lebih dari 5 tahun, hanya untuk menyaksikan posisi yang makin lama makin terpuruk, tentunya membuat frustrasi siapapun di bisnis ini. Saya pikir orang yang mentalnya paling stabil sekalipun bisa sinting di dunia saham ini. Kenapa begitu? Ya itu tadi, karena frustrasi. Jangan dulu mengira bahwa mungkin mereka orang-orang yang malas belajar, atau orang-orang yang tak begitu pintar. FYI, banyak di antara mereka yang sudah menyandang predikat master, trainer, dan sebagainya, sampai-sampai saya sulit membedakan antara trader pemula dengan trader profesional karena catatan prestasinya sama saja. Malah beginner luck justru lebih baik. Jadi tidak salah saya katakan, jika pengalaman malah menjadi ampas, maka trader profesional pun akan terlihat seperti trader pemula.


Related Post



kulsum aja said...

artikel yang sangat bagus tuan

alitergalen said...

thanks nice info

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...