Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

7 Tingkatan Trader - Bagian 1

Posted by Saham Ceria

Mungkin rata-rata kita sudah pernah membaca artikel seputar 5 tingkatan trader. Buat yang belum, silahkan simak uraian berikut ini. Bagaimana komentar saya tentang artikel tersebut, bisa dibaca pada alinea setelahnya.

Level 1 : Unconscious Incompetence
Trader pemula yang mengandalkan hoki ketimbang skill. Masih dikuasai sifat takut dan tamak. Cuma 10% yang berhasil naik ke level 2.


Level 2 : Conscious Incompetence
Mulai mencari sistem melalui buku ataupun media-media online. Dipengaruhi sifat perfeksionis sehingga menginginkan holy grail (sistem trading yang sempurna), dan kalau perlu membuat indikator sendiri. Hanya sekitar 7% yang berhasil pindah ke level 3.


Level 3 : The Eureka Moment
Menyadari bahwa problemnya bukan pada sistem, tapi pada psikologi trading. Bisa saja menggunakan indikator sederhana dan profit, asalkan money managementnya bagus. Akhirnya datanglah Level Pencerahan. Konsep level pencerahan ini adalah bahwa di dunia ini tidak ada seorang pun yang mampu memprediksi secara akurat apa yang akan terjadi pada market, bahkan untuk 30 detik kemudian. Maka disimpulkan bahwa kuncinya ada di konsistensi pada sistem, psikologi trading dan money management. Dan kedisiplinan untuk melakukan sistem tersebut apapun yang terjadi. Hanya sekitar 5% yang berhasil maju ke level berikutnya.

Level 4 : Conscious competence
Trading jika dan hanya jika sistem memberi signal. Melakukan cut loss sama gampangnya dengan take profit karena sinyal sudah memberikan tanda demikian. Target dimulai dengan profit yang cukup kecil. Setelah konsisten, barulah menaikkan target. Jika berhasil konsisten juga, maka naikkan lagi, dan seterusnya. Hanya sekitar 3% yang sanggup maju ke level berikutnya.


Level 5 : Unconscious Competence
Inilah level puncak dari seorang trader. Inilah level utopia. Trader telah menguasai emosinya dan kini ia trading dengan account yang terus membesar tiap harinya dari kumulatif profit yang diperoleh. Ia akan jadi bintang di trading chat room, dan orang-orang akan mendengarkan apa yang ia katakan.


Kalau kamu salah satu yang pernah membaca artikel di atas, saya ucapkan "Selamat! Anda telah membaca uraian OMONG KOSONG dalam psikologi trading!" Terutama sekali yang menyangkut persentase orang yang berhasil naik level. Saya sudah pernah melihat orang yang berhasil di saham dalam kurun waktu hanya 3 tahun belajar dan mengandalkan satu cara analisa : Fundamental. Dan sampai ini hari ia terus mencetak profit. Ia tidak pernah menjalani level-level trader yang disebutkan di atas.

Pada level Eureka dijelaskan bahwa problemnya pada psikologi trading. Sampai kapan trader berhenti mempermasalahkan psikologis ini? Memang iya psikologi itu penting, tapi yang paling penting sebenarnya sistem. Kalau sistemnya saja tidak benar, maka psikologi akan rusak dengan sendirinya. Psikologi ini tidak hanya soal keberanian, tapi juga emosi. Cobalah berempati pada pasar. Dengarkan mereka. Pahami mereka. Ambil keputusan. Umumnya trader-trader terlalu latah berceloteh soal psikologi trading ini. Nanti kalau ada yang berani pegang saham lama, dibilang psikologinya mantap, padahal belum tentu saham yang dipegang lama itu bagus. Ya tergantung sahamnya apa.

Masih dari level Eureka, level pencerahan juga tak kalah menggelikan. Siapa bilang di dunia ini tidak ada yang bisa memprediksikan pasar? Kita tidak berbicara soal 30 detik ke depan, tapi kita berbicara soal kecenderungan beberapa bulan ke depan. Semakin pendek jarak analisa, maka semakin tinggi tingkat errornya. Maka menganalisa 30 detik ke depan itu jelas jauh lebih sulit ketimbang memprediksi 3 bulan ke depan. Pertengahan tahun 2008, analis-analis seperti Yuganur Wijanarko alias Papah Lauren, Gema Goeyardi - Astronacci Founder, sudah memprediksikan pasar akan crash dan itu benar-benar terjadi 5 bulan setelahnya. Djong Effendi pernah memprediksikan kejatuhan harga emas hanya selang 3 hari sebelum hal itu terjadi. Dia sampai berkomentar, "Apakah bule-bule itu tidak tahu hitungan harga emas?" Lalu ia rekomendasi jual semua emas. Beberapa hari kemudian harga emas pun rontok sesuai prediksinya. Tahun 2013 lalu, tepatnya 29 Mei, saat euforia masih berlangsung di pasar saham dan trend bullish belum terpatahkan, seorang user di Stockbit memprediksikan hari itu merupakan gerakan bunuh diri (naik buat loncat turun) dan kemungkinan akan muncul trend penurunan besar-besaran. Kurang dari 2 minggu, indeks pun ambruk -13%. Wah tampaknya analis-analis itu berkelakuan seperti ahli nujum, dukun, paranormal, dan lain-lain. Kok bisa tahu sebelum kejadian? Apakah ini cuma kebetulan?

Selanjutnya, penjelasan level 5 itu adalah penjelasan paling aneh buat saya sebagai seorang trader. Yang terjadi justru sebaliknya. Mereka yang benar-benar mencapai level utopia dalam dunia saham justru SANGAT PELID bicara. Boro-boro jadi bintang di trading chat room, lah gabung ke forum-forum pun jarang. Mau tahu kenapa? Karena orang-orang yang berada pada level ini hampir selalu melontarkan komen yang sangat bertentangan dengan pendapat trader lain, sehingga biasanya akan memancing debat. Demi menghindarkan debat itulah, makanya trader-trader utopia itu enggan memberikan komen dan lebih suka diam. Tapi biasanya mereka akan tetap bantu, walaupun komen mereka tidak bakalan dapat banyak perhatian.

Makanya kalau level-level trader hanya berputar soal conscious-unconcscious, competence-incompetence, tidak memberikan gambaran apapun tentang level trader yang sebenarnya. Tidak cukup hanya menilai psikologinya, tapi juga harus menilai apa yang sudah dilakukannya dan sudah sejauh mana. Nanti saya akan coba rangkumkan 7 tingkatan trader ini dari yang saya amati, baik dari hasil pengalaman sendiri maupun dari hasil pengalaman guru-guru saya.

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...