Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

Riba Yang Tertukar

Posted by Saham Ceria

Riba Yang Tertukar
Saya kebetulan nemu cerita di bawah ini di beranda FB yang dishare oleh teman saya. Kisah ini sangat menggelitik rasa ingin tahu saya yang berlebihan. #lebay. Berikut ini tulisannya.

KISAH NYATA
(JANGAN DIPERDEBATKAN, SILAKAN AMBIL HIKMAHNYA)

Seorang teman bercerita kepada saya;

5 tahun yang lalu ia seorang yang kaya, pendapatan bersih perbulan dari usahanya naik turun di angka 50juta, pernah beberapa kali mencapai 100juta! Umurnya masih muda sekitar 40tahun, sholatnya selalu diawal waktu, ia sebisa mungkin berjamaah, tapi kalaupun tidak ia berusaha diawal waktu, sholat malam dan dhuhanya rutin, sangat berbakti kepada orang tua, istrinya cantik berjilbab dan umurnya jauh dibawahnya. Oh ya hampir lupa, sedekah itu nafas baginya, ia sangat ringan tangan.

Pernah seorang temannya curhat terlilit hutang 10juta, saat itu juga ia kasih. Ia juga pernah meminjami temannya uang dalam jumlah besar, 100juta dan 250juta, semuanya hanya lisan saja, tidak ada kuitansi atau materai apalagi notaris. Ia Sepertinya sudah mendapatkan segalanya dari dunia dan akheratnya.

5 bulan yang lalu ia bercerita bahwa semuanya telah hancur! Usahanya bangkrut, uangnya habis, ia-pun bercerai dengan istrinya, ia kembali ke rumah orang tuanya, memulai semuanya dari NOL. Tahukah apa gerangan penyebabnya?

Orang lain dan tetangganya atau teman dia yang lain mungkin akan kesulitan melihat kelemahan teman saya tadi. Sayapun begitu, hingga kemudian ia bercerita bahwa di masa puncak kejayaannya ia tergiur untuk membeli property (rumah dan ruko di kota tempat ia tinggal di salah satu kota di Kalimantan). Akhirnya ia panggil kepala sebuah bank dikotanya demi mengajukan proposal pembelian ruko. O ya, dia cerita bahwa ia sering sekali didatangi bukan saja oleh marketing bank, bahkan kepala kantor bank nya langsung yang datang kerumahnya menawarkan kredit hingga puluhan milyar.

Nah, dia cerita bahwa dia membeli ruko seharga 800juta dengan uang bank senilai 1,2M. Sisa 400juta ia gunakan untuk piknik bersama keluarga ke negara-negara Timur Tengah; Mesir, Turki dan lain-lain. Dari hutang tersebut, ia wajib membayar cicilan sebesar 30juta/bulan selama 5 tahun. Saya tidak tahu cicilan ia yang lain.

Bisnis tidak selamanya di atas, kadang baik kadang jatuh. Bisnis yang sedang sepi tidak begitu berdampak jika ia tidak terlibat peminjaman dana di bank, karena resiko gagal bayar adalah disitanya agunan yang dijaminankan.

Ditengah usahanya, ada kejadian-kejadian yang berhubungan dengan keluarganya, baik orang tuanya maupun istrinya yang tidak bisa saya ceritakan disini. Yang dengannya membuat limbung usahanya hingga sampailah ia pada kondisi saat ini.

Allah akan mencabut keberkahan harta yang bercampur dengan riba. Makna 'barokah' adalah barokah pada harta itu sendiri maupun barokah pada kehidupannya.

Silakan Like halaman Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia

(Kisah di atas diceritakan oleh teman tokoh dalam cerita tersebut)


------------------------------------------------------------------------------------
Kisahnya sarat dengan makna kan? Tapi saya punya 2 kesimpulan soal cerita di atas ini :
1. Kisah ini bohongan
2. Pesan yang mau disampaikan salah.

Berikut ini uraiannya.
1. Kisah ini bohongan
Si pengusaha disebutkan berpenghasilan +/- Rp50 juta per bulan. Lalu ia mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank selama 5 tahun. Bunga yang ditawarkan adalah 10% (nanti saya akan jelaskan darimana angka 10% ini). Berdasarkan cashflow ini, maka jumlah pinjaman yang tergolong aman yang diperbolehkan bank adalah maksimal 40% dari penghasilan bulanan (rasio kredit yang bisa diajukan). Di sini kita bisa hitung berapa total pinjaman yang bisa dicairkan : 40% x (50 juta x 12 bulan x 5 tahun) = Rp1.2 milyar.

Selanjutnya, 67% dari uang ini (lebih dari setengah) digunakan buat membeli ruko seharga Rp800 juta. (gubrak!) Padahal kalau memang mau membeli ruko, dia bisa mengajukan KPR dengan suku bunga efektif. Katakanlah dia tidak cukup beruntung dan hanya mendapatkan suku bunga flat, maka ia bisa menyicil ruko tersebut selama 15 tahun dengan cicilan rata-rata Rp4.5 juta s/d Rp5 juta per bulan. Tapi malah dia memilih mengambil kredit konsumtif dengan cicilan Rp30 juta per bulan selama 5 tahun. Pengusaha mana yang melakukan cara bodoh seperti ini? Apa dia baru pertama kali berhadapan dengan bank? Apa dia tidak pernah dengar yang namanya KPR?

Selanjutnya, dengan cicilan Rp30 juta per bulan itu, maka totalnya adalah : Rp30 juta x 12 x 5 = Rp1.8 milyar. Artinya tumbuh Rp600 juta dari awal pinjaman Rp1.2 milyar (+50%) atau sekitar Rp120 juta per tahun (Rp600 juta / 5). Maka Rp120 juta / Rp1.2 milyar = 10%. Inilah suku bunga pinjaman itu. Apa yang salah dengan ini? Tidak ada yang salah. Tapi dengan penghasilan Rp50 juta per bulan, lantas mengambil cicilan Rp30 juta per bulan (>50% penghasilan bulanan habis buat bayar cicilan), dimana sisa uang Rp400 juta malah digunakan buat jalan-jalan, saya cuma mau bilang "Anda mesti cukup idiot melakukan itu."

Kisah di atas ini cuma sekelumit kisah fiksi berisikan pengusaha dengan tingkat kebodohan yang luar biasa sehingga sangat sulit untuk mengambil pembelajaran darinya. Buat belajar, kita butuh cerita nyata dan lebih cerdas.

2. Pesan yang mau disampaikan salah.
Ini bukan soal riba, tapi soal hutang! Soal pinjaman yang berbunga itu, yang berdosa itu bukan si peminjam, tapi si pemberi pinjaman dengan riba. Di sini terlihat sekali penulis hendak mengarahkan bahwa meminjam uang di bank itu haram karena mengandung riba. Lho meminjam kok haram? Adapun dalil yang saya kemukakan adalah dari hadis Nabi SAW yang artinya sbb :
Dari Jabir Ra ia berkata : Rasulullah SAW telah melaknati orang-orang yang suka makan riba, orang yang menjadi wakilnya, juru tulisnya, orang yang menyaksikan dan selanjutnya Rasulullah bersabda : "Mereka semuanya sama." (H.R. Muslim) - dikutip dari buku Ilmu Fiqih Islam Lengkap, karangan Drs. H. Moh. Rifai, Penerbit CV Toha Putra, Semarang, 1978, hal. 411.

Tak dinyana tulisan di media-media online, hadis di atas malah diplesetin menjadi :
Dari Jabir Ra ia berkata : Rasulullah SAW telah melaknati orang-orang yang suka makan riba, yang meminjam, juru tulisnya, orang yang menyaksikan dan selanjutnya Rasulullah bersabda : "Mereka semuanya sama." (H.R. Muslim). Beginilah jadinya kalau orang tidak tahu konsep riba tapi malah suka memplintir hadis dan itu pula yang diamini oleh banyak penduduk dunia maya. Naudzubillahi min dzalik! Ngawur sekali, karena pengertiannya jadi jauh berbeda.

Lantas bagaimana mencegah orang supaya tidak meminjam uang dari pelaku riba? Susun saja sistemnya dan berlakukan secara nasional. Konsep-konsep syariah terus dikembangkan. Nanti dengan sendirinya orang akan memilih lebih enak mana yang pake riba atau tidak. Para bank dan sekuritas yang hobi membungakan duit, mulailah berfikir kreatif. Jangan melulu bunga - bunga - bunga kayak tidak ada jalan lain saja. Berfikirlah sebagai sahabat pengusaha, bukan rentenir! Berfikirkan sebagai sahabat trader, sahabat investor, bukan lintah darat!

(NB : Lho kok jadi membahas agama? Ya tidak apa-apa. Tipikal saya memang sebelum mengerjakan sesuatu harus jelas dasar hukumnya secara syariat. Nanti lain waktu saya akan bahas kenapa saya memilih profesi trader saham, ya cuma saham, dipandang dari sudut pandang syariat.)

Related Post



Arie Kurniawan said...

Salam untuk Admin.
Dari beberapa laman yg reputasinya baik,di hadits riwayat Muslim yg saya baca memang "yg meminjam (nasabah)" juga termasuk golongan yg dilaknat Rasulullah..
terima kasih

Tech Gear said...

Salam juga Arie Kurniawan, silahkan kroscek lsg ke terjemahan asli hadist tersebut, agar sobat bisa tau bhw tulisan saya ini benar adanya.

Unknown said...

Pahami Al quran & sunnah sesuai pemahaman shalafus sholeh insya Allah mengerti

Tech Gear said...

Silahkan sob kl memang ada pendapat yg lbh baik. Saya yakin Al Qur'an dan sunnah hanya bisa dipahami dgn terjemahan yg benar. Dlm tulisan aslinya, disebutkan "mukilah" yg artinya yg mewakili (org yg menjadi wakil). Jd jgn sampai diterjemahkan menjadi yg meminjam (nasabah). Kl memang berminat dgn tulisan arabnya, bisa saya postingkan. Semoga bs dipahami. -

Jambon Creation said...

pinjam uang baik ke bank maupun perorangan itu adalah masalah mentalitas, kecuali saat kita kena musibah terus kita pinjam uang, itu masih bisa dibolehkan, tp kalo pinjem dengan dalih untuk mengembangkan usaha, ini bisa menjadi bencana, karena ini membuktikan ketidaksabaran dia dalam usaha..otomatis dia akan bertindak lebih berani, bahkan cenderung ceroboh dalam usaha, hidupnya akan penuh tekanan......

Tech Gear said...

sbnarnya pinjaman itu digunakan buat leverage (mendongkrak). sah2 saja.

yg penting, hitung2annya harus teliti dan cermat. saya pnya byk pengalaman soal meminjam, bahkan dgn skema paling ngeri sekalipun (dulu sekali kpd lintah darat krn terpaksa), dan Insya Allah semuanya terbayar lunas dgn mulus tanpa hambatan satu apapun.

semua ada caranya. meminjam sgt tidak dianjurkan bagi mereka yg tak paham hitung2annya, apalagi hanya sekedar modal nekad krn iming2 ingin cepat kaya raya.

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...